Selasa, 21 Januari 2014

Agama dan Pekerjaan

"Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba" (Mazmur 119:36).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini topik yang dibahas adalah pekerjaan dengan agama. Banyak orang dan media massa yang meyakini bahwa agama tidak dapat dibawa kepada hal agama, dan sebaliknya. Dalam melakukan pekerjaan, tentu saja manusia ingin mendapatkan untung semaksimal mungkin dengan modal dan sumber daya yang ada. Adanya paham seperti itu membuat perilaku menyimpang dari ajaran agama terjadi dalam lingkungan kerja.

Tak jarang manusia yang terpaksa harus berbohong demi mendapatkan keuntungan, agar barangnya laris, maupun agar jasanya digunakan orang lain, padahal kita tahu bahwa berbohong adalah melanggar Firman Allah. Hal pertama yang selalu di benak kita ketika berdagang maupun bekerja sebagai karyawan adalah laba dan keuntungan. Tanpa kita sadari, kita terbiasa berbohong guna mengejar laba.

Namun, tidak semuanya akan berlangsung sukses. Banyak orang yang tidak berani mencoba untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Tuhan Yesus ketika bekerja. Sebagai contoh real, penulis pernah menjumpai seorang desain interior yang dengan teliti dan kerendahan hati bekerja mengerjakan interior kafe milik sahabatnya dengan sungguh-sungguh tanpa memperhitungkan laba. Pada akhir penyelesaian, si pemilik kafe memberikan bonus uang yang nilainya cukup besar karena puas dengan hasil kerjanya.
Contoh di atas membuktikan bahwa dengan bekerja jujur, serius, senang hati, tanpa hanya mengejar laba akan berujung pada keuntungan yang tidak terduga. Tidak selamanya bekerja dengan jujur itu menghancurkan kita.

Sebagai contoh lain, ada seorang boss yang sangat jujur dalam menjalankan usahanya. Sangat sayang dan memperhatikan anak buahnya. Tidak pernah berbohong dan selalu terbuka apa adanya. Meskipun sering ditipu oleh anak buahnya, boss itu tetap saja mengampuni dan tidak menuntut balas. Alhasil, pekerjaan dan usahanya diberkati oleh Tuhan dan mulai perlahan-lahan berkembang.

Bekerjalah dengan senang hati dan tidak meninggalkan ajaran Tuhan Yesus, maka kita akan menerima balasan dari Tuhan Yesus kepada kita berlipat-ganda. Segala kebutuhan kita akan dipenuhi melalui cara-Nya yang misterius. Segala keinginan dan hawa nafsu kita akan seolah tidak berarti jika kita selalu bersandar kepada Tuhan. Bekerjalah dengan jujur dan baik tanpa bertentangan ajaran Tuhan Yesus.

Mari kita bersama-sama berdoa memohon kekuatan dan keteguhan hati kepada Tuhan agar kita selalu dapat mempertahankan iman kita dalam dunia pekerjaan yang sarat dengan berbagai kejahatan dan dosa.
Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Minggu, 19 Januari 2014

Mendapatkan uang dengan cara licik tidak akan membuatmu kaya!

"Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong, yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran." (Amsal 6:12 & 14).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Di dunia yang serba susah ini, banyak orang yang berusaha dengan cara licik, tipu sana-tipu sini, dan sebagainya untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan duniawi mereka. Apakah kita salah satu dari mereka? Perkara yang bagaimanakah yang dibenci oleh Allah Bapa kita?

Sebagai ilustrasi, pada hari minggu, penulis mengalami suatu peristiwa yang kurang mengenakkan. Sepulang dari gereja, ketika sedang enaknya mengendarai mobil, segerombolan abdi masyarakat bagian lalu lintas mencegat dan memberhentikan banyak mobil, termasuk mobil penulis. Dengan berbagai alasan yang tidak jelas dan terkesan tidak mau tahu, mereka meminta pengemudi untuk keluar dari mobil. Ternyata alasannya sungguh aneh, yaitu memotong markah jalan. Padahal markah jalan saat itu masih putus-putus dan letak mereka sangat jauh serong dari lokasi garis markah (per-tigaan jalan besar). Ketika didebat oleh pengemudi bahwa markah tersebut masih putus-putus saat mobilnya pindah lajur, si abdi masyarakat bagian lalu lintas itu bersikukuh menyatakan pengemudi bersalah dengan alasan roda depan mobil memang pindah jalur saat markah putus-putus namun roda belakangnya menginjak garis markah. Alasan yang terkesan memaksa tersebut sangat menjengkelkan hati, dan abdi masyarakat bagian lalu lintas itu pun mengajak "damai" si pengemudi.

Dari ilustrasi di atas, seorang abdi dan pengayom masyarakat justru dengan liciknya mencari kesalahan. Bagai pagar makan tanaman. Jika diteruskan berlarut, maka tipu muslihat tersebut akan berbuntut pada pertengkaran. Dalam Alkitab disebutkan tindakan tersebut sebagai tidak berguna! Hal tersebut sering dijumpai di manapun. Banyak orang bekerja dengan tidak jujur hanya demi cepat kaya dengan cara menipu dan mengambil harta milik orang lain. Sama halnya dengan korupsi. 

Mendapatkan uang dengan cara licik tidak akan membuat kita menjadi kaya! Mengapa? Karena Allah Bapa kita sangat membencinya dan jika Allah kita tidak berpihak kepada kita, akankah pintu rezeki dibukakan untuk kita? TIDAK AKAN! "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (Amsal 6:6-8). Ayat tersebut menegor kita agar kita tidak bekerja seperti orang malas yang tidak bekerja semestinya jika tidak ada pemimpin yang mengawasi. Manusia cenderung tidak bekerja dengan benar jika tidak ada pemimpin, pengatur dan penguasanya yang mengawasi. Banyak yang korupsi, banyak yang menggelapkan uang perusahaan, dan sebagainya. Apakah kita salah satu dari mereka? Coba kita renungkan baik-baik agar kelak pintu rezeki tidak ditutup daripada kita.

Perkara-perkara yang dibenci Allah menurut Amsal 6:17-19 adalah: "mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara".

Marilah kita sama-sama membenahi diri kita jika kita masih masuk dalam kategori orang yang bekerja dengan licik dan masih memiliki kriteria perkara yang sangat dibenci oleh Allah Bapa kita agar senantiasa kita tidak memusuhi Allah Bapa kita. 
Berkat Tuhan selalu beserta kita sekalian. Amin.

 

Jumat, 17 Januari 2014

Berkat dari hikmat

"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya" (Amsal 3:9-10).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Kali ini marilah kita merenungkan apa yang telah kita perbuat dengan harta benda kita. Apakah kita hanya memberikan perpuluhan lalu selesai? Ataukah kita menggunakannya demi kemuliaan Tuhan? Atau justru menghamburkannya demi mendapatkan barang mahal yang kita idamkan?

Banyak orang kaya di dunia ini, namun sedikit yang mengejar hikmat. Hikmat itu datangnya dari Allah Bapa kita. Jika kita memperoleh hikmat tersebut, baiklah kita juga nenerima berkat yang datang daripada hikmat tersebut karena hikmat berasal dari Allah. "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri" (Amsal 3:5). Yakinlah akan rencana Tuhan yang telah disusun dengan baik untuk kita. Mintalah hikmat petunjuk-Nya tiap kali kita akan berbuat sesuatu meskipun sepele. Panjatkan ucapan syukur Puji Tuhan jika kita telah melakukan yang terbaik demi kemuliaan nama-Nya.

"Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia" (Amsal 3:18). Kita diajak untuk selalu bersandar kepada Allah dan berserah penuh dengan tetap teguh memegang ajaran Tuhan Allah kita agar kita semua layak disebut berbahagia.

Bukan orang yang punya banyak harta yang disebut berbahagia. Bukan orang yang punya banyak waktu yang disebut berbahagia. Bukan orang yang sangat dihormati yang dapat disebut berbahagia. Namun orang yang selalu bersandar pada Allah lah yang patut disebut berbahagia. Karena Allah adalah Raja semesta alam, dan barangsiapa yang setia pada-Nya, Ia akan senantiasa juga setia.

Marilah kita bersama-sama belajar untuk memuliakan nama Tuhan melalui harta yang kita miliki. Tukarkan harta duniawi kita dengan harta surgawi. Mintalah kepada Tuhan Yesus, sebuah rumah yang indah di surga dengan nama kita terukir di dindingnya.

Berkat Tuhan beserta kita selalu. Amin.

Rabu, 15 Januari 2014

Kita adalah milik Tuhan

Who Am I ~ by: Casting Crowns

Who am I, that the Lord of all the earth
Would care to know my name,
Would care to feel my hurt?
Who am I, that the Bright and Morning Star
Would choose to light the way
For my ever wandering heart?

Not because of who I am
But because of what You've done.
Not because of what I've done
But because of who You are.

I am a flower quickly fading,
Here today and gone tomorrow.
A wave tossed in the ocean.
A vapor in the wind.
Still You hear me when I'm calling.
Lord, You catch me when I'm falling.
And You've told me who I am.
I am Yours, I am Yours.

Who am I, that the eyes that see my sin
Would look on me with love and watch me rise again?
Who am I, that the voice that calmed the sea
Would call out through the rain
And calm the storm in me?

Not because of who I am
But because of what You've done.
Not because of what I've done
But because of who You are.

I am a flower quickly fading,
Here today and gone tomorrow.
A wave tossed in the ocean.
A vapor in the wind.
Still You hear me when I'm calling.
Lord, You catch me when I'm falling.
And You've told me who I am.
I am Yours.

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Yap, lirik di atas adalah lirik lagu dari Casting Crowns yang patut kita renungkan mengenai siapakah diri kita ini. Adakah manusia sesama kita memperlakukan kita seperti Tuhan kepada kita?
Manusia cenderung membenci dan menjauhi orang yang telah berbuat kesalahan dan kejahatan kepada diri mereka. Mereka cenderung tidak mau berkomunikasi dan berhubungan dengan orang yang telah bersalah kepada mereka, bahkan akan menuntut. Namun, adakah Tuhan Allah kita membenci kita?

Dalam Yohanes 8:2-11, Tuhan Yesus dicobai oleh orang Farisi dengan membawa wanita yang kedapatan berzinah. Bagi orang Farisi, menurut hukum Taurat Musa, wanita yang kedapatan berzinah harus dilempari batu. Akan tetapi Tuhan Yesus berkata ...."Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yoh 8:7). Itu adalah jawaban Tuhan Yesus atas cobaan orang Farisi. Mengapa Tuhan Yesus mengatakan itu? Apakah berarti Tuhan memperbolehkan dosa untuk lolos tanpa hukuman?

TIDAK!
Tuhan Yesus mengatakan itu agar manusia tidak main hakim sendiri. Balas dendam dan hukuman adalah hak Allah. Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa tidak ada manusia yang luput dari dosa. Semua manusia adalah berdosa, namun dari kisah Yohanes 8:2-11 di atas, Tuhan Yesus ingin menekankan bahwa kita manusia, meskipun berdosa, adalah milik-Nya yang paling dikasihi. Siapakah kita sehingga Allah yang maha Agung mengasihi kita dan menganggap kita adalah milik-Nya yang paling dikasihi? Bukankah Allah memiliki banyak pelayan setia, yaitu para malaikat di surga?

Tuhan Yesus datang untuk memanggil semua orang berdosa agar menyadari segala dosanya dan menyesalinya sehingga tidak melakukan dosa itu lagi.
..... Lalu kata Yesus:"Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:11). Itu adalah permintaan Tuhan Yesus kepada kita manusia. Tuhan akan sangat sedih jika kita mengulangi dosa kita. Upah dari dosa adalah maut, dan siapapun tidak akan ingin sesuatu miliknya untuk binasa, terlebih lagi Tuhan kepada kita.

Marilah kita menanggapi keinginan Tuhan kita dan berusaha menjadi milik-Nya yang baik dan menyenangkan hati Tuhan.
Tuhan beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Takut akan Allah adalah tujuan akhir dari pengetahuan dan kepandaian

"Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian" (Amsal 2:6).

Shalom teman-teman terkasih dalam Kristus.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini akan selalu memulai kehidupannya dengan belajar. Manusia tidak pernah berhenti belajar. Manusia senantiasa belajar terus-menerus tiada henti demi mengejar pengetahuan dan menjadi pandai. Namun, apakah kita sadar bahwa akhir dari pengejaran kita akan pengetahuan adalah Tuhan Allah kita sendiri yang sangat dekat dengan kita?

Kita mungkin berpikir bahwa dengan belajar dan belajar, maka kita pasti dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Namun, kita harus sependapat bahwa jika Allah menutupnya dari kita, akankah kita dapat menemukan ilmu pengetahuan tersebut? Tidak akan. Setiap pengetahuan dan ilmu baru yang ditemukan dan diperoleh manusia adalah semata-mata pemberian dari Tuhan Allah kita.
Janganlah kita menjadi sombong ketika kita telah mendapat cukup banyak pengetahuan. Janganlah kita menjadi sok pintar dan congkak sebab Tuhan membenci orang congkak. Janganlah sampai Allah berpaling daripada kita akibat kecongkakan kita.

Takutlah akan Allah, takut dan turutilah segala perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya. Dengan takut akan Allah, manusia akan senantiasa tambah dekat dengan Allah sebab Allah berkenan kepada manusia yang takut kepada-Nya. "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." (Amsal 2:7-8). Jika kita setia kepada Allah di setiap perkara dan takut kepada-Nya, Allah akan senantiasa setia kepada kita dan melindungi kita. Jika Allah di pihak kita, siapakah dapat melawan?

Lihatlah contoh-contoh orang yang setia kepada Allah pada perjanjian lama seperti Yusuf. Yusuf yang seorang tahanan Firaun, oleh hikmat yang diberikan Allah untuk menafsirkan mimpi raja Mesir, diangkat menjadi petinggi di Mesir melebihi segala orang pandai di negeri tersebut. Allah membuka dan mengungkapkan misteri kepada Yusuf, suatu pengetahuan yang melebihi kepandaian orang pintar dan ahli penafsir mimpi.

Orang yang memperoleh pengetahuan dan mencapai kepandaian yang tinggi tanpa bersandar kepada Tuhan pun ada di dunia ini, akan tetapi banyak dari mereka yang berakhir pada stress, gangguan jiwa, bahkan kematian. Karena mereka terlalu mengejar kesempurnaan ilmu pengetahuan dan dengan kepandaian mereka yang tidak diseimbangkan dengan kerohaniannya, maka mereka cenderung putus asa dan stress maupun gila. Apakah kita mau berakhir seperti itu?

Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan agar kita diberi kekuatan mental, jasmani, dan rohani agar Tuhan Allah kita bersedia mengungkapkan pengetahuan kepada kita yang takut akan Allah.
Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Selasa, 14 Januari 2014

Menghadapi era serba instant, Jangan mengejar kekayaan instant dengan cara kerja tidak jujur.

"Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya daripada orag yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya." (Amsal 28:6).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus.
Topik yang ingin dibahas kali ini adalah mengenai ketidak-jujuran. Di era yang serba instant ini, banyak makanan instant, cantik instant, tinggi instant, dan sebagainya. Bahkan kekayaan instant juga sudah mulai banyak. Untuk yang terakhir ini, kita perlu awasi dan waspadai karena hal tersebut akan menyeret kita ke dalam jurang dosa yang terdalam.

Menjadi kaya merupakan hak setiap manusia. Akan tetapi, cara untuk mengejar kekayaan tersebut haruslah dilakukan sesuai dengan perintah Allah. Tuhan Yesus mengajarkan kita agar kita mau saling berbagi dan memberi karena dengan memberi, kita akan menerima juga. Allah yang berada di tempat tersembunyi akan membalaskan berlipat ganda kepada kita jika kita mau bekerja dengan jujur.

Namun sangat disayangkan, akhir-akhir ini banyak manusia yang ingin mendapatkan kekayaan instant tanpa harus melalui proses yang menyakitkan. Banyak orang korupsi, menyuap, dan menipu. Bahkan anggota pemerintah yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat saja sering melakukan korupsi dan sejenisnya dengan melalaikan tugas sesungguhnya. Kasus terakhir di negara kita tercinta adalah banyaknya jajaran pemerintahan, bahkan penegak hukum, yang melakukan tindak kejahatan kolar putih ini. Sangat miris dan menjijikkan dan memalukan nama baik bangsa dan negara kita. Mereka cenderung jatuh ke dalam dosa akibat keinginan untuk menjadi kaya dengan instant. Mereka menipu rakyat juga yang telah membayarkan pajak kepada pemerintah dengan harapan mendapatkan perbaikan taraf hidup masyarakat.

"Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan." (Amsal 28:19). Bekerjalah dengan jujur sesuai dengan usaha dan kerja keras yang kita lakukan masing-masing karena atas kejujuran tersebut, Tuhan Allah kita telah menyiapkan upah kita sesuai dengan yang kita perlukan. Allah menghendaki kita bekerja jujur!
Upah dari kejujuran adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah suatu hal yang sangat langka dan mahal harganya, dan jika kita dapat menyematkan nilai kepercayaan tersebut dalam diri kita kepada orang lain, maka kita telah mendapat upah dari kejujuran kita yang tak ternilai harganya.

"Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20).
Kutipan ayat tersebut telah kita lihat faktanya di negara kita tercinta dimana satu per satu petinggi pemerintahan yang melakukan suap, korupsi, menipu, dan lainnya telah menuai hukumannya. Bekerjalah dengan jujur, maka hidup kita akan mendapat berkat melimpah dari Allah kita.

Berkat dan penguatan Tuhan Allah kita selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Kebiasaan menyisakan makanan.... HILANGKAN!

"Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis." (Amsal 27:7).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini penulis ingin menegor dengan jelas bagi siapa saja yang punya kebiasaan menyisakan makanan saat makan, baik di restoran maupun di rumah. Akhir-akhir ini banyak fenomena yang penulis temui di berbagai tingkat masyarakat, khususnya wanita/perempuan, dimana selalu menyisakan makanan ketika makan. Entah itu untuk alasan diet, alasan terlalu kenyang, atau memang merupakan tren saat ini agar terlihat elegan. Menyisakan makanan sekilas terlihat sepele karena makanan tersebut kita beli sendiri bukan mencuri atau merampas. Namun, perlu kita ketahui bahwa banyak saudara kita yang tidak mampu untuk membeli makanan yang saat ini kita sia-siakan.

Berhentilah makan sebelum kenyang. Itulah nasihat dari beberapa dokter dan ahli gizi yang sering kita temukan ketika berkonsultasi tentang cara menghindari kegemukan. Namun, itu bukan berarti kita harus menyisakan makanan dengan sengaja. Apakah kita malu jika bertanya berapa besar porsi makanan yang akan kita beli? Apakah kita lebih memilih menyisakan dan membuang makanan daripada harus bertanya berapa besar porsi yang disediakan?
Kita harus ingat bahwa masih banyak saudara kita yang kurang mampu yang kelaparan di luar sana, yang mengais sampah dan bekerja membanting tulang hanya demi sesuap nasi. Sedangkan kita malah cenderung membuang dan menyisakan makanan tersebut.

Jika kita terlalu malu untuk bertanya seberapa besar porsi yang akan kita terima, maka bungkuslah sisa makanan tersebut agar menjadi berkat bagi orang lain yang berkesusahan. Bagi orang lain yang berkesusahan, makanan sisa kita adalah berkat melimpah. Mereka tidak akan merasa sakit hati dan tersinggung. Jika kita membuangnya, maka mereka pun akan menerima berkat tersebut melalui tempat sampah. Bukankah akan lebih indah dan manusiawi jika mereka memperoleh makanan tersebut (meskipun sisa) dari kita sendiri melalui pemberian ikhlas yang nyata?

Marilah kita yang terbiasa menyisakan makanan mulai memperbaiki diri dengan lebih menghargai makanan tersebut. Jika kita merasa makanan tersebut berlebih bagi kita, kita dapat menyisihkannya terlebih dahulu di pembungkus sehingga dapat menjadikannya berkat bagi sesama kita yang berkekurangan makan.
Marilah kita saling menyalurkan berkat.
Berkat Tuhan selalu melimpah kepada kita semua. Amin.

Senin, 13 Januari 2014

Semua adalah sejajar di mata Allah!

".... Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kis 10:34-35).

Shalom sahabatku terkasih dalam Kristus. 
Pada hari Minggu pagi, penulis mendengar penggalan ayat tersebut di atas dibacakan saat misa pagi. Ketika mendengar petikan ayat tersebut, penulis mulai berpikir dan tersentil.
Selama ini, manusia hanya menolong sesama yang tergolong dalam kaumnya. Tidak terkecuali penulis.

Tidak sedikit orang Kristen yang membantu dan bersedekah hanya kepada sesama orang Kristen. Bahkan terkadang kita sebagai orang Kristiani pun memilih tempat dan sasaran atas bakti soaial maupun berbagi kasih kita. Kita cenderung hanya mentarget pada sesama Kristen saja. Contoh saja berbagi kasih ke panti sosial (panti anak, dll). Seringkali sekolah-sekolah Kristen maupun Katolik, gereja-gereja, dan jemaat Kristen maupun Katolik lebih memilih memberikan sedekah dan berbagi kasih kepada panti sosial yang dasarnya adalah agama Katolik maupun Kristen. Hal tersebut jelas-jelas merupakan bentuk dari tindakan membeda-bedakan manusia berdasarkan agama. Apa salahnya jika kita berbagi kasih kepada umat beragama lain?

Allah mengajarkan dan menyatakan bahwa Ia tidak membedakan manusia dari negara manapun, beragama apapun, berkedudukan di manapun ketika akan memberikan berkat. Bagi Allah, siapa saja yang melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah berkenan atasnya. Jika Allah kita yang dahsyat saja berlaku demikian, pantaskah kita membedakan sasaran penyaluran berkat hanya kepada panti sosial yang berbasis Kristiani?

Marilah kita semua mulai membuka dan melepaskan diri dari jeratan perbedaan agama sehingga kita tidak perlu menghakimi mengenai mana yang layak menerima berkat dan mana yang tidak layak.
Berkat Tuhan selalu bersama kita semua. Amin.

Jangan suka cari muka!

"Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: Naiklah kemari; daripada engkau direndahkan di hadapan orang mulia". (Amsal 25:6-7).

Shalom saudara-saudara terkasih dalam Kristus.
Kali ini penulis ingin mengajak bersama-sama merenungkan sikap dasar manusia yang suka mencari muka kepada pihak lain guna mendapat dukungan atau simpati.
Menjelang pemilihan umum, sudah sewajarnya fenomena mencari simpati dengan cara blusukan ke tempat-tempat kumuh kita temukan. Entah hanya sekedar mencari simpati dan dukungan, atau benar-benar dari dalam lubuk hati ingin menolong sesama yang kekurangan.

Mencari muka merupakan hal yang sering ditemukan, tidak hanya di catur politik saja, namun juga di bidang pekerjaan. Banyak pegawai yang mencari muka di depan boss mereka agar mereka mendapat kepercayaan lebih, kenaikan gaji dan pangkat, dan fasilitas lainnya. Namun perintah Allah mengisyaratkan agar kita tidak meninggikan diri sehingga kita tidak akan direndahkan dan mendapat malu. Bersikaplah rendah hati dan rendah diri di hadapan Tuhan, maka Tuhan, jika dirasakan pantas, akan meninggikan diri kita. Pertimbangan Tuhan melebihi segala keadilan dan kebenaran.

Tuhan Yesus pun telah memberi teladan untuk selalu rendah hati dan rendah diri. Tuhan Yesus rela menjadi manusia seutuhnya saja merupakan suatu contoh merendahkan diri untuk ditinggikan. Selain itu, Yesus bersedia dibabtis oleh Yohanes Pembabtis yang adalah seorang manusia demi menjalankan kehendak Allah. Dengan kerendahan hati dan kerendahan diri di hadapan Allah, Allah meninggikan Yesus di atas segala nama.

Seorang raja yang bijak akan dapat dengan baik menilai para hambanya yang tulus dengan yang hanya berpura-pura demi mendapatkan muka. Manusia boleh tertipu, namun jangan sekali-kali mencoba menipu Allah. Allah adalah maha rahim, dan maha agung.

Marilah kita bersama-sama berlatih menjadi diri kita sendiri dengan berkata dan bertindak jujur kepada siapapun. Mari kita memulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu karena manusia tidak akan dapat jujur kepada orang lain jika tidak jujur terhadap diri sendiri terlebih dahulu.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Sabtu, 11 Januari 2014

Mengapa tidak boleh iri dengan orang jahat?

"Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka" (Amsal 24:1).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Seringkali tanpa bisa dipungkiri, manusia akan cenderung cemburu kepada sesamanya yang lebih di atas baik dari segi harta, prestasi, nilai, dan kehidupan. Ada kalanya juga manusia memperoleh semuanya itu dari perbuatan jahat seperti curang, suap, korupsi, merampok, menipu, dan sebagainya. 

Yang terbaru akhir-akhir ini adalah berita tentang pejabat pemerintah yang banyak tertangkap korupsi dan suap. Sudah bukan rahasia umum lagi jika para pejabat hidup dalam kemewahan bergelimang harta, namun setelah terusut, beberapa dari mereka melakukan hal jahat guna memperoleh segala yang diinginkan. Dan parahnya lagi, kita iri kepada mereka.

Kita pasti sering berpikir: enak betul jadi pejabat, hidup enak, kerjaan mudah, sering bertamasya dengan kedok kunjungan kerja, hidup hedon, masih juga menerima suap dan korupsi. Kita sering iri kepada mereka yang tidak menunaikan tugasnya dengan semestinya. Namun hati-hati! Sebab perasaan iri merupakan satu dari tujuh dosa pokok yang mematikan. Dalam Amsal, kita diperingatkan agar kita tidak iri kepada orang jahat dan jangan ingin bergaul dengan orang jahat. Mengapa? Bukankah kalau cuma bergaul asal tidak ikut terseret di dalamnya itu tidak masalah? Bukankah kita harus bergaul dengan siapa saja?

"Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana." (Amsal 24:2).
Barangsiapa yang sering berbuat jahat demi keuntungan pribadi, di dalam hati mereka akan tetap berorientasi pada kejahatan. Mereka akan cenderung menindas orang yang lebih lemah guna mempertahankan posisinya. Mereka tidak akan segan melakukan tindakan keji yang merugikan banyak pihak, terutama masyarakat kecil, guna mempertahankan posisi, kekayaan, dan kekuasaannya. Oleh karena itu, janganlah bergaul dengan orang seperti itu agar kita tidak terseret ke dalam pola pikir dan pola hidup mereka.

Namun, akhir-akhir ini mulai terkuak dan terbongkar satu per satu kejahatan para pejabat nakal yang korupsi dan menerima suap. Sebagai umat pilihan Allah, kita selayaknya mendoakan mereka agar jera dan bertobat. "Jangan bersuka cita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya Tuhan tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya daripada orang itu." (Amsal 24:17-18).

Yakin dan percayalah bahwa Allah membenci orang yang fasik dan tidak akan tinggal diam jika orang yang benar ditindas oleh orang fasik. Jangan pernah iri dengan orang jahat dan fasik yang lebih sukses daripada kita karena orang jahat tidak memiliki masa depan, itulah perkataan dalam kitab suci.

Marilah kita belajar untuk tidak iri kepada orang yang kaya karena kejahatan, berandai-andai menjadi mereka pun jangan sehingga kita mampu menjadi diri kita sendiri dan tetap megikuti ajaran Tuhan kita, Yesus Kristus.
Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Kamis, 09 Januari 2014

Beranikah kita menjadi sempurna?

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Petikan ayat di atas seolah-olah melawan arti ungkapan Tidak Ada Gading yang Tak Retak, atau lebih dikenal dengan arti tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang sempurna mengindikasikan bahwa manusia tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan, namun bagaimana pandangan tersebut dalam Alkitab?

Menurut Firman Tuhan dalam Alkitab, manusia dapat menjadi sempurna, bahkan Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memberi contoh kepada kita sekaligus mengajak kita untuk menjadi sempurna sama seperti Bapa kita yang di sorga adalah sempurna. Faktanya, selama ini tidak ada manusia yang sempurna. Manusia selalu hidup dalam dosa, apakah itu berarti Alkitab berbohong? Sekali-kali TIDAK! Alkitab adalah kitab suci berisi kebenaran mutlak sebab sabda Allah lah yang tertuang di dalamnya.
Berarti, yang benar yang mana?

Manusia memang tidak ada yang sempurna, tapi bukan berarti manusia tidak bisa sempurna. Manusia tidak berani menjadi sempurna. Kata Yesus kepadanya:"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21). Mengapa kita harus menjual semua harta kita untuk dapat sempurna? Seperti yang telah dibahas dalam topik sebelumnya di tahun 2013, kata "harta" di sini bukan hanya uang dan kekayaan saja, melainkan sesuatu duniawi yang mengikat kita dan yang kita dewakan dan dambakan selain Allah. "Harta" dapat juga berarti keluarga, orang kesayangan, barang kesayangan, aktivitas, kesenangan, dan diri kita sendiri. "Menjual harta" bukan berarti menjual keluarga dan orang kesayangan, melainkan kita harus berani untuk menomer-satukan Tuhan Allah kita diatas segalanya. Kita harus berani melepas keluarga dan orang kesayangan kita yang membelenggu kita dalam belenggu dosa.

Mengapa kita harus berani melepaskan mereka? Bukankah Firman Tuhan berkata untuk menyayangi orang lain seperti diri kita sendiri?
Memang benar, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri. Keluarga bukanlah satu-satunya "orang lain". Sesama kita manusia yang tidak terikat hubungan darah pun termasuk orang lain. Tidak banyak manusia yang mampu mencintai orang lain tersebut seperti mencintai diri sendiri.
Melepas mereka hanya jika mereka mengikat dan membelenggu kita dalam dosa.

Bolehkah kita mengikut Tuhan tanpa menjual seluruh harta kita? Akankah kita menjadi sempurna? BISA!
Jika kita benar-benar mengikut Tuhan, sama seperti Tuhan Yesus, tanpa menjual seluruh harta pun kita dapat menjadi sempurna. Pertanyaannya adalah: Beranikah kita?
Beranikah kita memberikan pendapatan kita demi kemajuan setiap sesama kita yang berkekurangan?
Beranikah kita menegor orang yang lebih berkuasa daripada kita jika orang tersebut berbuat salah?
Beranikah kita menekan ego kita untuk melayani sesama kita yang miskin dan menderita?
Beranikah kita memperjuangkan dan menyuarakan kebenaran dan keadilan di lingkungan kita?
Beranikah kita untuk tetap hidup saleh dan tidak terpengaruh pada kebiasaan dunia?

Tuhan Yesus telah membuktikan bahwa dengan hidup selalu taat pada Allah Bapa, maka kehidupan kita tidak akan berkekurangan. Pernahkah kita sekalipun membaca dalam kitab suci bahwa Tuhan Yesus berbuat dosa? Sekalipun dicobai, baik oleh iblis maupun manusia, Tuhan Yesus tidak berbuat dosa.
Ketika Maria Magdalena akan dirajam batu akibat terpergok berzinah, adakah Tuhan Yesus menyalahkannya? Adakah Tuhan Yesus mengolok dan menghukumnya? Tuhan Yesus justru menyadarkan para penghakim dan pendosa itu sendiri. Hukum yang selalu dibawa adalah hukum cinta kasih.
Beranikah kita untuk tetap menegakkan dan melaksanakan hukum cinta kasih di dunia ini?

Marilah kita selalu memohon kekuatan kepada Tuhan untuk menghadapi segala godaan dan tantangan yang ada di dunia ini sehingga kita dapat menjadi sempurna, sama seperti Bapa kita adalah sempurna.
Berkat Tuhan selalu menyertai kita semua. Amin.

Rabu, 08 Januari 2014

Jangan terbutakan oleh harta!

"Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas." (Amsal 22:1).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Petikan ayat di atas merupakan cambukan dan tamparan bagi manusia yang mengagungkan harta di atas segalanya. Memang benar, di zaman ini tidak ada yang tidak menginginkan uang. Bahkan nama baik pun dikesampingkan jika berhadapan dengan uang, harta, kekayaan, tahta, dan kehormatan.
Sebagai bukti adalah banyak petinggi-petinggi negara yang mulai terseret kasus korupsi dan suap. Dalam sekejap nama baik dan citra yang telah mereka bangun dengan susah payah hancur berkeping-keping hanya karena iming-iming harta kekayaan besar. Bahkan banyak yang tanpa malu membangun kerajaan dinasti keluarga di negara demi mempertahankan kekayaannya.

Harta kekayaan membuat manusia mata manusia buta dan hati manusia beku dan tidak peka terhadap sesamanya. Kasih Allah lenyap seketika di hadapan iming-iming harta bergelimangan. Para petinggi negara merasa tidak membutuhkan untuk dikasihi rakyatnya, hati mereka telah beku! Mereka mengejar harta duniawi yang sementara tanpa sabar menantikan janji Kristus saat kita ditemui-Nya tetap setia.

"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan." (Amsal 22:4). Tidak percayakah kita atas pernyataan tersebut? Tidak mampukah manusia untuk menantikan ganjaran dari Tuhan? Waktu Tuhan adalah sungguh luar biasa. Setiap hal yang kita butuhkan akan selalu dipenuhi oleh Tuhan sesuai dengan waktu-Nya. Tuhan mengerti betul hal yang kita butuhkan. Terkadang hal yang kita inginkan bukanlah hal yang kita butuhkan. Karena keinginan dan ketamakan manusia yang membutakan, maka manusia membuang rasa takutnya akan Tuhan dan berbuat dosa.

Uang memang adalah hal yang wajib dimiliki oleh manusia di dunia ini. Uang sangat berkuasa di dunia, namun bagi Allah, uang tidak ada artinya. Tuhan Allah kita dapat dengan mudah memberikan harta kekayaan kepada umat-Nya yang setia dan mengasihi sesamanya sebab dengan memberi kita menerima balasan dari Allah kita yang melihat kita dari tempat yang tersembunyi.

Menjelang pemilihan umum, banyak kandidat yang mulai bermunculan di layar kaca dan media massa. Mereka melakukan blusukan dan terkesan berbagi kasih dengan sesama yang berkekurangan. Alangkah baiknya jika mereka melakukannya dengan tulus ikhlas setiap saat, bukan menjelang pemilihan umum saja. 
"Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rejekinya dengan si miskin." (Amsal 22:9). Berguna mana, berkat dari Allah atau berkat dari manusia?

Marilah kita sama-sama berdoa demi bangsa dan negara kita, khususnya para pemimpin negara kita agar Tuhan membuka mata mereka lebar-lebar sehingga mereka sadar bahwa selama ini mereka telah terbutakan oleh harta, kedudukan, hormat, dan kekuatan sehingga telah kehilangan Kasih Allah.
Marilah kita sendiri memberi teladan kepada sesama kita agar kita dapat menjaga nama baik kita sebagai anak Allah, hamba Tuhan, dan murid Kristus, agar kelak kita peroleh kekayaan, kehormatan, dan kehidupan yang dijanjikan oleh Allah kepada kita.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Selasa, 07 Januari 2014

Bekerjalah dengan jujur!

"Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut." (Amsal 21:6).

Happy New Year dan shalom saudara-saudariku terkasih dalam Kristus.
Setelah lama tidak berjumpa, adalah baik jika kita mengawali hari di tahun yang baru di kehidupan kita dengan memperbaiki diri. Jika kita tengok di tahun lalu, masih banyak kerjaan kita yang tidak jujur baik sebagai pelajar, karyawan, maupun pemilik perusahaan.

Memang tidak dapat dipungkiri jika harta merupakan hal penting di dunia ini. Dengan harta, kita akan diakui dan dihargai oleh orang lain. Namun jika Tuhan tidak berkenan kepada kita, percumalah kita bersusah payah mencari harta tersebut karena semuanya itu akan diambil dari kita. Kita sering berpikir bahwa kita dapat menebus kesalahan kita dengan korban persembahan di atas mezbah sehingga 6 hari bekerja dengan tidak jujur dapat ditebus dengan persembahan di hari Minggu. 

JANGAN SALAH!
"Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan Tuhan daripada korban." (Amsal 21:3). Jangan sekali-kali kita berani berpendapat bahwa dengan memberikan korban persembahan maka kesalahan kita dapat ditebus. Tuhan tidak pernah membutuhkan persembahan karena segalanya di dunia ini adalah milik-Nya. Tuhan mengingini agar kita selalu berbuat benar. Tuhan ingin agar kita, makhluk ciptaan-Nya yang paling dikasihi, selalu menang melawan kejahatan. 

"Melakukan keadilan adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat." (Amsal 21:15). Hendaklah kita selalu berbuat adil. Berikanlah barang kita yang berlebih kepada sesama kita yang tidak punya. Janganlah merampas apa yang bukan menjadi bagian kita. Korupsi merupakan bentuk kekejian yang sangat karena menipu dan berlaku tidak jujur kepada diri kita dan orang lain. Jangan pernah takut miskin ketika berbuat kebenaran dan berlaku jujur. Tuhan tidak tidur. Allah adalah maha adil. "Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran, dan kehormatan." (Amsal 21:21).

Marilah kita sama-sama di tahun yang baru ini menjadi manusia baru, berusaha membenahi diri kita, memperbaharui cara hidup kita yang salah, berusaha untuk selalu jujur dalam segala kondisi, dan yang pasti adalah selalu bersandar pada Tuhan.
Ketahuilah apa yang Tuhan inginkan, jangan paksakan kehendak kita kepada-Nya.
Berkat Tuhan menyertai kita semua. Amin.