Sabtu, 28 Desember 2013

Mengapa Allah menyetujui adanya kesengsaraan?

"Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara." (Ayub 36:5-6).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Kesengsaraan merupakan suatu kondisi tersiksa yang dirasakan oleh manusia. Jika manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling dikasihi, mengapa Allah membiarkan manusia sengsara?

Allah adalah guru terbaik yang pernah ada, Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar. Jika manusia dibelenggu dengan kesengsaraan, maka itu berarti Allah sedang memperingatkan manusia atas apa yang mereka perbuat, atas pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan karena manusia berlaku congkak di mata Tuhan. Dan jika manusia mendengarkan peringatan dari Allah, maka niscaya hidup mereka akan mujur sampai hari-hari dan tahun-tahun hidup mereka. Namun, jika manusia tidak mengindahkan peringatan Allah, maka manusia itu akan mati dan binasa oleh kebebalan mereka.

"Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara. Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?" (Ayub 36:21-22). Tuhan Allah kita telah memberikan kita contoh agar kita tidak berpaling kepada kejahatan karena Allah sangat membenci kejahatan. Anak-anak Ayub contohnya. Mereka binasa karena mereka tidak mengindahkan perintah Allah, malahan sering berpesta pora menghamburkan uang. Dan Ayub sendiri berbuat kejahatan dengan menyucikan kembali anak-anaknya tanpa ada niat dan tindakan untuk menyadarkan anaknya bahwa perbuatan mereka itu salah, konsekuensinya adalah penderitaan. Kehilangan segalanya merupakan kesengsaraan yang diberikan Allah kepada Ayub karena Ayub telah berbuat jahat dan congkak. Allah masih mengasihi Ayub dengan menyayangkan nyawanya dan memberi peringatan kepada Ayub berupa kesengsaraan agar Ayub mau mengakui kesalahannya dan tidak binasa.

Dalam keseharian kita pun selalu tak luput dengan berbagai kesulitan, akan tetapi jika kesulitan tersebut kita hadapi bersama Tuhan, maka kita akan selamat dan terhindar dari kesengsaraan. Manusia akan merasa sengsara ketika ia tidak lagi menyertakan Tuhan di dalam setiap tindakan, perkataan, pikiran, dan perbuatannya. Seburuk apapun kehidupan kita, selama kita jalani bersama Tuhan Allah kita, kita tidak akan sengsara. Akan tetapi sekejap saja perhatian dan fokus kita beralih dari Allah, maka kita akan langsung merasakan kesengsaraan tersebut.

Marilah kita bersama-sama saling menguatkan agar kita terhindar dari maut dan janganlah kita bersedih atas kesengsaraan kita, namun bertobatlah dan introspeksi diri kita akan segala perbuatan kita yang congkak, niscaya kita tidak akan merasa sengsara lagi.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua sekarang dan selamanya. Amin.

Menjerit saat tertindas? Pasti! Mencari Tuhan saat tertindas? Jarang!

"Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa; tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam." (Ayub 35:9-10).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Kali ini ada baiknya kita merefleksi sejenak tentang relasi kita dengan Allah. Manusia kerap mengumpat, menjerit kesal, marah saat tertimpa masalah. Manusia tidak pernah mencari Allah, hanya menyalahkan Allah dan mempertanyakan kebijakan-Nya. Memang hal tersebut manusiawi, namun akankah lebih baik jika kita berusaha untuk mencoba mencari Tuhan ketika kita tertimpa masalah.

Seringkali kita lihat di berita-berita, para korban bencana alam menjerit-jerit dengan tangisan memilukan karena kehilangan harta benda, dan bahkan mungkin anggota keluarganya. Banyak dari mereka mempertanyakan alasan Tuhan Allah mendatangkan bencana tersebut. Namun tanpa kita sadari, teriakan mereka adalah teriakan yang kosong. Teriakan tersebut adalah teriakan putus asa yang hampa tanpa makna, bukan teriakan introspeksi dan pertobatan kepada Tuhan.

"Ketika itu orang menjerit, tetapi Ia tidak menjawab, oleh karena kecongkakan orang-orang jahat. Sungguh, teriakan yang kosong tidak didengar Allah dan tidak dihiraukan oleh Yang Maha Kuasa." (Ayub 35:12-13). Ketika kita berteriak kepada Allah atas tindasan yang kita alami, sebaiknya kita sambil mengintrospeksi diri apakah kita telah bertindak sesuai perintah Allah selama ini ataukah kita berlaku congkak di mata-Nya. Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu melihat dan memperhatikan kita. Tindasan yang kita terima mungkin merupakan cara Allah memberi kita peringatan agar kita tidak jatuh lebih dalam kepada dosa yang membawa kepada maut.

Dalam segala tindasan dan cobaan, berat maupun ringan, ada baiknya kita tetap mencari Tuhan. Seringkali kita berusaha meninggalkan Tuhan ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Saat kita kecewa atas kehidupan, pekerjaan, teman, keluarga, jemaat gereja, maupun diri kita sendiri, kita sering ngomel dan menjerit tidak puas. Kita sering merasa tidak adil dan mempertanyakan Allah. Namun, pernahkah kita mencari Allah kita? Mencari Allah berarti kita merenungi kembali perbuatan kita selama ini apakah sudah sesuai dengan ajaran cinta kasih-Nya? Mencari Allah bukan berarti berteriak menjerit kepada Allah.
Saat teriakan kita belum dijawabdan didengarkan, ada kalanya mungkin teriakan kita tersebut adalah teriakan yang hampa, teriakan seenak hati, teriakan manusiawi yang maunya enak tanpa bekerja keras.

Marilah kita sama-sama membiasakan diri mencari Tuhan Allah kita terlebih dahulu di saat kita tertimpa masalah agar jeritan kita bukanlah jeritan kosong yang keluar dari mulut kita yang congkak di mata Tuhan.
Berkat Tuhan selalu bersama kita. Amin.

Kamis, 26 Desember 2013

Allah tidak berlaku curang!

"Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya." (Ayub 34:11).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus!
Seperti yang sering kita keluhkan, mengapa dunia ini tidak adil? Mengapa Allah membiarkan ketidak-adilan melanda dunia? Apakah Allah tidak adil?

Allah itu tidak berlaku curang. Allah tidak pernah membengkokkan keadilan. Allah hanya memberi kesempatan kepada manusia untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 
Allah adalah guru yang baik. Allah selalu mengganjar manusia sesuai dengan perbuatan masing-masing pribadi. Orang yang berlaku benar di mata Tuhan akan selalu diperhatikan-Nya. Sebaliknya, orang yang berlaku jahat akan binasa pada akhirnya.

Contohlah kejadian di negara kita. Banyak para koruptor mulai tertangkap, banyak para penipu mulai terungkap, banyak para pencuri terseret ke dalam ranah hukum. Jika itu bukan karena kasih karunia dan keadilan Tuhan Allah kita, siapa lagi?
Tidak ada kebohongan yang tidak akan terungkap, tidak ada kegelapan yang tidak akan tersingkap, tidak ada kebenaran yang tidak akan tersiarkan ke seluruh dunia. Allah adalah maha adil. Tuhan adalah Hakim yang Agung dan bijaksana, tidak ada yang lebih adil daripada Tuhan Allah kita.

Jika Tuhan Allah kita adalah adil, ada baiknya kita sebagai umat-Nya juga selalu menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran. Sebab oleh perbuatan kita jugalah kita diadili. Barangsiapa yang berbuat baik akan memetik hasilnya, dan barangsiapa yang berbuat kekejian di mata Allah akan diganjar sesuai dengan perbuatannya masing-masing.
Akankah kita menjadi peran antagonis ataukah peran protagonis?

Marilah kita menyerahkan segala skenario kehidupan kita kepada Tuhan Allah kita yang maha adil sehingga kita kelak mendapat ganjaran yang baik sesuai dengan perbuatan baik kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Selasa, 24 Desember 2013

Merendahkan diri untuk ditinggikan...

"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Lukas 14:11).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Rendah diri merupakan kata yang tidak asing lagi bagi telinga kita. Namun, siapakah yang bersedia merendahkan diri? Manusia dipenuhi oleh sesuatu yang disebut ego. Adanya ego membuat manusia tidak mampu merendahkan diri.
Lalu maksud dari ajakan Tuhan untuk merendahkan diri itu apa?

Dalam dunia pendidikan seringkali kita diajarkan untuk rendah hati, bukan rendah diri. Dunia pendidikan justru tidak memperbolehkan untuk rendah diri karena sama dengan tidak menghargai martabat pribadi sendiri. Pada pelajaran moral seringkali mengajarkan agar seseorang tidak rendah diri karena akan mematikan rasa percaya diri. Memang hal itu betul, namun juga tidak betul. 

Dengan adanya pembentukan mental pendidikan yang tidak mengajarkan kerendahan diri, banyak lulusan pendidikan tinggi yang makin banyak mengenyam tingkat pendidikan semakin meninggikan diri dan merasa paling pintar. Dengan meninggikan diri, manusia cenderung tidak mau berbagi maupun merasakan dan berempati dengan sesamanya yang di bawahnya.
Tuhan Yesus mengajarkan untuk selalu rendah diri dengan harapan agar manusia dapat menekan ego sehingga mau berbaur dengan sesamanya yang kurang beruntung. Merendahkan diri tidak selamanya merugikan loh. Dengan merendahkan diri, kita dapat belajar menguasai ego kita sekaligus menahan nafsu untuk selalu minta dipuji dan dihormati oleh orang lain secara sengaja alias gila hormat. Merendahkan diri dapat membuat kita menyadari bahwa kita manusia yang tidak mampu sesuatu dan Tuhanlah yang mampu segalanya.

Segala yang kita peroleh bukanlah karena kekuatan dan usaha kita, melainkan merupakan sepenuhnya kasih karunia berkatdari Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada hak kita untuk meninggikan diri. Tuhan Yesus pun merendahkan diri dengan lahir sebagai anak tukang kayu di keluarga yang tidak kaya hingga lahir di kandang hewan. Justru dengan merendahkan diri, Allah Bapa meninggikan Yesus. Jika Tuhan Yesus meninggikan diri, tidak mungkin Ia mau dilahirkan di keluarga sederhana dan lahir di kandang hewan. Tuhan Yesus sendiri memberikan teladan bahwa segala yang diperoleh manusia merupakan semata karena belas kasihan dari Allah Bapa. Dengan merendahkan diri, maka sesama kita akan dapat melihat kelebihan dan kebaikan kita sehingga ia akan meninggikan kita secara tidak langsung.

Marilah kita meneladani Tuhan Yesus yang rela merendahkan diri lahir di kandang hewan demi mengerti makna belas kasih kepada sesama. Dengan merendahkan diri, kita dapat belajar menghargai orang lain sehingga pada akhirnya sesama kita yang melihat kelebihan kita akan meninggikan diri kita.
Damai Natal selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Senin, 23 Desember 2013

Adakah Roh Allah di dalam diri kita?

"Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita." (1 Yohanes 3:24).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Sebagai umat yang mengenal Allah, pernahkah terpikir oleh kita apakah Allah ada di dalam kita? Atau adakah kita di dalam Allah? Kita sering berkata baik, berbuat baik, bermulut manis, bertingkah terpuji, namun apakah semuanya itu kita lakukan tulus atau ada makna di balik semuanya?

Barangsiapa yang memiliki Roh Allah di dalam dirinya, maka sudah pasti ia akan melakukan perintah-Nya. "Dan inilah peritah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita." (1 Yohanes 3:23). Percaya berarti 100% yakin akan segala perkataan, janji, dan ajaran Tuhan Yesus. Memang jika diperhatikan dengan akal sehat, ajaran cinta kasih Tuhan Yesus sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kita dapat berbuat baik kepada orang yang telah menjahati kita. Bagaimana kita dapat membagi milik kita yang telah dengan susah payah kita cari untuk orang yang tidak punya karena tidak berusaha mencarinya. Namun, Allah hanya meminta kita untuk mempercayai segala perkataan, ajaran, janji, dan teladan putra-Nya.

Dengan mempercayai berarti kita mengimani bahwa kita pada akhirnya akan menerima berlipat ganda karena dengan memberi, kita akan menerima. Allah akan membalasnya berlipat ganda kepada siapa saja yang dengan kasih karunia memberikan miliknya kepada sesamanya yang membutuhkan. Sebab jika kita menuruti dan melaksanakan perintah-Nya, berarti Roh Allah tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Allah sehingga apa yang kita minta dan harapkan juga akan diberikan oleh Allah kita untuk kita.

Marilah kita belajar untuk meyakini bahwa dengan memberi sesuatu dengan kasih, kita tidak akan berkekurangan. Bahkan akan menerima balasan dari Tuhan berlipat ganda. Tuhan beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Minggu, 22 Desember 2013

No Action Talk Only? No way!

"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1 Yohanes 3:18).

Shalom kerabat terkasih dalam Kristus.
No Action Talk Only (alias ngomong doang ngga pake tindakan) merupakan plesetan singkatan yang terdengar menggelitik. Tetapi jangan salah, karena banyak dari umat Kristiani yang juga melakukan hal itu secara sadar maupun tak sadar, terutama dalam hal mengasihi sesama.

Siapa sih sesama kita itu? Sesama kita adalah semua manusia ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita tanpa membedakan perbedaan yang ada. Seringkali kita pilih-pilih dalam mengasihi sesama kita. Kita hanya mengasihi orang yang tahu balas budi, orang yang berpengaruh, orang yang kita kenal, maupun kerabat dan saudara kita sendiri.
Pengertian sesama yang diajarkan Tuhan bukanlah sesempit itu, terutama dalam hal mengasihi!

"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yohanes 3:16). Adakah Tuhan Yesus pilih-pilih saat akan menyerahkan nyawa demi menebus kesalahan dan dosa kita? Adakah Tuhan Yesus menuntut imbalan atas darah-Nya yang tertumpah bagi kita?

Kita dapat hidup seperti sekarang bukan semata karena usaha dan tindakan kita, melainkan murni sepenuhnya karena kasih karunia Tuhan Allah kita kepada kita agar kita dapat menunjukkan kasih Allah kepada sesama kita. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Kita tidak mempunyai hak apapun atas apa yang kita peroleh, bahkan jiwa raga kita adalah milik Tuhan. Kita hanya diberi kebebasan dalam melakukan dan mengerjakan ladang Tuhan.

Hendaknya kita menjadi pekerja yang rajin di ladang Tuhan dengan menunjukkan tindakan dan bukan hanya menggunakan kata-kata dan lidah saja karena kasih tidak dapat dipahami jika kita hanya mengandalkan kata-kata dan penjelasan saja. Kasih dapat sepenuhnya dipahami dan diajarkan hanya melalui tindakan. Dengan merasakan kasih, orang baru mampu memahami dan menghayatinya sehingga dapat meneruskannya kepada yang lain.

Marilah kita sama-sama mengajarkan kasih kepada sesama kita melalui tindakan nyata dan bukan hanya keluar dari mulut kita saja agar dunia kita dipenuhi dengan kasih Allah.
Kiranya Kasih Tuhan Allah kita selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Jumat, 20 Desember 2013

Puji Tuhan! Kita adalah anak-anak Allah.

"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.." (1 Yohanes 3:1).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Kali ini tidak ada salahnya sesekali berbangga diri. Mengapa? Karena kita adalah anak-anak Allah. Menjadi anak pejabat, aktor, atlet terkenal, maupun pebisnis sukses membuat manusia bangga dan dihormati oleh orang sekitarnya. Namun mengapa disebut anak Allah tidak membuat manusia dihargai orang sekitarnya? Bukankah Allah jauh lebih berkuasa daripada jabatan manapun?

Dunia ternyata tidak mengenal Allah! Dunia hanya tahu adanya Allah namun tidak mengenal-Nya! Andaikata dunia mengenal Allah, tentulah kita sebagai anak-anak Allah akan dihargai dan dihormati layaknya jabatan lain yang bergengsi di mata dunia. Lantas bagaimana?

Sudah menjadi tugas kita sebagai anak-anak Allah untuk mengenalkan Bapa kita kepada dunia agar dunia boleh mengambil bagian dalam penyelamatan Kristus di akhir zaman kelak. Kita sendiri pahami, sadar maupun tak sadar, kita sebagai anak Allah pun terkadang masih malu dan takut untuk mengenalkan Allah Bapa kita kepada dunia. Kita hanya berani memuji dan memuliakan Allah Bapa kita di lingkungan gereja. Bahkan kita takut untuk mengenalkan Allah Bapa kita kepada keluarga kita yang belum mengenal-Nya!

Memperkenalkan Allah Bapa kita bukan berarti secara frontal mengajak sesama kita yang belum mengenal-Nya untuk masuk ke Kristen. Memperkenalkan Allah Bapa kita dapat dimulai dari diri kita sendiri dengan cara berkomitmen untuk bertindak sesuai dengan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan selalu mengawali dan mengakhiri kegiatan kita dengan berdoa, tidak takut ataupun malu bersyukur kepada Tuhan dengan mengatakan "Puji Tuhan", dan sebagainya pun merupakan langkah awal memperkenalkan Allah Bapa kita kepada orang sekitar kita yang belum mengenal-Nya.

Kita tidak perlu menginjili jika kita memang belum memiliki karunia peginjilan, namun kita dapat mendoakan dan memberi teladan kepada orang lain. Dengan berbuat baik, maka secara tidak langsung orang akan tertarik mengenai kehidupan kita. Orang akan mencari tahu rahasia di balik sikap kita tersebut sehingga pada akhirnya akan mengarah pada pengenalan kepada Allah Bapa kita.

Marilah kita memperbaiki diri sendiri dulu dan memberanikan diri kita untuk selalu menunjukkan jati diri kita sebagai anak-anak Allah di mata dunia yang belum mengenal Allah Bapa kita. Niscaya dunia kelak akan mengenal Allah Bapa kita sehingga kita akan dapat berbangga dan dihormati oleh karena Allah Bapa kita.
Berkat Tuhan beserta kita selamanya, Puji Tuhan! Amin!

Selasa, 17 Desember 2013

Kegelapan yang paling gelap...?

"Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kristus adalah terang kebenaran, maka ada baiknya jika kita mengerti apa itu kegelapan. Mengerti bukan berarti mengenal loh ya. Mengerti dibutuhkan agar kita dapat membedakan kegelapan dengan terang sehingga kita dapat menghindarinya.

Selama ini kita sering mendengar dalam ayat berupa perumpamaan orang yang berdosa akan dimasukkan ke dalam kegelapan yang paling gelap dimana hanya ada gertak gigi. Namun sebetulnya jauh dari itu pun sudah merupakan kegelapan. Ketika mata kita mengingini sesuatu yang berasal dari dunia, hati kita akan terbawa kerakusan akan hal duniawi tersebut, maka pikiran kita tidak akan bisa berpikir jernih, di sanalah kegelapan dimulai. Manusia tidak akan segan melawan saudara sendiri demi memuaskan keinginan mata tersebut dan tidak akan pernah tenang sebelum mampu menguasainya. Setelah menguasainya pun manusia akan mengingini sesuatu yang lebih akibat matanya.

"Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya." (1 Yohanes 2:11). Rasul Yohanes berusaha mengingatkan kita agar mata kita tidak dibutakan oleh kegelapan. Manusia sering memusuhi, membenci, dan mencabik saudaranya sendiri demi memuaskan hasrat pribadi. Kegelapan yang perlu kita waspadai di sini bukanlah kegelapan secara fisik, yaitu suatu keadaan dimana mata fisik kita tak mampu melihat sekitar. Kegelapan yang harus kita waspadai adalah kegelapan mata hati kita, dimana kita tidak lagi mampu mencintai sesama kita di sekeliling kita, dimana kita kehilangan arah hidup kita, dimana kita tidak tahu kemana dan apa tujuan hidup kita, dimana hati kita tidak lagi dapat menjerit saat kita melakukan tindak kejahatan dan dosa.
Memang terkesan sepele, namun banyak manusia yang terjatuh ke dalam kegelapan ini dan mereka tidak menyadarinya, tidak terkecuali penulis sendiri. "Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." (1 Yohanes 2:4).

Bagi kita orang berdosa, Tuhan selalu membuka pintu pertobatan. Tuhan tidak pernah menutup pintu hati dan pintu yang terang itu. Namun, tidak selamanya juga pintu tersebut akan dibuka karena ada satu saatnya pintu tersebut akan ditutup dan seluruh anggota Kerajaan-Nya akan memulai pesta.
Marilah kita berlomba-lomba untuk tetap masuk di dalam pintu terang itu. Terkadang memang pemandangan di luar pintu tersebut sangat menggiurkan, namun kita tidak tahu hal yang menggiurkan itu adalah kegelapan yang paling gelap. Kita sering tertarik ke dalam kegelapan tersebut dan tidak ingin berbalik menuju pintu terang tersebut. Hanya dengan perantaraan Tuhan Yesuslah, kita dituntun kembali menuju pintu terang itu melalui pertobatan tulus.

Marilah kita sama-sama saling menguatkan dan meyakinkan agar kita tidak mengejar kegelapan yang paling gelap itu sehingga mata kita tidak dibutakan hingga tak tahu arah kemana tujuan kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Minggu, 15 Desember 2013

Tidak ada manusia yang sempurna

"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini akan membicarakan mengenai kesempurnaan. Seperti peribahasa yang sering kita dengar: tak ada gading yang tak retak, begitu pula manusia tidak ada yang sempurna. Manusia adalah makhluk berdosa. Sejak lahir, manusia telah membawa dosa asal sehingga perlu dibawa mengenal Tuhan Yesus yang adalah juru selamat kita. Lalu bagaimana caranya agar kita menjadi sempurna seperti layaknya Bapa kita adalah sempurna?

Bertobat, mengakui segala dosa dan kesalahan kita, berjanji tidak akan mengulangi dosa dan kesalahan kita, dan memberikan diri untuk dibaptis adalah cara menuju kesempurnaan itu. Karena "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Dengan mengakui dosa kita dengan hati yg tulus dan menyesal, Tuhan akan berbelas kasih kepada kita ciptaan-Nya yang paling dikasihi dan membantu menyucikan kita semua. 

Tuhan Yesus mengerti segala persoalan, tantangan, godaan, cobaan, dan kesulitan yang kita hadapi karena Ia telah menjelma menjadi manusia dan turut merasakannya. Namun Tuhan Yesus dapat bertekun dalam doa dan tidak berdosa dengan taat kepada Bapa di sorga sampai mati. Maka sekiranya kita mengikuti teladan Tuhan Yesus. 

Memang kita tidak akan bebas dari dosa, namun kita dapat mencegah diri kita untuk berbuat dosa dengan selalu bersandar kepada-Nya dan memohonkan bantuan-Nya. Dengan mengamalkan serta memahami dan menempatkan cinta kasih di dalam hidup kita pun dapat mendorong kita untuk tidak berbuat dosa. Segeralah mengakui kesalahan dan dosa kita kepada Allah serta mohon ampunan-Nya ketika kita berbuat dosa.

Marilah kita belajar untuk menaham diri dari dosa dan belajar mengakui dosa kita serta memperbaiki diri kita sehingga kita dapat menjadi sempurna seperti Allah Bapa kita adalah sempurna.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Jumat, 13 Desember 2013

Manusia baru (Kolose 3:5-17)

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala" (Kolose 3:5).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Kali ini marilah kita merenungkan makna menjadi manusia baru. Tuhan Yesus dan para murid-Nya sering menekankan bahwa kita adalah manusia baru yang telah ditebus dan dibebaskan dari perhambaan dosa. Namun sedikit dari kita yang mengerti makna menjadi manusia baru. Apakah kita terlahir kembali baru secara jasmani? Ataukah kita merubah drastis penampilan kita?

Yang dimaksud dengan menjadi manusia baru adalah pembaharuan dalam tingkah laku dan iman kita. "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:8-10).

Tuhan meminta kita untuk meninggalkan kebiasaan buruk kita yang lama dan mulai meneladani-Nya dalam cinta kasih sebab ajaran Tuhan yang utama adalah hukum cinta kasih. "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenalanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:12-13)

Menjadi manusia baru juga berarti mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi di dalam kehidupan kita. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah." (Kolose 3:15).

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:17)
Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 10 Desember 2013

Jangan tamak!

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15).

Shalom saudara-saudari dalam Kristus.
Kali ini yang ingin disampaikan adalah pesan agar kita tidak tamak.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari rasa ingin dihargai. Meskipun banyak cara agar manusia mendapat penghargaan dan pengakuan dari sesamanya, kita seringkali menggunakan ukuran duniawi, yaitu harta kekayaan, dalam memperoleh pengakuan dari sesama. Semakin kayak seseorang, maka perkataannya akan didengarkan, cara berpakaiannya akan ditiru, dan dapat berbuat seenaknya sendiri. Uang dianggap dapat menyelesaikan segalanya. Oleh karena itulah, manusia mulai tamak. Manusia mulai tidak mudah puas akan kekayaan yang diperolehnya dari Tuhan mereka!

Tuhan Yesus selalu mengingatkan agar janganlah memelihara ketamakan akan harta duniawi karena hidup manusia tidaklah bergantung pada harta kekayaan, melainkan bergantung pada kasih karunia Bapa. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari harta duniawi sekalipun hidup mereka sudah berkelimangan harta. Banyak pengusaha saling claim bahkan saling membunuh untuk dapat memperoleh tender project trilliunan.
Yang masih hangat adalah perebutan harta warisan pahlawan apartheid, Nelson Mandela, oleh kedua anak perempuannya meskipun mereka sudah memiliki bisnis pribadi yang tergolong sukses.

Sampai taraf manakah manusia dapat puas akan hartanya? Tidak takutkah kita akan murka Allah? Kita selalu memikirkan harta, harta, dan harta. Kita takut kehilangan harta kita sehingga kita bekerja keras membanting tulang. Kita selalu melihat ke atas, ingin seperti orang yang lebih kaya, hati kita penuh ketamakan. Kita lupa akan Tuhan kita.
Banyak pengusaha yang dulunya sukses mengalami kebangkrutan dan mengakhiri hidup mereka akibat ketamakan hati pengusaha yang lain. Dapatkah kita menjadi seperti Ayub jika suatu saat segala harta kita diminta kembali oleh Allah? Akankah kita tetap beriman?

Berdoalah kepada Tuhan agar kita diberi kekuatan untuk menahan hawa nafsu ketamakan dalam hati kita. Hendaklah kita mencukupkan diri atas penghasilan yang kita terima. Dan mintalah kepada Tuhan hati yang tetap teguh percaya akan segala rencana-Nya. Jika kita tetap setia hingga akhir, maka segala milik kita akan dilipat-gandakan oleh Tuhan kita.

Semoga kita dapat mulai belajar untuk tidak tamak dalam harta duniawi. Tuhan beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Jika Allah mencintai ciptaan-Nya, mengapa ada kemiskinan, ketidak-adilan, dan kesengsaraan?

"....penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yohanes 11:4).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik yang akan dibahas kali ini mengenai seberapa besar cinta Allah kepada ciptaan-Nya.

Kita pasti sering berpikir, jika Allah mencintai ciptaan-Nya, untuk apakah ada kemiskinan? Untuk apakah ada kesengsaraan dan ketidak-adilan di dunia ini? Tidakkah lebih mudah bagi manusia untuk percaya dan berbakti kepada-Nya jika dunia ini aman tentram bahagia?

Mungkin pemikiran manusia adalah begitu, yaitu pikiran duniawi, sedangkan apa yang dilihat Allah berbeda dengan dunia. Dalam Yohanes 9:1-3 terdapat percakapan singkat antara Yesus dengan murid-Nya mengenai mengapa terdapat orang yang terlahir buta. Di sana murid Yesus menanyakan kesalahan siapakah yang ditanggung oleh orang buta tersebut. Akan tetapi Yesus menjawab bahwa itu bukan kesalahan siapa-siapa, adanya hal itu adalah karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam orang buta tersebut.

Kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia memiliki sifat seeing is believing, yaitu jika kita tidak melihat maka kita sulit untuk percaya. Jika di dunia ini tidak ada kesengsaraan, kemiskinan, dan ketidak-adilan, dengan apakah Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia agar manusia dapat kembali kepada jalan kebenaran? Akankah manusia mau percaya akan adanya Tuhan Allah yang maha baik?

Tidak dapat kita pungkiri bahwa keadaan yang serasa aneh tersebut justru dijadikan sebagai lahan untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Jika di Calcuta tidak ada kemiskinan sama sekali, akankah muncul Bunda Teresa yang mengenalkan ajaran kasih Kristus terhadap sesama manusia tanpa pandang bulu? Jika Nick Vujicic terlahir sempurna, akankah ada manusia yang tersentuh dengan kebesaran anugerah dan kasih dari Tuhan Allah kita?

Mengapa Tuhan kita membutuhkan penyataan kasih? Sebab manusia telah jatuh ke dalam dosa sejak awal mereka dilahirkan. Manusia adalah lemah dan selalu jatuh ke dalam percobaan yang diberikan oleh Iblis seizin Tuhan. Manusia tidak mau tahu maksud dan tujuan mereka diciptakan oleh pencipta-Nya, manusia tidak pernah mencari tahu tujuan hidup yang telah ditetapkan oleh penciptanya sejak mereka dalam kandungan ibu mereka.

Memang jalan pikiran Tuhan tidak akan dapat kita logika, hanya dapat kita imani dengan tulus. Selama kita mau percaya kepada-Nya, yang berarti juga melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka kita akan senantiasa memperoleh hidup yang kekal.

Marilah kita selalu berdoa dan meminta penguatan kepada Tuhan kita agar kita mengerti tujuan hidup kita, siapa tahu kita merupakan alat bagi Tuhan untuk menyatakan kuasa kasih-Nya di lahan kemiskinan, kesengsaraan, dan ketidak-adilan tersebut.

Kasih karunia dan damai Tuhan kita selalu beserta kita semua. Amin.

Sabtu, 07 Desember 2013

Batas Pergaulan

"Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama." (1Korintus 5:11).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini penulis hanya copas dari broadcast yang diterima dari rekan seiman, mengenai batas pergaulan.

Kita sering mendengar nasihat semacam ini: “Bergaullah dengan orang yang positif agar kualitas diri kita tumbuh semakin positif.” Nasihat yang baik, namun kurang berimbang karena, secara halus, mendorong kita untuk menjauhi orang yang negatif. Dengan kriteria itu, Yesus termasuk orang yang salah bergaul. Dia dijuluki sebagai sahabat orang berdosa, pemabuk, dan lain-lain.
Orang seperti apakah yang patut kita jauhi? Orang itu berbuat dosa yang tidak lazim dan lebih bobrok dari perbuatan orang berdosa pada umumnya. Secara tersirat, orang itu bukan sedang bergumul melawan dosa, melainkan menikmati dosanya dan tidak malu memamerkan dosanya. Dan, orang itu mengaku sebagai orang Kristen, padahal sejatinya ia tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus.

Maksud ayat ini mengucilkan / menjauhi orang2 tersebut ini bukan untuk membinasakan jiwanya ataupun karena sentimen pribadi, melainkan untuk mendisiplinkan mereka. Dengan maksud menyelamatkan dan memulihkan mereka. Dan maksud lain ayat tsb, kita tidak boleh ikut dalam perbuatan mereka. Karena YESUS mengajarkan kita untuk berdamai dengan semua orang (Rom. 12:18) dan mengasihi siapa saja. Terhadap musuh pun, kita diminta mendoakan dan memberkati (Mat. 5:44). Lalu, siapa yang tersisa untuk kita benci?

FOKUS DALAM PERGAULAN BUKANLAH MENGUCILKAN ORANG TERTENTU,
MELAINKAN MELAYANI DAN MENGASIHI SEMUA ORANG

( ~ _ ~ )
.    (")(")
☆˚◦°•˚◦♥ O:) äмiπ O:) ♥˚◦°•˚◦☆

Jangan melupakan Tuhan dalam setiap rencana kita

"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap uang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Topik ini mengingatkan kita bahwa hendaklah kita mengikut-sertakan Tuhan dalam setiap rencana kita sebab Tuhan merupakan pemegang kendali atas hidup kita. Kita bukan lagi milik kita sendiri, melainkan milik-Nya.

Seringkali kita, dalam menyusun rencana, baik rekreasi, pekerjaan, keluarga, maupun masa depan, melupakan Tuhan. Tak banyak umat Kristiani yang ingat akan Tuhan dan memohon bantuan serta persetujuan Tuhan dalam menyusun segala rencananya. Kita begitu yakin seakan kita akan hidup lama di dunia ini.

Hidup kita bagaikan uap, yang sebentar kelihatan kemudian hilang. Kita dapat lihat dari kejadian tragis Paul Walker. Walker meninggal dunia di usia muda di tengah-tengah acara penggalangan dana sosial untuk korban badai. Suatu kegiatan sosial yang baik, namun mengingatkan kita bahwa hidup manusia adalah singkat. Manusia tidak akan tahu kapan jiwanya akan kembali menghadap sang pencipta. Untuk itu, ada baiknya jika kita selalu mengingat Tuhan dalam setiap rencana kehidupan kita. Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang memutuskan.

"Sebenarnya kamu harus berkata: jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yakobus 4:15). Dengan tidak menyertakan Tuhan dalam setiap rencana, berarti kita telah berbuat congkak dan memegahkan diri dalam setiap rencana kehidupan kita.

Sebagai penguatan, penulis ingin membagikan pengalaman nyata mengenai apa yang terjadi jika kita selalu menyertakan Tuhan dalam setiap rencana:
"Penulis tergabung dalam anggota persekutuan dimana anggotanya sangat takut kepada Allah. Tiap-tiap dari mereka selalu menyertakan Tuhan di dalam setiap rencana acara dan kehidupan mereka dengan sungguh-sungguh. Mereka selalu berdoa dan menyerahkan seutuhnya segala rencana yang mereka susun kepada Tuhan. Dan Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada tiap-tiap rencana acara dan kehidupan mereka. Tuhan menjaga dan merestui tiap langkah rencana mereka sehingga berjalan dengan sukses dan lancar. Tuhan tidak pernah meninggalkan tiap-tiap dari mereka yang selalu mengikut-sertakan Tuhan di dalam setiap rencana. Pernah juga di musim hujan akhir-akhir ini akan merencanakan acara BBQ di tmpt terbuka. Rencana telah disusun matang-matang seminggu sebelum acara hari H. Para anggota diajak mengikut-sertakan Tuhan di dalam kelancaran acara itu. Tiap-tiap anggota pun berdoa dan menyerahkan acara BBQ tersebut kepada Tuhan. Empat hari berturut-turut sebelum hari H, hujan turun lebat. Namun pada hari H saat waktu yang direncanakan, hujan sama sekali tidak turun. Bahkan di ramalan cuaca via internet maupun film dan berita pun mengatakan akan turun hujan. Acara BBQ itu pun berjalan lancar dari awal hingga akhir. Kemudian, ketika seluruh anggota sudah pulang barulah turun hujan."

Dari kisah nyata di atas, dapatlah kita lihat betapa besar kuasa dan kasih Tuhan kepada umat-Nya yang selalu bersandar kepada-Nya, yang selalu mengikut-sertakan Ia di dalam setiap rencana.
Marilah kita bersama-sama mulai belajar untuk mengikut-sertakan Tuhan di dalam setiap rencana kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati kita semua sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Layakkah para gembala saling berebut domba?

"Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?" (Yakobus 4:1).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik yang dibahas adalah mengenai gembala. Jika membaca berita akhir-akhir ini ada pendeta yang saling menuntut. Pantaskah gembala saling berebut domba? Ataukah pantas jika gereja diperlakukan layaknya perusahaan, yang dapat diperebutkan hak dan akte pendiriannya? Apakah makna gereja saat ini telah luntur? Ataukah pendeta sekarang merupakan suatu mata pencaharian dan bukan sebagai pelayanan yang tulus untuk menggembalakan domba Allah?

Melihat pemberitaan dimana pendeta saling menuntut akibat perubahan akta pendirian gereja yang tersebar dari surat kabar terkenal di Surabaya, sepatutnya kita sebagai umat Kristen MALU! Gereja seharusnya memiliki arti perkumpulan jemaat Allah, dimana kita saling berbagi, saling menguatkan, dan saling memberkati.
Namun akhir-akhir ini muncul banyak jenis gereja yang fokusnya sudah tidak lagi murni penggembalaan domba Allah, melainkan merupakan sarana mata pencaharian. Banyak gereja yang berdiri layaknya sebuah perusahaan yang kepemilikannya harus jelas dan pembagian "harta"nya harus adil.

" Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." (1 Petrus 5:2). Jika para pemimpin agama Kristen benar-benar mengerti makna dari apa yang ingin ditekankan oleh Rasul Petrus dalam penggalan kitab tersebut, maka sejatinya tidak akan pernah ada perebutan hak atas gereja dan tidak akan ada saling tuntut antar pendeta. Miris dan perih memang hati ini membaca berita tersebut. Bukankah seorang pendeta harus memberi contoh kepada umatnya? Bukankah pendeta harus dapat merendahkan dirinya dan melayani sesamanya seperti yang telah diteladankan oleh Yesus sendiri?
Jika pendeta sendiri saling tuntut mengenai persoalan akta gereja, bagaimanakah mereka dapat menggembalakan secara sukarela domba Allah yang dipercayakan kepada mereka oleh-Nya?

Tidak mudah menjadi pemimpin agama dan sangatlah manusiawi jika pendeta juga berbuat dosa. Bahkan tak jarang para rasul pun bertengkar dan berselisih paham mengenai tingkah laku dan pola mengajar. Namun, hendaknya mereka saling menegor dan mendoakan sesama dalam hal perbaikan tingkah laku, bukan saling menuntut melalui jalur hukum. Lagipula Tuhan Yesus sendiri menegor para murid-Nya yang berusaha mencegah orang yang bukan tergolong murid Yesus melakukan mujizat di dalam nama Allah (baca Markus 9:38-40). Sangat tidak pantas jika para pemimpin agama Kristen berebut kepemilikan gereja sebab Gereja (baca: jemaat) bukanlah untuk diperebutkan, melainkan untuk digembalakan sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus!

Marilah kita berdoa agar tidak ada lagi perebutan memalukan seperti ini. Marilah kita menjadi teladan yang baik di tengah dunia.

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Kamis, 05 Desember 2013

Mata ganti mata, gigi ganti gigi? Sudah tidak zaman lah.. kan ada Tuhan Yesus

"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." ( Matius 5:38-39).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Topik kali ini adalah mengenai pembalasan dendam. Akhir-akhir ini sering kita membaca ataupun melihat berita mengenai pembunuhan dan penganiayaan yang dilandasi rasa dendam. Seorang bawahan yang dendam kepada atasannya membunuh anak atasannya, kemudian sang ayah tidak terima dan membalas membunuh keluarga dari pelaku tersebut. Kerabat dari korban tabrak lari membunuh penabraknya setelah tidak mau bertanggung jawab penuh. Seorang anak tega membunuh ayahnya sendiri karena melihat ibunya dianiaya.

Dari kasus-kasus di atas, tersirat bahwa manusia masih menerapkan ajaran lama, yaitu mata ganti mata, dan gigi ganti gigi, dimana jika aku kehilangan sesuatu karena kamu maka kamu pun juga harus kehilangan sesuatu yang serupa. Ironis memang, namun itu merupakan fakta yang terjadi di dunia saat ini.
Apa yang dapat kita lakukan selaku umat Kristiani? Akankah kita masih mengikuti aturan lama tersebut?

Sekali-kali TIDAK! Memang di perjanjian lama tertulis mata ganti mata dan gigi ganti gigi, namun Tuhan Yesus telah datang dan memperbaharui perintah tersebut. Tuhan Yesus justru meminta kita untuk mendoakan orang yang berlaku jahat kepada kita. Memang hal itu susah dan memang mengikut Tuhan itu susah, namun jika kita dapat melakukannya maka kita akan berbahagia di Kerajaan Allah kelak.

Janganlah memiliki dendam terhadap sesama dan janganlah menuntut balas. Janganlah main hakim sendiri dengan membalas perbuatan orang lain yang menyakiti kita dengan balasan yang jahat. Kita wajib menghilangkan keinginan balas dendam.
Rasul Paulus mengajarkan dalam Roma 12:19 "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.". Pembalasan merupakan hak Allah sebab Tuhan Allah kita adalah hakim yang agung. Pengadilan di dunia mungkin kita rasa tidak adil dan ada pihak yang dirugikan, namun percayalah bahwa penghakiman yang dilakukan Allah adalah ADIL sebab Allah kita adalah MAHA ADIL.

Serahkanlah perihal pembalasan kepada Tuhan Allah kita dan janganlah kita menuntut balas. Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan, asalkan kita tetap bersandar kepada-Nya, maka kita akan menang pada akhirnya.

Berbuatlah baik dan teguhkanlah iman kita sebab di dunia yang semakin tidak adil ini, kita harus mencerminkan Kerajaan Allah.

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Selasa, 03 Desember 2013

Perpuluhan duit? Sudah biasa... perpuluhan waktu? Luar biasa!

"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran" (Hosea 6:6).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik kita kali ini akan membahas mengenai perpuluhan. Bahasan ini berdasarkan sharing dari komunitas yang penulis hadiri. Seperti yang telah dijelaskan dalam topik sebelumnya, kita harus mendekatkan diri pada komunitas kerohanian agar kita saling bertumbuh dalam iman dan kasih. Bagi yang belum menggabungkan diri ke dalam komunitas rohani, penulis akan share beberapa topik.

Oke, back to topic. Kita sebagai umat Kristiani tentu mengenal istilah perpuluhan. Perpuluhan adalah suatu kondisi dimana kita memberikan sepersepuluh dari apa yang kita dapatkan kepada Tuhan. Umat Kristiani kerap kali memberikan sepersepuluh dari pendapatan mereka sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan. Jumlah sepersepuluh tersebut masing-masing orang berbeda. Namun, apakah dengan memberikan perpuluhan tersebut tugas kita selesai?

"Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Matius 9:13). Tuhan tidak menuntut kita untuk memberikan perpuluhan sebagai persembahan. Ia ingin agar kita dapat saling mengasihi sesama kita. Bagaimanakah caranya agar kita mampu mengasihi sesama kita? Hanya dengan selalu bersekutu dengan Tuhan Yesus dan meneladani kehidupan-Nya lah kita dapat mengasihi sesama kita.
Perpuluhan harta sudah biasa kita lakukan, namun dalam Hosea 6:6, Tuhan meminta agar manusia lebih mengenal-Nya. Tuhan tidak menuntut harta kita, talenta kita, maupun keahlian kita karena semuanya itu berasal dari Dia. Tuhan meminta hati kita, diri kita, tubuh kita, dan waktu kita agar kita dapat bersekutu dengan-Nya.

Persekutuan dengan Tuhan merupakan sarana untuk lebih mengenal Tuhan dan ajaran-Nya. Bersekutu dengan Tuhan dapat dilakukan dengan saat teduh. Janganlah selalu menjadi pembicara, jadilah pendengar. Tenangkanlah diri sejenak untuk meresapi dan merenungi firman Tuhan, untuk melihat kembali kebaikan Tuhan selama seharian aktifitas kita, dan katakan kepada Tuhan bahwa kita mau berserah kepada Tuhan. Kita tidak akan mendapatkan jawaban berupa audible sound dari Tuhan, namun dengan selalu hening sejenak untuk Tuhan, kita akan tahu apa yang Tuhan inginkan untuk kita. Itulah perpuluhan waktu.

Sanggupkah kita memberikan perpuluhan waktu kita untuk Tuhan? Maukah kita memberikan perpuluhan waktu untuk Tuhan kita? Tantanglah diri kita untuk memberikan perpuluhan waktu bagi Tuhan kita!

Damai Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin!

Kamis, 28 November 2013

Hormatilah Ibu Bapamu!

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Ulangan 5:16).

Shallom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua kita. Kita seharusnya prihatin karena akhir-akhir ini banyak anak yang tidak lagi menghormati orang tua mereka. Mereka menganggap telah dewasa dan mampu mengatur hidup mereka sendiri sehingga tidak mengindahkan nasihat orang tua mereka. Bahkan tak jarang anak yang memukul, menganiaya, bahkan sampai membunuh orang tua mereka. 

Banyak anak muda yang merasa mereka sudah pandai sehingga mengutuk, mengata-katai, dan membodoh-bodohi orang tua mereka. Sesungguhnya Tuhan Yesus telah mengajarkan kita agar kita tidak melakukannya. "Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati" (Matius 15:4). Kita mungkin menerima pengajaran dan pendidikan yang lebih tinggi daripada orang tua kita, namun kita harus ingat bahwa dengan keringat dan air mata orang tua kita lah maka kita dapat mendapatkan semuanya itu. Tanpa orang tua, kita tidak akan menjadi diri kita yang saat ini, maka marilah kita berkaca pada diri kita, sudahkah kita menghormati orang tua kita? Orang tua kita tidak akan pernah meminta balasan, imbalan, maupun penghormatan dari kita. Kita sendirilah yang harus menyadari bahwa kita harus menghormati orang tua kita. Hanya dengan selalu mendoakan, berkata lembut, saling bertegur sapa, dan bicara sopan kepada orang tua kita sudah cukup membuat orang tua kita bahagia.

Apakah benar-benar perlu dan penting menghormati orang tua? BENAR dan SANGAT!
Ingatlah bahwa orang tua kita merupakan orang yang kepada siapa Tuhan menitipkan dan mempercayakan kita. Orang tua kita adalah wakil Tuhan di dunia. Namun seperti layaknya kita, orang tua kita jugalah manusia yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, maka hendaknya kita saling menasihati dan mendoakan dengan sopan santun dan tidak berkata kasar apalagi membentak.
Dalam 10 Perintah Allah, Hormatilah Ibu Bapamu terletak pada perintah ke-4 yang juga merupakan perintah pertama yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (dimana perintah ke-1 hingga ke-3 mengatur antara manusia dengan Tuhan Allah). Jadi, dapatkah kita masih mengatakan bahwa menghormati orang tua tidaklah penting? Masakah Tuhan Allah kita salah memberikan perintah? Sekali-kali TIDAK!

Marilah kita yang selama ini masih memusuhi orang tua kita, mulai membuka hati kita dan merenungkan baik-baik betapa besar kasih orang tua kita kepada kita. Tidak selayak dan sepantasnya kita bertindak sombong dan angkuh kepada orang tua kita. Janganlah membuang dan membenci, atau bahkan tidak mengakui orang tua kita, terutama ketika kita sukses. Janganlah pernah malu mengakui orang tua kita sebagaimana orang tua kita tidak pernah malu mengakui kita sebagai anak mereka bagaimanapun kondisi kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Senin, 25 November 2013

Mulutmu harimaumu! Yang bener?

"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Judul kali ini berupa slogan yang sering kita dengar. Maksud dari slogan tersebut adalah agar kita menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita. Namun seharusnya yang perlu kita jaga bukanlah mulut kita, melainkan hati dan pikiran kita sebab apa yang keluar dari mulut bersumber pada hati an pikiran kita.

Perkataan kita yang dapat menjadi batu sandungan bagi kita adalah ketika kita marah. Marah merupakan suatu dosa karena marah merupakan suatu kondisi dimana manusia sudah tidak dapat berpikir dengan jernih sehingga pelampiasannya adalah dendam. Marah dapat juga menjadi produk sekaligus produsen dari kata-kata buruk.

"Dan janganlah beri kesempatan kepada iblis" (Efesus 4:27) untuk menguasai kita dengan memanfaatkan kondisi kita saat marah. Marah adalah manusiawi, namun mintalah kepada Bapa di Sorga agar senantiasa memberi limpahan kasihnya sehingga kita dapat mengendalikan diri meskipun kita sedang dalam kondisi marah.

"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia" (Efesus 4: 29). Hendaklah seluruh perkataan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi berkat bagi sesama kita. Hal ini penulis tegaskan karena pada hari ini, penulis mengalaminya.
Penulis tidak mampu mengendalikan diri saat marah dan mengeluarkan kata-kata kotor dan menyakitkan hati sehingga mengakibatkan penulis kehilangan kebahagiaan sekaligus menghilangkan kebahagiaan orang lain. Penyesalan selalu datang terlambat, oleh karena itu cegahlah.

Jagalah hati dan pikiranmu dari segala dosa karena hal itu akan nampak dari segala perkataan yang keluar dari mulutmu. Mulutmu bukanlah harimaumu. Harimau tidak dapat kita kendalikan, namun mulut kita dapat kita kendalikan asal tetap memohon bimbingan kepada Tuhan.
Marilah kita saling mendoakan agar kita dapat mengendalikan mulut kita dan agar kita tidak berbuat dosa ketika kita sedang marah.

Tuhan Yesus memberkati kita semua sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Kamis, 21 November 2013

White Lies

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Bahasan kali ini adalah mengenai white lies. White Lies biasa lebih kita kenal dengan "berbohong demi kebaikan". Perlu kita ketahui tidak ada bohong yang demi kebaikan. Tuhan tidak suka jika umat-Nya berada dalam grey area atau daerah abu-abu dimana yang putih dapat diseliwerkan menjadi hitam dan sebaliknya.

"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat" (Matius 5:37). Ajaran tersebut keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan ingin menekankan bahwa tidak ada berbohong demi kebaikan atau white lies. Semua bohong adalah dosa dan upah dosa adalah maut.

Banyak orang yang mengatakan bahwa jika kita tidak mengikuti pola pikir dunia, maka kita tidak akan dapat bertahan hidup. Dunia memang semakin lama semakin kotor dan Tuhan menginginkan agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia. Dillema kan? Galau kan? Mau bertahan hidup di dunia dengan cara tidak menjadi sama dengan dunia, masuk akal kah?

Di dunia yang semakin kotor ini, justru kita harus menonjolkan terang kita kepada dunia. Jika kita menjadi serupa dengan dunia, bagaimana dunia dapat mengenal Tuhan melalui kita? Oleh karena itu, Tuhan menghendaki agar kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dalam menghadapi manusia dunia yang kotor, hendaklah kita menjadi cerdik, baik dalam bertingkah laku maupun dalam perkataan, namun tetap memiliki hati yang tulus mencintai sesama kita.
Cerdik dalam berkata-kata ini bukan berarti disamakan dengan white lies. Ketika kita dalam bahaya, tetaplah berteguh dalam Tuhan. "Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu." (Matius 10:19-20).

Jika kita terus bersandar kepada Allah dan tekun melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, maka dalam situasi terdesak, kita pasti akan dibantu dalam berkata-kata, dan itu bukanlah white lies atau kebohongan. Selama kita berkata-kata tidak dengan tujuan menjatuhkan atau memperkaya diri sendiri, maka perkataan kita tersebut merupakan tuntunan dari Roh Kudus untuk kita agar kita terlepas dari segala kesesakan.

Untuk membantu dalam memahami bahasan kali ini, kita dapat membuka kitab Kejadian 12:10-20, dimana Abram meminta Sarai, istrinya, untuk mengaku sebagai adiknya agar menghindarkan Abram dari pembunuhan oleh raja Mesir. Dalam kisah tersebut, Abram bukan berbohong ataupun white lies, melainkan Ia dipimpin oleh Roh untuk bertindak cerdik seperti Ular namun tulus seperti merpati. Abram tidak melakukan demi menjarah ataupun mendapat pangkat dari raja Mesir. Abram melakukan itu agar Ia terhindar dari maut sehingga dapat melanjutkan memenuhi perintah dan petunjuk Allah kepadanya.

Marilah di dunia yang semakin tercenar ini, kita tetap bahkan semakin bersandar kepada Tuhan kita agar kita tidak jatuh ke dalam dosa. Janganlah sengaja berkata bohong dengan alibi demi kebaikan, melainkan selalu mintalah bimbingan Roh Kudus dari Allag sehingga membantu kita dalam berkata-kata. Jika kita memohon dengan sungguh, maka Allah Bapa kita di surga akan mengutus Roh Kudus untuk membantu kita berkata-kata.

Tetaplah bersandar pada Tuhan dan segala kebenaran-Nya. Damai Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Senin, 18 November 2013

Jagalah kesucianmu!

"Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah" (Matius 5:27).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada kesucian tubuh, terutama kaum wanita. Banyak kita dengar bahwa perempuan di usia SMA, bahkan SMP sudah kelewatan dalam berpacaran. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk berpacaran, namun janganlah sampai melakukan zinah.

Miris memang jika melihat data statistik di pemerintah mengenai berapa perempuan yang masih berstatus pelajar SMA dan SMP sudah tidak lagi menjaga kesucian tubuhnya saat berpacaran.
Kita sebagai umat Kristiani harus menguatkan iman kita dan dapat mengendalikan hawa nafsu. Rasul Paulus mengingatkan kita: "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri" (1 Korintus 6:18). Namun jangan salah mengartikan tegoran rasul Paulus ini dengan berpikir bahwa lebih baik melakukan dosa lainnya daripada percabulan. Sekali-kali TIDAK! Semua dosa adalah sama sehingga tidak ada dosa yang lebih baik daripada lainnya.

Rasul Paulus ingin menyatakan agar kita tidak melakukan dosa percabulan dengan tubuh kita "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:20). Tubuh kita bukanlah lagi milik kita, melainkan milik Kristus karena tubuh kita telah ditebus oleh darah-Nya yang mahal. Hendaklah kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup.

Godaan memang susah untuk dihindarkan terutama datangnya dari seseorang yang kita sayangi (pacar, teman, dan sebagainya), namun dalam kondisi apapun, jangan pernah melakukan percabulan. Hargailah tubuhmu dan jangan pernah menjual tubuhmu kepada manusia yang bukan suami/istrimu. Dengan mempertahankan kesucian tubuh berarti kita menghormati pengorbanan Tuhan kita yang mati disalib demi membebaskan kita dari maut.

Seringlah bersekutu dengan Tuhan, jangan menghindari pertemuan rohani, dan jangan ragu untuk meminta kekuatan dari Tuhan dan sesama dalam Kristus agar kita dapat menangkal godaan untuk berbuat cabul.
Semoga masing-masing dari kita semakin dikuatkan dan disadarkan betapa pentingnya kesucian tubuh kita.

Damai Tuhan kita selalu beserta kamu dan saya. Amin.

Minggu, 17 November 2013

Tertarik ke gereja karena menjanjikan Bahasa Roh?

"Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa" (1 Korintus 14:14).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.

Pembahasan kali ini terdengar cukup ekstrim kan? Bahasa Roh!
Kita semua pasti tahu apa itu bahasa Roh. Bahkan banyak orang terlalu membanggakan diri jika mampu berbahasa roh. Perlu kita garis bawahi, kita tidak perlu terlalu berbangga karena mampu berbahasa roh. Memang Tuhan akan mengaruniakan bahasa roh kepada siapa Ia berkenan dan kita dapat berbangga jika menjadi salah satunya. Namun, janganlah salah dengan terlalu membanggakannya.

Penulis suatu ketika pernah menghadiri seminar kerohanian dimana acara puncaknya adalah pada pemohonan akan bahasa roh. Pada sesi tersebut setiap peserta diharapkan untuk meminta karunia bahasa roh. Masing-masing peserta didoakan secara pribadi oleh pembina agar menerima bahasa roh.
Ketika tiba giliran penulis dan setelah didoakan beberapa orang, penulis masih belum juga merasakan memulai berbahasa roh. Saat itu pembina berbisik:"jangan keraskan hatimu". Mulai itulah, penulis tergelitik untuk mencari tahu mengenai sebegitu penting dan bangga kah jika mampu berbahasa roh?

Di zaman sekarang, banyak gereja-gereja yang menonjolkan kemampuan berbahasa roh. Banyak gereja memandang bahwa dengan mampu berbahasa roh berarti gereja tersebut digerakkan oleh roh kudus. Memang dengan berbahasa roh berarti roh kita secara personal berdoa kepada Tuhan, namun roh tersebut hanya mendoakan diri sendiri. "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat" (1 Korintus 14:4). Rasul Paulus mengatakan hendaknya kita jangan hanya membangun dan mendoakan diri kita sendiri, melainkan membangun jemaat. Bagaimanakah kita mampu membangun jemaat jika kita, yang berbahasa roh setiap kali kita berdoa, tidak mengerti apakah yang kita katakan sendiri?

"Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimana orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan 'amin' atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya." (1 Korintus 14:16-17). Hendaknya ada seorang lain yang mempunyai karunia dalam mengartikan bahasa roh tersebut agar dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Jika tidak ada yg mengartikannya, bukankah kita sama saja dengan tidak berdoa? Adalah lebih baik jika kita bernubuat dengan kata-kata manusia karena hal tersebut jauh lebih membangun jemaat daripada kata-kata yang kita keluarkan dalam bahasa roh.

"Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan bersujud menyembah Allah dan mengaku: 'Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu'." (1 Korintus 14:23-25). Nasihat Rasul Paulus ini dengan jelas menegor kita agar kita jangan terlalu berbangga diri dan menonjolkan karunia berbahasa roh sebagai suatu nilai tambah karena berbahasa roh pada suatu persekutuan tanpa ada yang mampu mengartikannya adalah sia-sia sebab jiwa baru tidak dapat mengertinya dan tidak menambah berkat kepada mereka, sedangkan perintah Tuhan Yesus adalah agar kita umat-Nya menyebarkan kabar gembira.

Akan tetapi, bukan berarti penulis melarang dan mencela bahasa roh! Penulis hanya ingin mengingatkan agar kita tidak terlalu terfokus pada hal-hal seperti bahasa roh. Jangan terlalu berbangga mampu berbahasa roh jikalau tidak ada seorang pun yang dapat mengartikannya. Lebih baik menggunakan kata-kata manusia untuk manusia. Namun juga jangan melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh! Yang ingin ditekankan adalah manfaat dan bagaimana kita dapat menggunakan karunia berbahasa roh tersebut demi membangun Jemaat, serta arti dari bahasa roh itu sendiri.
"Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh." (1 Korintus 14:39). Kita harus tetap dapat menjalankan peran kita masing-masing sebagai Jemaat Kristus.

Nah, bagaimana? Masih mau membanggakan diri karena mampu berbahasa roh? Masih tertarik ke gereja karena menjanjikan bahasa roh? Fokuslah pada manfaat dan tujuannya, jangan hanya mengejar sesuatu yang tidak ada artinya. Mintalah kepada Tuhan karunia untuk menafsirkan arti dari bahasa roh tersebut.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita. Amin.

Selasa, 12 November 2013

Fellowship? Persekutuan Doa? Komisi Sel? ke gereja aja cukup kok.... YAKIN CUKUP???

"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25)

Hallo sobat terkasih dalam Kristus... Shalom!

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah fellowship, persekutuan doa, komsel, dan lain-lainnya. Kalau sampai ada yang belum tau, berarti ayo kita mulai mau tahu dan mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah itu. Cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama kita tidaklah cukup hanya dengan ke gereja dan mengikuti ibadah/kebaktian/misa tiap hari Minggu doang loh. Sebab layaknya tubuh jasmani, tubuh rohani kita juga butuh untuk diberi makan secara rutin tiap hari.

Aktifitas kita yang padat tiap harinya akan membuat seakan pergi ke gereja adalah suatu rutinitas. Bukan berarti menghadiri kebaktian/misa tiap Minggu itu salah loh ya. Namun, ada kalanya kita perlu timbal-balik atas ajaran dan pengalaman hidup yang kita terima. Timbal-balik tersebut tidak pernah kita temukan dalam kebaktian/misa tiap hari Minggu. Pada saat misa/kebaktian, kita layaknya diberi makanan dan siraman rohani oleh pendeta maupun pastor, akan tetapi kita tidak mendapat kesempatan untuk bertanya maupun mengutarakan pengalaman dan isi hati kita. Kita juga jarang saling mendoakan dan mengenal lebih dekat dengan sesama yang duduk di kanan-kiri kita. Kita fokus pada Tuhan dan Tuhan saja.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam hidup, tidak saja membutuhkan hubungan baik secara vertikal saja, tetapi dibutuhkan hubungan baik secara horisontal. Kita butuh saling menguatkan, saling berbagi pengalaman iman dengan Tuhan, dan saling menasihati agar iman kita menjadi kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan iblis. Fellowship, persekutuan doa, dan komisi sel merupakan sarana yang membantu kita untuk saling menguatkan iman kita. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Bagaimana kita bisa saling mendorong dalam kasih jika kita menjauhi pertemuan ibadah seperti fellowship, persekutuan doa, komisi sel?

Di dalam pertemuaan-pertemuan ibadah seperti fellowship dan komisi sel kita diajarkan untuk dapat saling terbuka, saling menasihati, saling menguatkan, dan saling mendoakan. Kita dapat dengan terbuka mengakui kesalahan kita dan kelemahan kita sehingga mampu dibantu dalam doa. Fellowship dan komsel bukanlah tempat untuk saling mencemooh sehingga kita tidak perlu takut jikalau rahasia atau 'borok' kita tersebar luas. Kitab Yakobus dalam Yakobus 5:16 mengajarkan kita: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.". Yakinlah dan percayalah bahwa dengan berkumpul dan saling mendoakan dan berbagi, kita dapat sembuh dari segala 'luka' dan 'borok' kita Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20) dan Yesus adalah tabib ajaib yang mampu menyembuhkan segala penyakit kita.

Maka dari itu, bagi kita yang belum berani, belum mau, menolak, bahkan membenci pertemuan-pertemuan ibadah semacam fellowship, persekutuan doa, dan komisi sel, marilah kita mulai membiasakan diri kita untuk menghadirinya dengan penuh harapan maka niscaya kita akan memperoleh kesembuhan dan jawaban yang kita butuhkan.

Damai Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Senin, 11 November 2013

Berserah sepenuhnya kepada Tuhan... Berani gak loe?

"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan" (Amsal 3:5-7).

Salam sejahtera, saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Penasaran mengapa kok kali ini membahas tentang bersandarlah kepada Tuhan? Di zaman yang serba canggih ini kejahatan dan penipuan semakin canggih seiring dengan kemajuan teknologi. Nah apa hubungannya dengan bersandar pada Tuhan?

Kita semua para muda-mudi pasti juga mengikuti perkembangan teknologi. Seiring dengan hal itu, hendaknya kita juga selalu mengandalkan Tuhan di segala tingkah laku dan pikiran kita. Jangan pernah mengandalkan pengertian dan kepandaian kita sendiri. Kita tidak tahu apakah kita akan menjadi pelaku ataukah menjadi korban. Dengan selalu menyandarkan segala kehidupan kita dan mau percaya kepada Tuhan, kita akan terjauh dari pikiran negatif. Tuhan akan senantiasa meluruskan jalan kita sehingga kita terhindar menjadi pelaku. Kita pun akan selalu dipandu jalan kita sehingga kita pun akan terhindar menjadi korban.

Namun terlepas dari hal teknologi, dalam kehidupan sehari-hari saja hendaknya kita bsandar kepada Tuhan dan bukan kepada pengertian kita saja. Jika kita selalu bersandar kepada pengertian kita dan melupakan Tuhan, maka kita akan cenderung menjadi sombong dan mencoba untuk melogika segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan kita. Tuhan membenci orang yang sombong karena tidak sesuai dengan hukum cinta kasih yang selama ini diajarkan. "Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong" (1 Korintus 13:4). Oleh karena itu, ingatlah janganlah hanya mengandalkan pengertian kita sehingga kita tidak menjadi sombong dan dibenci oleh Tuhan.

Di sisi lain, menyandarkan diri kita kepada Tuhan juga akan memberikan kita rasa aman. Manusia di dalam kehidupan dunia yang semakin susah ini selalu diliputi kekuatiran akan segala hal, mulai dari makanan hingga keinginan memenuhi hawa nafsu. Seringkali kita kuatir akan apa yang harus kita lakukan agar punya masa depan indah. Kita sering bekerja keras, memutar otak, bahkan stress hanya demi memperoleh masa depan yang indah. Di sinilah kita manusia sering merupakan peran Tuhan, pencipta kita. Tuhan sudah mengenal kita bahkan sebelum kita dilahirkan. Tuhan sudah mengetahui seluruh jalan kehidupan kita. Kita memang diberi kelebihan, yaitu pilihan. Namun, apapun pilihan hidup kita di dunia, Tuhan akan tetap membantu mengawasi dan menjaga. Oleh karena itu, perlulah kita untuk selalu bersandar dan percaya kepada Tuhan sehingga kita tidak perlu selalu kuatir akan hari esok. Tidak perlu takut akan musuh-musuh kita yang berusaha menjatuhkan kita.

Dalam Matius 6:27 dikatakan Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Oleh karena itu, kita punya alasan kuat untuk tidak terlalu kuatir dan mempercayakan sepenuhnya kehidupan kita kepada Tuhan.

Semoga kita makin diteguhkan iman kita dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala aktivitas kita.
Damai Tuhan beserta kita semua. Amin.

Hanya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, yang bangkit dari antara orang mati, saja pasti bisa selamat? Yang bener???

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan" (Roma 10:9)

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
gimana kabarnya?

Topik yang akan dibagikan kali ini adalah mengenai keselamatan. Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin selamat? Nah, bagaimana caranya agar kita dapat diselamatkan dari maut?
Kita sebagai umat Kristiani tentu saja sering mendengar bahwa dengan mempercayai Injil maka kita akan selamat. Tuhan Yesus merupakan manifestasi dari Injil alias Injil (Sabda) yang menjadi daging. Segala ajaran dan perbuatan Tuhan Yesus merupakan Injil itu sendiri yang akhirnya akan membawa kita kepada keselamatan. Nah, apakah hanya dengan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Allah membangkitkan Tuhan dari antara orang mati, maka kita pasti selamat?

Kedengarannya memang aneh dan tidak masuk akal. Semudah itukah jika ingin selamat? Hanya mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Ia telah dibangkitkan dari antara orang mati? Jawabannya adalah BENAR! Namun hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan.
Mungkin setiap umat Kristiani mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati, namun tidak semua selamat. Mengapa?

Jawabannya adalah karena mereka tidak benar-benar percaya! Jika setiap orang percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati, maka mereka tidak akan takut untuk melaksanakan seluruh perintah Tuhan maupun ajaran Tuhan (Injil).
Seperti yang kita ketahui, inti ajaran Tuhan adalah Cinta Kasih. Tuhan Yesus merangkum 10 Perintah Allah yang diwariskan kepada Musa menjadi 2 hukum Cinta Kasih yang terutama, yaitu: (1) "...Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37) dan (2) "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:39).

Banyak dari kita yang mengabaikan kedua hukum utama di atas. Kita selalu mementingkan urusan kita daripada Tuhan Allah kita. Kita tidak berani menuruti segala contoh dan ajaran Tuhan Yesus. Kita sering takut akan hal-hal duniawi (seperti jatuh miskin, dikucilkan, dimanfaatkan) jika kita sepenuhnya melaksanakan ajaran Tuhan Yesus.
Namun jika kita berani untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan mengikuti teladan-Nya, maka kita tidak akan mendapatkan celaka. Celaka dalam hal ini tidak selalu celaka maut. Mungkin kita sering takut mendapatkan malu krn akan dicela, jatuh miskin, diremehkan, dan lainnya jika kita sepenuhnya menjalankan Injil, itulah celaka bagi kita. Dalam Roma 10: 11, kita diteguhkan agar tidak takut Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.".

Jadi jika kita benar-benar percaya (dalam arti sesungguhnya) dengan iman kita bahwa Yesus telah wafat dan bangkit dari antara orang mati, maka kita akan senantiasa melakukan Injil dalam kehidupan kita dan kita akan diselamatkan-Nya sebab Tuhan Allah kita adalah Allah yang hidup dan berkuasa, bukan allah orang mati. Tuhan tidak pernah tidur dan tidak pernah sedetik pun mengalihkan pandangan-Nya kepada umat pilihan-Nya.

Mereka yang mengaku dengan mulutnya masing-masing bahwa Yesus adalah Tuhan, maka akan selamat.
Hal ini terdengar mustahil dan menggelikan, namun jangan dianggap remeh! "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?...." (Roma 10:14).
Akankah seorang anak kecil berseru kepada orang tua mereka untuk membelikan sesuatu yang diinginkannya jika dia sendiri tidak percaya kepada orang tuanya? Dan akankah orang tua langsung memberikan apa yang anaknya serukan jika anaknya itu tidak melakukan kehendak, ajaran, teladan, dan perintah dari mereka?
Sama halnya dengan Bapa kita di Surga. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).

Maka dari itu, percayalah kepada Yesus, percayalah akan segala ajaran dan teladan Yesus semasa hidup-Nya di dunia dan berserulah kepada Dia, yang telah bangkit dari antara orang mati, maka kita juga akan diselamatkan. Percayalah akan segala rencana-Nya. Percayalah akan segala kemurahan hati dan janji-Nya. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang berkenan kepada-Nya. Niscaya kita akan memperoleh keselamatan.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Jumat, 08 November 2013

Mengampuni sesama kita sebanyak 70 x 7 kali alias 490 kali doang kah?

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu". (Matius 6:14-15)

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus, gimana kabarnya?
Bahasan kali ini judulnya memang terkesan aneh. Mengampuni orang kok pake dihitung dengan rumus perkalian? 
Eits, tapi jangan salah ya... Itu jawaban yang keluar dari mulut Tuhan kita loh. Bukan berarti kita diajak mencatat dan mengingat segala kesalahan sesama kita dan ketika mencapai 490 kali, kita sudah tidak perlu mengampuni kesalahan sesama kita itu.
Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada kita agar selalu mengampuni kesalahan sesama kita jikalau kita ingin kesalahan kita yang tak terhitung banyaknya diampuni oleh Bapa kita yang ada di sorga. Dalam doa yang Tuhan ajarkan sendiri, yaitu doa "Bapa Kami" pun terkandung kalimat: "dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami...." (Lukas 11:4).

Lalu, bagaimana jika sesama kita itu berkali-kali berbuat salah kepada kita baik sengaja maupun tak sengaja? Apakah kita harus memaafkan sesama kita itu terus menerus?
Memang sering dalam kehidupan ini, semakin kita terlalu baik dan mudah memaafkan, semakin orang yang berbuat salah itu akan meremehkan dan mengulangi lagi bahkan memanfaatkan belas kasihan dan pengampunan kita itu untuk mengulangi kesalahannya lagi terhadap kita. Bagaimana cara kita menghadapinya?
Dalam Lukas 17:3-4 kita diperingatkan:"Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia".  Kita diperingatkan agar tidak menaruh dendam terhadap sesama kita yang selalu dan sering berbuat dosa dan kesalahan terhadap kita. Bahkan kita diminta untuk selalu menegor sesama kita yang berbuat salah itu berapa pun seringnya ia bersalah terhadap kita.

Janganlah kita marah dan jengkel maupun membenci sesama kita yang sering berbuat kesalahan itu, melainkan bencilah sifat dan dosa tersebut daripadanya. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32). Jika kita membenci sesama kita karena kesalahannya kepada kita, itu berarti kita mengadilinya, dan mengadili adalah hak Tuhan yang tidak layak kita rebut.

Marilah kita selalu saling menegor sesama kita yang melakukan kesalahan dan salinglah kita mengampuni satu sama lain tanpa memperhitungkan dosa dan kesalahan sesama kita. Dengan begitu, kehidupan kita akan penuh dengan damai sejahtera dan suka cita.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita, sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Rabu, 06 November 2013

Tuhan itu suka menghajar orang? Berarti jahat dong Tuhan kita?

"Tuhan telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut" 
(Mazmur 118:18)

Salam sejahtera, sobat terkasih dalam Yesus.
Gimana kabarnya?

Kali ini mari membahas mengenai cara Tuhan mendidik. Seperti yang kita ketahui, Tuhan Allah kita adalah Bapa bagi kita semua. Bapa memiliki peran sebagai pendidik bagi anak-anakNya (yaitu kita manusia di dunia). Bagi kita, sosok ayah yang baik hati, sabar, murah senyum, suka membelai, dan suka mengampuni saat kita berkali-kali berbuat salah adalah sosok ayah yang diidamkan oleh kebanyakan anak. Memang itu manusiawi jika kita menginginkan Bapa yang seperti itu, namun penggalan kitab Mazmur menyebutkan bahwa Tuhan Allah sangat keras dalam mendidik anakNya.
Apakah berarti Allah Bapa itu jahat?

Sekali-kali TIDAK! Allah Bapa adalah Allah yang Maha baik dan Maha pengasih. Allah menghajar orang yang dikasihiNya dengan keras agar orang tersebut tidak jatuh ke dalam kebinasaan. Kita dapat melihatnya dari berapa kali Tuhan menghajar Israel, anakNya yang sulung, Bangsa pilihanNya sendiri. Layaknya seorang ayah yang mendidik keras anaknya, begitulah Allah Bapa menghajar anakNya dengan dahsyatnya agar kita manusia tidak lagi mengulangi perbuatan dosa sehingga kita tidak berakhir pada api neraka. "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya Tuhan, dan yang Kauajarindari Taurat-Mu" (Mazmur 94:12), "Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya" (Mazmur 94:14). 

Kita manusia yang mengenal Tuhan dan dikasihi-Nya pasti pernah dihajar oleh Tuhan. Namun, jangan pernah kita berpikir bahwa Tuhan tidak mencintai kita ataupun Tuhan melupakan kita. Janganlah kita sedih dan putus asa atau bahkan hingga sampai balas membenci Tuhan ketika kita menerima hajaran-Nya. Dalam Ibrani 12:5b-6, Rasul Paulus mengatakan:"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang ysng dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak". Oleh karena itu, jangan sedih hati kita jika kita sering dihajar maupun diberi peringatan oleh Tuhan.

Seringkali kita membedakan perlakuan Tuhan dengan ayah biologis kita, bagaimana ayah biologis kita sangat memanjakan kita dengan berbagai kebaikan, kenyamanan, kemewahan, dan sebagainya. Namun waspadalah! Jangan sampai kita terlena sehingga kita menjadi orang yang tidak mampu melakukan apa-apa sehingga mudah jatuh ke dalam dosa kesombongan. "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya" (Ibrani 12:10).

Dalam kitab yang terakhir, yaitu kitab Wahyu pun mengatakan "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19).

Nah bagaimana? Masih menganggap kalau dihajar Tuhan berarti kita dibenci?

Sebagai penutup, akan dipaparkan satu kejadian seseorang yang dihajar Tuhan agar ia tidak binasa.
"Ada seorang anak bungsu yang baru mendapatkan SIM C langsung mengendarai sepeda motor kesayangannya tanpa menghiraukan perkataan ibunya yang meminta ia agar tidak pergi terlalu pagi. Anak tersebut memiliki kebiasaan untuk memacu sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pembantu di keluarga anak tersebut berulang kali menasihati dan meminta agar si anak tidak mengebut dan mengurangi kecepatan saat menikung ataupun saat dekat dengan tikungan karena sangat berbahaya. Akan tetapi perkataan seorang pembantu dipandang sebelah mata dan si anak tetap saja mengebut.
Suatu pagi yang telah ditentukan, anak itu kembali memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinngi di dekat tikungan. Di saat bersamaan, muncullah mobil di dekat tikungan tersebut. Karena tidak pernah menurunkan kecepatannya saat berkendara, kecelakaan pun tak terelakkan. Anak itu menabrak mobil tersebut hingga sepeda motornya hancur di bagian depan dan ia terjatuh. Dengan segera warga sekitar meminta orang yang mobilnya ditabrak tadi untuk mengangkutnya ke rumah sakit agar jiwanya tertolong dan akhirnya jiwa anak itu tertolong meskipun harus mendapat jahitan kecil.
Saat diantarkan ke rumah, barulah orang tuanya tahu bahwa anaknya suka mengebut sehingga kecelakaan.
Dari kisah nyata di atas kita dapat melihat bahwa si anak yang gemar memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi tersebut dihajar oleh Tuhan agar ia menghentikan kelakuan suka ngebutnya itu dengan kecelakaan, namun Tuhan masih menyayangi dia sehingga tidak menyerahkan anak itu kepada maut."

Akankah kita menunggu hajaran yang datangnya dari Tuhan baru kita akan memperbaiki kelakuan dan kehidupan kita yang belum benar di mata-Nya?
Damai Tuhan beserta kita semuanya. Amin.

Rabu, 02 Oktober 2013

"TriTunggal Maha Kudus"??? Allah kita ada 3 dong? Tapi kok juga satu?

"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
(Ulangan 29:29) 

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus,
gimana kabarnya setelah lama tidak jumpa? semoga damai Tuhan kita Yesus Kristus senantiasa beserta kita.

Melihat dari judul bahasan kita kali ini terkesan membingungkan yah? Tapi tidak ada salahnya kan jika kita saling berbagi mengenai pemahaman konsep "TriTunggal Maha Kudus" ini.
Dalam pembahasan kali ini, akan disajikan ringkasan sharing dari Pdt. Paulus. So, check it out yah.

Menurut Pak Paulus, kebenaran memang mutlak, namun jika berhubungan dengan Tuhan Allah, kita tidak akan dapat mengenal 100% mengenai siapa itu Tuhan selain dari apa yang Tuhan izinkan kita untuk ketahui. Kita dapat mengukur luas permukaan suatu bidang, dapat mengukur dengan pasti volume suatu bangun ruang, akan tetapi manusia tidak akan pernah dapat mengukur dan mengenal Tuhan dengan pasti 100% sebab Tuhan bukanlah “benda” yang dapat didefinisikan dan diukur. Jika Tuhan dapat diukur dan didefinisikan dengan pasti, apa bedanya Tuhan dengan bangun ruang? Nah lo...

Konsep “TriTunggal Maha Kudus” tidak pernah menjadi perdebatan di awal-awal tahun Masehi. Hal itu dikarenakan jemaat dan rohaniwan di awal tahun Masehi tidak pernah memikirkan mengapa Allah disebut “TriTunggal Maha Kudus”. Kebanyakan dari mereka hanya mempercayai dan mengimani akan adanya pribadi Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Konsep ini mulai diperdebatkan akhir-akhir ini dimana manusia mulai menalar seluruh ajaran agama yang diterima. Apakah maksud dari “TriTunggal Maha Kudus”? Benarkah Allah itu memiliki 3 pribadi? Mungkinkah jika kelak muncul pribadi yang ke-4 dan seterusnya?

TriTunggal Maha Kudus mencakup Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Bapa memiliki sifat penyayang, pemerhati, penebus, dan perencana bagi seluruh anaknya. Putra memiliki sifat penurut kepada bapanya, pengenal dari bapanya, dan menghormati bapanya. Roh Kudus berupa nafas, tak berwujud, dan terdapat di mana-mana. Allah dinyatakan sebagai Bapa karena Allah merupakan penyayang terhadap segala ciptaan-Nya, perencana bagi segala kehidupan ciptaan-Nya, mengusahakan keselamatan bagi umat-Nya melalui karya penebusan. Upaya keselamatan telah direncanakan oleh Allah Bapa melalui banyak sarana, seperti Abraham, raja-raja (Daud, Salomo, dst.), dan lainnya. Namun, upaya keselamatan itu selalu tidak berhasil untuk membawa putra-Nya yang sulung, yaitu Israel (Keluaran 4:22), kepada keselamatan. Oleh karena itu, Allah Bapa menjadi manusia melalui Yesus Kristus (disebut Putra). Sebagai Anak (Putra), Yesus memiliki sifat menurut kepada kehendak Bapa di Surga. Karya penyelamatan melalui Putra inilah satu-satunya yang berhasil karena Yesus taat sampai mati dalam mengemban karya keselamatan di dunia. Selanjutnya, Roh Kudus sebagai penyebar karya penyelamatan tersebut agar diterima oleh seluruh umat manusia.

Untuk menjawab benarkah Allah itu 3 pribadi (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), kita dapat mengacu pada istilah Antropomorfisme, dimana antropo = manusia; morfisme = bentuk. Istilah “Bapa, Putra, Roh Kudus, gembala, pintu keselamatan, dll” yang sering digunakan itu hanya untuk “menggambarkan” Allah sesuai dengan pandangan pribadi manusia. Pada dasarnya, Allah itu hanya satu namun peran-Nya lah yang bermacam-macam. “Sosok” Allah sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus lebih sering dikenalkan karena pada ajaran gereja, peristiwa penyelamatan dan penebusan dosa manusia adalah hal yang paling ditekankan, dan pada peristiwa penyelamatan serta penebusan dosa, “sosok” Allah sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah yang paling banyak dibahas.

Lalu bagaimana dengan adanya sebutan “Kita” dalam peristiwa penciptaan (Kejadian 1:26) yang dikatakan oleh Allah jika Allah memang hanya ada satu? Penafsiran kata “Kita” di sini memang sering rancu dan keliru, baik yang diajarkan di gereja maupun penafsiran pribadi masing-masing manusia. Kata “Kita” di sini bukan berarti Allah yang satu (misal Allah Bapa) bicara kepada Allah yang satunya (misal Allah Roh Kudus), melainkan menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada seluruh “komponen” (diistilahkan sebagai “sidang Surga”, yaitu “komponen” alam) dalam penciptaan Dunia. Komponen lain seperti debu, pasir, dan sejenisnya juga berperan dalam menciptakan manusia. Banyak pengajaran dan tafsiran yang menyangkut-pautkan kata “Kita” tersebut dengan pribadi Allah yang ada tiga (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), dan ajaran tersebut tidak tepat karena Allah sejatinya hanya ada satu, tetapi “peran” pekerjaan-Nya yang membuat bisa ada banyak sebutan (salah satunya adalah sebutan “TriTunggal Maha Kudus”). Bahkan, seharusnya kalau mau dibuat daftarnya, dapat kita ketahui kalau sebutan kepada Allah bukan hanya Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tetapi bisa macam-macam (seperti: gembala, perisai, benteng pertahanan, pintu keselamatan, mempelai pria, dan sebagainya).

Mungkinkah kelak akan muncul sebutan pribadi ke-4? Jawabannya adalah MUNGKIN SAJA! Rencana Tuhan tidak ada yang dapat menebak. Pada kitab Ulangan 29:29 dikatakan,”Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”. Pada ayat tersebut sudah jelas bahwa kita hanya dapat memahami dan mengenal Allah sebatas apa yang Ia nyatakan kepada kita manusia, sisanya (hal-hal yang tersembunyi) adalah bagi Tuhan. Kita cukup mengimani apa yang telah dinyatakan TUHAN, Allah kita, kepada kita. Dan sudah sepatutnya kita menguji segala pengajaran yang kita terima dengan menggunakan Alkitab. Manusia bisa salah, pendeta bisa salah, ajaran bisa salah, namun ALKITAB adalah MUTLAK BENAR dan tidak akan bisa salah. 

Maka marilah kita selalu menjadikan ALKITAB sebagai pedoman hidup kita sehingga kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh ajaran dan tafsiran yang tidak tepat.
Tuhan Memberkati.