(Mazmur 118:18)
Salam sejahtera, sobat terkasih dalam Yesus.
Gimana kabarnya?
Kali ini mari membahas mengenai cara Tuhan mendidik. Seperti yang kita ketahui, Tuhan Allah kita adalah Bapa bagi kita semua. Bapa memiliki peran sebagai pendidik bagi anak-anakNya (yaitu kita manusia di dunia). Bagi kita, sosok ayah yang baik hati, sabar, murah senyum, suka membelai, dan suka mengampuni saat kita berkali-kali berbuat salah adalah sosok ayah yang diidamkan oleh kebanyakan anak. Memang itu manusiawi jika kita menginginkan Bapa yang seperti itu, namun penggalan kitab Mazmur menyebutkan bahwa Tuhan Allah sangat keras dalam mendidik anakNya.
Apakah berarti Allah Bapa itu jahat?
Sekali-kali TIDAK! Allah Bapa adalah Allah yang Maha baik dan Maha pengasih. Allah menghajar orang yang dikasihiNya dengan keras agar orang tersebut tidak jatuh ke dalam kebinasaan. Kita dapat melihatnya dari berapa kali Tuhan menghajar Israel, anakNya yang sulung, Bangsa pilihanNya sendiri. Layaknya seorang ayah yang mendidik keras anaknya, begitulah Allah Bapa menghajar anakNya dengan dahsyatnya agar kita manusia tidak lagi mengulangi perbuatan dosa sehingga kita tidak berakhir pada api neraka. "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya Tuhan, dan yang Kauajarindari Taurat-Mu" (Mazmur 94:12), "Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya" (Mazmur 94:14).
Kita manusia yang mengenal Tuhan dan dikasihi-Nya pasti pernah dihajar oleh Tuhan. Namun, jangan pernah kita berpikir bahwa Tuhan tidak mencintai kita ataupun Tuhan melupakan kita. Janganlah kita sedih dan putus asa atau bahkan hingga sampai balas membenci Tuhan ketika kita menerima hajaran-Nya. Dalam Ibrani 12:5b-6, Rasul Paulus mengatakan:"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang ysng dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak". Oleh karena itu, jangan sedih hati kita jika kita sering dihajar maupun diberi peringatan oleh Tuhan.
Seringkali kita membedakan perlakuan Tuhan dengan ayah biologis kita, bagaimana ayah biologis kita sangat memanjakan kita dengan berbagai kebaikan, kenyamanan, kemewahan, dan sebagainya. Namun waspadalah! Jangan sampai kita terlena sehingga kita menjadi orang yang tidak mampu melakukan apa-apa sehingga mudah jatuh ke dalam dosa kesombongan. "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya" (Ibrani 12:10).
Dalam kitab yang terakhir, yaitu kitab Wahyu pun mengatakan "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19).
Nah bagaimana? Masih menganggap kalau dihajar Tuhan berarti kita dibenci?
Sebagai penutup, akan dipaparkan satu kejadian seseorang yang dihajar Tuhan agar ia tidak binasa.
"Ada seorang anak bungsu yang baru mendapatkan SIM C langsung mengendarai sepeda motor kesayangannya tanpa menghiraukan perkataan ibunya yang meminta ia agar tidak pergi terlalu pagi. Anak tersebut memiliki kebiasaan untuk memacu sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pembantu di keluarga anak tersebut berulang kali menasihati dan meminta agar si anak tidak mengebut dan mengurangi kecepatan saat menikung ataupun saat dekat dengan tikungan karena sangat berbahaya. Akan tetapi perkataan seorang pembantu dipandang sebelah mata dan si anak tetap saja mengebut.
Suatu pagi yang telah ditentukan, anak itu kembali memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinngi di dekat tikungan. Di saat bersamaan, muncullah mobil di dekat tikungan tersebut. Karena tidak pernah menurunkan kecepatannya saat berkendara, kecelakaan pun tak terelakkan. Anak itu menabrak mobil tersebut hingga sepeda motornya hancur di bagian depan dan ia terjatuh. Dengan segera warga sekitar meminta orang yang mobilnya ditabrak tadi untuk mengangkutnya ke rumah sakit agar jiwanya tertolong dan akhirnya jiwa anak itu tertolong meskipun harus mendapat jahitan kecil.
Saat diantarkan ke rumah, barulah orang tuanya tahu bahwa anaknya suka mengebut sehingga kecelakaan.
Dari kisah nyata di atas kita dapat melihat bahwa si anak yang gemar memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi tersebut dihajar oleh Tuhan agar ia menghentikan kelakuan suka ngebutnya itu dengan kecelakaan, namun Tuhan masih menyayangi dia sehingga tidak menyerahkan anak itu kepada maut."
Akankah kita menunggu hajaran yang datangnya dari Tuhan baru kita akan memperbaiki kelakuan dan kehidupan kita yang belum benar di mata-Nya?
Damai Tuhan beserta kita semuanya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar