Sabtu, 28 Desember 2013

Mengapa Allah menyetujui adanya kesengsaraan?

"Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara." (Ayub 36:5-6).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Kesengsaraan merupakan suatu kondisi tersiksa yang dirasakan oleh manusia. Jika manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling dikasihi, mengapa Allah membiarkan manusia sengsara?

Allah adalah guru terbaik yang pernah ada, Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar. Jika manusia dibelenggu dengan kesengsaraan, maka itu berarti Allah sedang memperingatkan manusia atas apa yang mereka perbuat, atas pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan karena manusia berlaku congkak di mata Tuhan. Dan jika manusia mendengarkan peringatan dari Allah, maka niscaya hidup mereka akan mujur sampai hari-hari dan tahun-tahun hidup mereka. Namun, jika manusia tidak mengindahkan peringatan Allah, maka manusia itu akan mati dan binasa oleh kebebalan mereka.

"Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara. Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?" (Ayub 36:21-22). Tuhan Allah kita telah memberikan kita contoh agar kita tidak berpaling kepada kejahatan karena Allah sangat membenci kejahatan. Anak-anak Ayub contohnya. Mereka binasa karena mereka tidak mengindahkan perintah Allah, malahan sering berpesta pora menghamburkan uang. Dan Ayub sendiri berbuat kejahatan dengan menyucikan kembali anak-anaknya tanpa ada niat dan tindakan untuk menyadarkan anaknya bahwa perbuatan mereka itu salah, konsekuensinya adalah penderitaan. Kehilangan segalanya merupakan kesengsaraan yang diberikan Allah kepada Ayub karena Ayub telah berbuat jahat dan congkak. Allah masih mengasihi Ayub dengan menyayangkan nyawanya dan memberi peringatan kepada Ayub berupa kesengsaraan agar Ayub mau mengakui kesalahannya dan tidak binasa.

Dalam keseharian kita pun selalu tak luput dengan berbagai kesulitan, akan tetapi jika kesulitan tersebut kita hadapi bersama Tuhan, maka kita akan selamat dan terhindar dari kesengsaraan. Manusia akan merasa sengsara ketika ia tidak lagi menyertakan Tuhan di dalam setiap tindakan, perkataan, pikiran, dan perbuatannya. Seburuk apapun kehidupan kita, selama kita jalani bersama Tuhan Allah kita, kita tidak akan sengsara. Akan tetapi sekejap saja perhatian dan fokus kita beralih dari Allah, maka kita akan langsung merasakan kesengsaraan tersebut.

Marilah kita bersama-sama saling menguatkan agar kita terhindar dari maut dan janganlah kita bersedih atas kesengsaraan kita, namun bertobatlah dan introspeksi diri kita akan segala perbuatan kita yang congkak, niscaya kita tidak akan merasa sengsara lagi.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua sekarang dan selamanya. Amin.

Menjerit saat tertindas? Pasti! Mencari Tuhan saat tertindas? Jarang!

"Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa; tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam." (Ayub 35:9-10).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Kali ini ada baiknya kita merefleksi sejenak tentang relasi kita dengan Allah. Manusia kerap mengumpat, menjerit kesal, marah saat tertimpa masalah. Manusia tidak pernah mencari Allah, hanya menyalahkan Allah dan mempertanyakan kebijakan-Nya. Memang hal tersebut manusiawi, namun akankah lebih baik jika kita berusaha untuk mencoba mencari Tuhan ketika kita tertimpa masalah.

Seringkali kita lihat di berita-berita, para korban bencana alam menjerit-jerit dengan tangisan memilukan karena kehilangan harta benda, dan bahkan mungkin anggota keluarganya. Banyak dari mereka mempertanyakan alasan Tuhan Allah mendatangkan bencana tersebut. Namun tanpa kita sadari, teriakan mereka adalah teriakan yang kosong. Teriakan tersebut adalah teriakan putus asa yang hampa tanpa makna, bukan teriakan introspeksi dan pertobatan kepada Tuhan.

"Ketika itu orang menjerit, tetapi Ia tidak menjawab, oleh karena kecongkakan orang-orang jahat. Sungguh, teriakan yang kosong tidak didengar Allah dan tidak dihiraukan oleh Yang Maha Kuasa." (Ayub 35:12-13). Ketika kita berteriak kepada Allah atas tindasan yang kita alami, sebaiknya kita sambil mengintrospeksi diri apakah kita telah bertindak sesuai perintah Allah selama ini ataukah kita berlaku congkak di mata-Nya. Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu melihat dan memperhatikan kita. Tindasan yang kita terima mungkin merupakan cara Allah memberi kita peringatan agar kita tidak jatuh lebih dalam kepada dosa yang membawa kepada maut.

Dalam segala tindasan dan cobaan, berat maupun ringan, ada baiknya kita tetap mencari Tuhan. Seringkali kita berusaha meninggalkan Tuhan ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Saat kita kecewa atas kehidupan, pekerjaan, teman, keluarga, jemaat gereja, maupun diri kita sendiri, kita sering ngomel dan menjerit tidak puas. Kita sering merasa tidak adil dan mempertanyakan Allah. Namun, pernahkah kita mencari Allah kita? Mencari Allah berarti kita merenungi kembali perbuatan kita selama ini apakah sudah sesuai dengan ajaran cinta kasih-Nya? Mencari Allah bukan berarti berteriak menjerit kepada Allah.
Saat teriakan kita belum dijawabdan didengarkan, ada kalanya mungkin teriakan kita tersebut adalah teriakan yang hampa, teriakan seenak hati, teriakan manusiawi yang maunya enak tanpa bekerja keras.

Marilah kita sama-sama membiasakan diri mencari Tuhan Allah kita terlebih dahulu di saat kita tertimpa masalah agar jeritan kita bukanlah jeritan kosong yang keluar dari mulut kita yang congkak di mata Tuhan.
Berkat Tuhan selalu bersama kita. Amin.

Kamis, 26 Desember 2013

Allah tidak berlaku curang!

"Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya." (Ayub 34:11).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus!
Seperti yang sering kita keluhkan, mengapa dunia ini tidak adil? Mengapa Allah membiarkan ketidak-adilan melanda dunia? Apakah Allah tidak adil?

Allah itu tidak berlaku curang. Allah tidak pernah membengkokkan keadilan. Allah hanya memberi kesempatan kepada manusia untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 
Allah adalah guru yang baik. Allah selalu mengganjar manusia sesuai dengan perbuatan masing-masing pribadi. Orang yang berlaku benar di mata Tuhan akan selalu diperhatikan-Nya. Sebaliknya, orang yang berlaku jahat akan binasa pada akhirnya.

Contohlah kejadian di negara kita. Banyak para koruptor mulai tertangkap, banyak para penipu mulai terungkap, banyak para pencuri terseret ke dalam ranah hukum. Jika itu bukan karena kasih karunia dan keadilan Tuhan Allah kita, siapa lagi?
Tidak ada kebohongan yang tidak akan terungkap, tidak ada kegelapan yang tidak akan tersingkap, tidak ada kebenaran yang tidak akan tersiarkan ke seluruh dunia. Allah adalah maha adil. Tuhan adalah Hakim yang Agung dan bijaksana, tidak ada yang lebih adil daripada Tuhan Allah kita.

Jika Tuhan Allah kita adalah adil, ada baiknya kita sebagai umat-Nya juga selalu menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran. Sebab oleh perbuatan kita jugalah kita diadili. Barangsiapa yang berbuat baik akan memetik hasilnya, dan barangsiapa yang berbuat kekejian di mata Allah akan diganjar sesuai dengan perbuatannya masing-masing.
Akankah kita menjadi peran antagonis ataukah peran protagonis?

Marilah kita menyerahkan segala skenario kehidupan kita kepada Tuhan Allah kita yang maha adil sehingga kita kelak mendapat ganjaran yang baik sesuai dengan perbuatan baik kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Selasa, 24 Desember 2013

Merendahkan diri untuk ditinggikan...

"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Lukas 14:11).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Rendah diri merupakan kata yang tidak asing lagi bagi telinga kita. Namun, siapakah yang bersedia merendahkan diri? Manusia dipenuhi oleh sesuatu yang disebut ego. Adanya ego membuat manusia tidak mampu merendahkan diri.
Lalu maksud dari ajakan Tuhan untuk merendahkan diri itu apa?

Dalam dunia pendidikan seringkali kita diajarkan untuk rendah hati, bukan rendah diri. Dunia pendidikan justru tidak memperbolehkan untuk rendah diri karena sama dengan tidak menghargai martabat pribadi sendiri. Pada pelajaran moral seringkali mengajarkan agar seseorang tidak rendah diri karena akan mematikan rasa percaya diri. Memang hal itu betul, namun juga tidak betul. 

Dengan adanya pembentukan mental pendidikan yang tidak mengajarkan kerendahan diri, banyak lulusan pendidikan tinggi yang makin banyak mengenyam tingkat pendidikan semakin meninggikan diri dan merasa paling pintar. Dengan meninggikan diri, manusia cenderung tidak mau berbagi maupun merasakan dan berempati dengan sesamanya yang di bawahnya.
Tuhan Yesus mengajarkan untuk selalu rendah diri dengan harapan agar manusia dapat menekan ego sehingga mau berbaur dengan sesamanya yang kurang beruntung. Merendahkan diri tidak selamanya merugikan loh. Dengan merendahkan diri, kita dapat belajar menguasai ego kita sekaligus menahan nafsu untuk selalu minta dipuji dan dihormati oleh orang lain secara sengaja alias gila hormat. Merendahkan diri dapat membuat kita menyadari bahwa kita manusia yang tidak mampu sesuatu dan Tuhanlah yang mampu segalanya.

Segala yang kita peroleh bukanlah karena kekuatan dan usaha kita, melainkan merupakan sepenuhnya kasih karunia berkatdari Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada hak kita untuk meninggikan diri. Tuhan Yesus pun merendahkan diri dengan lahir sebagai anak tukang kayu di keluarga yang tidak kaya hingga lahir di kandang hewan. Justru dengan merendahkan diri, Allah Bapa meninggikan Yesus. Jika Tuhan Yesus meninggikan diri, tidak mungkin Ia mau dilahirkan di keluarga sederhana dan lahir di kandang hewan. Tuhan Yesus sendiri memberikan teladan bahwa segala yang diperoleh manusia merupakan semata karena belas kasihan dari Allah Bapa. Dengan merendahkan diri, maka sesama kita akan dapat melihat kelebihan dan kebaikan kita sehingga ia akan meninggikan kita secara tidak langsung.

Marilah kita meneladani Tuhan Yesus yang rela merendahkan diri lahir di kandang hewan demi mengerti makna belas kasih kepada sesama. Dengan merendahkan diri, kita dapat belajar menghargai orang lain sehingga pada akhirnya sesama kita yang melihat kelebihan kita akan meninggikan diri kita.
Damai Natal selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Senin, 23 Desember 2013

Adakah Roh Allah di dalam diri kita?

"Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita." (1 Yohanes 3:24).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Sebagai umat yang mengenal Allah, pernahkah terpikir oleh kita apakah Allah ada di dalam kita? Atau adakah kita di dalam Allah? Kita sering berkata baik, berbuat baik, bermulut manis, bertingkah terpuji, namun apakah semuanya itu kita lakukan tulus atau ada makna di balik semuanya?

Barangsiapa yang memiliki Roh Allah di dalam dirinya, maka sudah pasti ia akan melakukan perintah-Nya. "Dan inilah peritah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita." (1 Yohanes 3:23). Percaya berarti 100% yakin akan segala perkataan, janji, dan ajaran Tuhan Yesus. Memang jika diperhatikan dengan akal sehat, ajaran cinta kasih Tuhan Yesus sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kita dapat berbuat baik kepada orang yang telah menjahati kita. Bagaimana kita dapat membagi milik kita yang telah dengan susah payah kita cari untuk orang yang tidak punya karena tidak berusaha mencarinya. Namun, Allah hanya meminta kita untuk mempercayai segala perkataan, ajaran, janji, dan teladan putra-Nya.

Dengan mempercayai berarti kita mengimani bahwa kita pada akhirnya akan menerima berlipat ganda karena dengan memberi, kita akan menerima. Allah akan membalasnya berlipat ganda kepada siapa saja yang dengan kasih karunia memberikan miliknya kepada sesamanya yang membutuhkan. Sebab jika kita menuruti dan melaksanakan perintah-Nya, berarti Roh Allah tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Allah sehingga apa yang kita minta dan harapkan juga akan diberikan oleh Allah kita untuk kita.

Marilah kita belajar untuk meyakini bahwa dengan memberi sesuatu dengan kasih, kita tidak akan berkekurangan. Bahkan akan menerima balasan dari Tuhan berlipat ganda. Tuhan beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Minggu, 22 Desember 2013

No Action Talk Only? No way!

"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1 Yohanes 3:18).

Shalom kerabat terkasih dalam Kristus.
No Action Talk Only (alias ngomong doang ngga pake tindakan) merupakan plesetan singkatan yang terdengar menggelitik. Tetapi jangan salah, karena banyak dari umat Kristiani yang juga melakukan hal itu secara sadar maupun tak sadar, terutama dalam hal mengasihi sesama.

Siapa sih sesama kita itu? Sesama kita adalah semua manusia ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita tanpa membedakan perbedaan yang ada. Seringkali kita pilih-pilih dalam mengasihi sesama kita. Kita hanya mengasihi orang yang tahu balas budi, orang yang berpengaruh, orang yang kita kenal, maupun kerabat dan saudara kita sendiri.
Pengertian sesama yang diajarkan Tuhan bukanlah sesempit itu, terutama dalam hal mengasihi!

"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yohanes 3:16). Adakah Tuhan Yesus pilih-pilih saat akan menyerahkan nyawa demi menebus kesalahan dan dosa kita? Adakah Tuhan Yesus menuntut imbalan atas darah-Nya yang tertumpah bagi kita?

Kita dapat hidup seperti sekarang bukan semata karena usaha dan tindakan kita, melainkan murni sepenuhnya karena kasih karunia Tuhan Allah kita kepada kita agar kita dapat menunjukkan kasih Allah kepada sesama kita. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Kita tidak mempunyai hak apapun atas apa yang kita peroleh, bahkan jiwa raga kita adalah milik Tuhan. Kita hanya diberi kebebasan dalam melakukan dan mengerjakan ladang Tuhan.

Hendaknya kita menjadi pekerja yang rajin di ladang Tuhan dengan menunjukkan tindakan dan bukan hanya menggunakan kata-kata dan lidah saja karena kasih tidak dapat dipahami jika kita hanya mengandalkan kata-kata dan penjelasan saja. Kasih dapat sepenuhnya dipahami dan diajarkan hanya melalui tindakan. Dengan merasakan kasih, orang baru mampu memahami dan menghayatinya sehingga dapat meneruskannya kepada yang lain.

Marilah kita sama-sama mengajarkan kasih kepada sesama kita melalui tindakan nyata dan bukan hanya keluar dari mulut kita saja agar dunia kita dipenuhi dengan kasih Allah.
Kiranya Kasih Tuhan Allah kita selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Jumat, 20 Desember 2013

Puji Tuhan! Kita adalah anak-anak Allah.

"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.." (1 Yohanes 3:1).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Kali ini tidak ada salahnya sesekali berbangga diri. Mengapa? Karena kita adalah anak-anak Allah. Menjadi anak pejabat, aktor, atlet terkenal, maupun pebisnis sukses membuat manusia bangga dan dihormati oleh orang sekitarnya. Namun mengapa disebut anak Allah tidak membuat manusia dihargai orang sekitarnya? Bukankah Allah jauh lebih berkuasa daripada jabatan manapun?

Dunia ternyata tidak mengenal Allah! Dunia hanya tahu adanya Allah namun tidak mengenal-Nya! Andaikata dunia mengenal Allah, tentulah kita sebagai anak-anak Allah akan dihargai dan dihormati layaknya jabatan lain yang bergengsi di mata dunia. Lantas bagaimana?

Sudah menjadi tugas kita sebagai anak-anak Allah untuk mengenalkan Bapa kita kepada dunia agar dunia boleh mengambil bagian dalam penyelamatan Kristus di akhir zaman kelak. Kita sendiri pahami, sadar maupun tak sadar, kita sebagai anak Allah pun terkadang masih malu dan takut untuk mengenalkan Allah Bapa kita kepada dunia. Kita hanya berani memuji dan memuliakan Allah Bapa kita di lingkungan gereja. Bahkan kita takut untuk mengenalkan Allah Bapa kita kepada keluarga kita yang belum mengenal-Nya!

Memperkenalkan Allah Bapa kita bukan berarti secara frontal mengajak sesama kita yang belum mengenal-Nya untuk masuk ke Kristen. Memperkenalkan Allah Bapa kita dapat dimulai dari diri kita sendiri dengan cara berkomitmen untuk bertindak sesuai dengan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan selalu mengawali dan mengakhiri kegiatan kita dengan berdoa, tidak takut ataupun malu bersyukur kepada Tuhan dengan mengatakan "Puji Tuhan", dan sebagainya pun merupakan langkah awal memperkenalkan Allah Bapa kita kepada orang sekitar kita yang belum mengenal-Nya.

Kita tidak perlu menginjili jika kita memang belum memiliki karunia peginjilan, namun kita dapat mendoakan dan memberi teladan kepada orang lain. Dengan berbuat baik, maka secara tidak langsung orang akan tertarik mengenai kehidupan kita. Orang akan mencari tahu rahasia di balik sikap kita tersebut sehingga pada akhirnya akan mengarah pada pengenalan kepada Allah Bapa kita.

Marilah kita memperbaiki diri sendiri dulu dan memberanikan diri kita untuk selalu menunjukkan jati diri kita sebagai anak-anak Allah di mata dunia yang belum mengenal Allah Bapa kita. Niscaya dunia kelak akan mengenal Allah Bapa kita sehingga kita akan dapat berbangga dan dihormati oleh karena Allah Bapa kita.
Berkat Tuhan beserta kita selamanya, Puji Tuhan! Amin!

Selasa, 17 Desember 2013

Kegelapan yang paling gelap...?

"Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kristus adalah terang kebenaran, maka ada baiknya jika kita mengerti apa itu kegelapan. Mengerti bukan berarti mengenal loh ya. Mengerti dibutuhkan agar kita dapat membedakan kegelapan dengan terang sehingga kita dapat menghindarinya.

Selama ini kita sering mendengar dalam ayat berupa perumpamaan orang yang berdosa akan dimasukkan ke dalam kegelapan yang paling gelap dimana hanya ada gertak gigi. Namun sebetulnya jauh dari itu pun sudah merupakan kegelapan. Ketika mata kita mengingini sesuatu yang berasal dari dunia, hati kita akan terbawa kerakusan akan hal duniawi tersebut, maka pikiran kita tidak akan bisa berpikir jernih, di sanalah kegelapan dimulai. Manusia tidak akan segan melawan saudara sendiri demi memuaskan keinginan mata tersebut dan tidak akan pernah tenang sebelum mampu menguasainya. Setelah menguasainya pun manusia akan mengingini sesuatu yang lebih akibat matanya.

"Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya." (1 Yohanes 2:11). Rasul Yohanes berusaha mengingatkan kita agar mata kita tidak dibutakan oleh kegelapan. Manusia sering memusuhi, membenci, dan mencabik saudaranya sendiri demi memuaskan hasrat pribadi. Kegelapan yang perlu kita waspadai di sini bukanlah kegelapan secara fisik, yaitu suatu keadaan dimana mata fisik kita tak mampu melihat sekitar. Kegelapan yang harus kita waspadai adalah kegelapan mata hati kita, dimana kita tidak lagi mampu mencintai sesama kita di sekeliling kita, dimana kita kehilangan arah hidup kita, dimana kita tidak tahu kemana dan apa tujuan hidup kita, dimana hati kita tidak lagi dapat menjerit saat kita melakukan tindak kejahatan dan dosa.
Memang terkesan sepele, namun banyak manusia yang terjatuh ke dalam kegelapan ini dan mereka tidak menyadarinya, tidak terkecuali penulis sendiri. "Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." (1 Yohanes 2:4).

Bagi kita orang berdosa, Tuhan selalu membuka pintu pertobatan. Tuhan tidak pernah menutup pintu hati dan pintu yang terang itu. Namun, tidak selamanya juga pintu tersebut akan dibuka karena ada satu saatnya pintu tersebut akan ditutup dan seluruh anggota Kerajaan-Nya akan memulai pesta.
Marilah kita berlomba-lomba untuk tetap masuk di dalam pintu terang itu. Terkadang memang pemandangan di luar pintu tersebut sangat menggiurkan, namun kita tidak tahu hal yang menggiurkan itu adalah kegelapan yang paling gelap. Kita sering tertarik ke dalam kegelapan tersebut dan tidak ingin berbalik menuju pintu terang tersebut. Hanya dengan perantaraan Tuhan Yesuslah, kita dituntun kembali menuju pintu terang itu melalui pertobatan tulus.

Marilah kita sama-sama saling menguatkan dan meyakinkan agar kita tidak mengejar kegelapan yang paling gelap itu sehingga mata kita tidak dibutakan hingga tak tahu arah kemana tujuan kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Minggu, 15 Desember 2013

Tidak ada manusia yang sempurna

"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini akan membicarakan mengenai kesempurnaan. Seperti peribahasa yang sering kita dengar: tak ada gading yang tak retak, begitu pula manusia tidak ada yang sempurna. Manusia adalah makhluk berdosa. Sejak lahir, manusia telah membawa dosa asal sehingga perlu dibawa mengenal Tuhan Yesus yang adalah juru selamat kita. Lalu bagaimana caranya agar kita menjadi sempurna seperti layaknya Bapa kita adalah sempurna?

Bertobat, mengakui segala dosa dan kesalahan kita, berjanji tidak akan mengulangi dosa dan kesalahan kita, dan memberikan diri untuk dibaptis adalah cara menuju kesempurnaan itu. Karena "jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Dengan mengakui dosa kita dengan hati yg tulus dan menyesal, Tuhan akan berbelas kasih kepada kita ciptaan-Nya yang paling dikasihi dan membantu menyucikan kita semua. 

Tuhan Yesus mengerti segala persoalan, tantangan, godaan, cobaan, dan kesulitan yang kita hadapi karena Ia telah menjelma menjadi manusia dan turut merasakannya. Namun Tuhan Yesus dapat bertekun dalam doa dan tidak berdosa dengan taat kepada Bapa di sorga sampai mati. Maka sekiranya kita mengikuti teladan Tuhan Yesus. 

Memang kita tidak akan bebas dari dosa, namun kita dapat mencegah diri kita untuk berbuat dosa dengan selalu bersandar kepada-Nya dan memohonkan bantuan-Nya. Dengan mengamalkan serta memahami dan menempatkan cinta kasih di dalam hidup kita pun dapat mendorong kita untuk tidak berbuat dosa. Segeralah mengakui kesalahan dan dosa kita kepada Allah serta mohon ampunan-Nya ketika kita berbuat dosa.

Marilah kita belajar untuk menaham diri dari dosa dan belajar mengakui dosa kita serta memperbaiki diri kita sehingga kita dapat menjadi sempurna seperti Allah Bapa kita adalah sempurna.
Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Jumat, 13 Desember 2013

Manusia baru (Kolose 3:5-17)

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala" (Kolose 3:5).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Kali ini marilah kita merenungkan makna menjadi manusia baru. Tuhan Yesus dan para murid-Nya sering menekankan bahwa kita adalah manusia baru yang telah ditebus dan dibebaskan dari perhambaan dosa. Namun sedikit dari kita yang mengerti makna menjadi manusia baru. Apakah kita terlahir kembali baru secara jasmani? Ataukah kita merubah drastis penampilan kita?

Yang dimaksud dengan menjadi manusia baru adalah pembaharuan dalam tingkah laku dan iman kita. "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:8-10).

Tuhan meminta kita untuk meninggalkan kebiasaan buruk kita yang lama dan mulai meneladani-Nya dalam cinta kasih sebab ajaran Tuhan yang utama adalah hukum cinta kasih. "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenalanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:12-13)

Menjadi manusia baru juga berarti mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi di dalam kehidupan kita. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah." (Kolose 3:15).

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:17)
Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 10 Desember 2013

Jangan tamak!

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15).

Shalom saudara-saudari dalam Kristus.
Kali ini yang ingin disampaikan adalah pesan agar kita tidak tamak.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari rasa ingin dihargai. Meskipun banyak cara agar manusia mendapat penghargaan dan pengakuan dari sesamanya, kita seringkali menggunakan ukuran duniawi, yaitu harta kekayaan, dalam memperoleh pengakuan dari sesama. Semakin kayak seseorang, maka perkataannya akan didengarkan, cara berpakaiannya akan ditiru, dan dapat berbuat seenaknya sendiri. Uang dianggap dapat menyelesaikan segalanya. Oleh karena itulah, manusia mulai tamak. Manusia mulai tidak mudah puas akan kekayaan yang diperolehnya dari Tuhan mereka!

Tuhan Yesus selalu mengingatkan agar janganlah memelihara ketamakan akan harta duniawi karena hidup manusia tidaklah bergantung pada harta kekayaan, melainkan bergantung pada kasih karunia Bapa. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari harta duniawi sekalipun hidup mereka sudah berkelimangan harta. Banyak pengusaha saling claim bahkan saling membunuh untuk dapat memperoleh tender project trilliunan.
Yang masih hangat adalah perebutan harta warisan pahlawan apartheid, Nelson Mandela, oleh kedua anak perempuannya meskipun mereka sudah memiliki bisnis pribadi yang tergolong sukses.

Sampai taraf manakah manusia dapat puas akan hartanya? Tidak takutkah kita akan murka Allah? Kita selalu memikirkan harta, harta, dan harta. Kita takut kehilangan harta kita sehingga kita bekerja keras membanting tulang. Kita selalu melihat ke atas, ingin seperti orang yang lebih kaya, hati kita penuh ketamakan. Kita lupa akan Tuhan kita.
Banyak pengusaha yang dulunya sukses mengalami kebangkrutan dan mengakhiri hidup mereka akibat ketamakan hati pengusaha yang lain. Dapatkah kita menjadi seperti Ayub jika suatu saat segala harta kita diminta kembali oleh Allah? Akankah kita tetap beriman?

Berdoalah kepada Tuhan agar kita diberi kekuatan untuk menahan hawa nafsu ketamakan dalam hati kita. Hendaklah kita mencukupkan diri atas penghasilan yang kita terima. Dan mintalah kepada Tuhan hati yang tetap teguh percaya akan segala rencana-Nya. Jika kita tetap setia hingga akhir, maka segala milik kita akan dilipat-gandakan oleh Tuhan kita.

Semoga kita dapat mulai belajar untuk tidak tamak dalam harta duniawi. Tuhan beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Jika Allah mencintai ciptaan-Nya, mengapa ada kemiskinan, ketidak-adilan, dan kesengsaraan?

"....penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yohanes 11:4).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik yang akan dibahas kali ini mengenai seberapa besar cinta Allah kepada ciptaan-Nya.

Kita pasti sering berpikir, jika Allah mencintai ciptaan-Nya, untuk apakah ada kemiskinan? Untuk apakah ada kesengsaraan dan ketidak-adilan di dunia ini? Tidakkah lebih mudah bagi manusia untuk percaya dan berbakti kepada-Nya jika dunia ini aman tentram bahagia?

Mungkin pemikiran manusia adalah begitu, yaitu pikiran duniawi, sedangkan apa yang dilihat Allah berbeda dengan dunia. Dalam Yohanes 9:1-3 terdapat percakapan singkat antara Yesus dengan murid-Nya mengenai mengapa terdapat orang yang terlahir buta. Di sana murid Yesus menanyakan kesalahan siapakah yang ditanggung oleh orang buta tersebut. Akan tetapi Yesus menjawab bahwa itu bukan kesalahan siapa-siapa, adanya hal itu adalah karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam orang buta tersebut.

Kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia memiliki sifat seeing is believing, yaitu jika kita tidak melihat maka kita sulit untuk percaya. Jika di dunia ini tidak ada kesengsaraan, kemiskinan, dan ketidak-adilan, dengan apakah Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia agar manusia dapat kembali kepada jalan kebenaran? Akankah manusia mau percaya akan adanya Tuhan Allah yang maha baik?

Tidak dapat kita pungkiri bahwa keadaan yang serasa aneh tersebut justru dijadikan sebagai lahan untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Jika di Calcuta tidak ada kemiskinan sama sekali, akankah muncul Bunda Teresa yang mengenalkan ajaran kasih Kristus terhadap sesama manusia tanpa pandang bulu? Jika Nick Vujicic terlahir sempurna, akankah ada manusia yang tersentuh dengan kebesaran anugerah dan kasih dari Tuhan Allah kita?

Mengapa Tuhan kita membutuhkan penyataan kasih? Sebab manusia telah jatuh ke dalam dosa sejak awal mereka dilahirkan. Manusia adalah lemah dan selalu jatuh ke dalam percobaan yang diberikan oleh Iblis seizin Tuhan. Manusia tidak mau tahu maksud dan tujuan mereka diciptakan oleh pencipta-Nya, manusia tidak pernah mencari tahu tujuan hidup yang telah ditetapkan oleh penciptanya sejak mereka dalam kandungan ibu mereka.

Memang jalan pikiran Tuhan tidak akan dapat kita logika, hanya dapat kita imani dengan tulus. Selama kita mau percaya kepada-Nya, yang berarti juga melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka kita akan senantiasa memperoleh hidup yang kekal.

Marilah kita selalu berdoa dan meminta penguatan kepada Tuhan kita agar kita mengerti tujuan hidup kita, siapa tahu kita merupakan alat bagi Tuhan untuk menyatakan kuasa kasih-Nya di lahan kemiskinan, kesengsaraan, dan ketidak-adilan tersebut.

Kasih karunia dan damai Tuhan kita selalu beserta kita semua. Amin.

Sabtu, 07 Desember 2013

Batas Pergaulan

"Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama." (1Korintus 5:11).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini penulis hanya copas dari broadcast yang diterima dari rekan seiman, mengenai batas pergaulan.

Kita sering mendengar nasihat semacam ini: “Bergaullah dengan orang yang positif agar kualitas diri kita tumbuh semakin positif.” Nasihat yang baik, namun kurang berimbang karena, secara halus, mendorong kita untuk menjauhi orang yang negatif. Dengan kriteria itu, Yesus termasuk orang yang salah bergaul. Dia dijuluki sebagai sahabat orang berdosa, pemabuk, dan lain-lain.
Orang seperti apakah yang patut kita jauhi? Orang itu berbuat dosa yang tidak lazim dan lebih bobrok dari perbuatan orang berdosa pada umumnya. Secara tersirat, orang itu bukan sedang bergumul melawan dosa, melainkan menikmati dosanya dan tidak malu memamerkan dosanya. Dan, orang itu mengaku sebagai orang Kristen, padahal sejatinya ia tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus.

Maksud ayat ini mengucilkan / menjauhi orang2 tersebut ini bukan untuk membinasakan jiwanya ataupun karena sentimen pribadi, melainkan untuk mendisiplinkan mereka. Dengan maksud menyelamatkan dan memulihkan mereka. Dan maksud lain ayat tsb, kita tidak boleh ikut dalam perbuatan mereka. Karena YESUS mengajarkan kita untuk berdamai dengan semua orang (Rom. 12:18) dan mengasihi siapa saja. Terhadap musuh pun, kita diminta mendoakan dan memberkati (Mat. 5:44). Lalu, siapa yang tersisa untuk kita benci?

FOKUS DALAM PERGAULAN BUKANLAH MENGUCILKAN ORANG TERTENTU,
MELAINKAN MELAYANI DAN MENGASIHI SEMUA ORANG

( ~ _ ~ )
.    (")(")
☆˚◦°•˚◦♥ O:) äмiπ O:) ♥˚◦°•˚◦☆

Jangan melupakan Tuhan dalam setiap rencana kita

"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap uang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14).

Shalom sahabat terkasih dalam Kristus.
Topik ini mengingatkan kita bahwa hendaklah kita mengikut-sertakan Tuhan dalam setiap rencana kita sebab Tuhan merupakan pemegang kendali atas hidup kita. Kita bukan lagi milik kita sendiri, melainkan milik-Nya.

Seringkali kita, dalam menyusun rencana, baik rekreasi, pekerjaan, keluarga, maupun masa depan, melupakan Tuhan. Tak banyak umat Kristiani yang ingat akan Tuhan dan memohon bantuan serta persetujuan Tuhan dalam menyusun segala rencananya. Kita begitu yakin seakan kita akan hidup lama di dunia ini.

Hidup kita bagaikan uap, yang sebentar kelihatan kemudian hilang. Kita dapat lihat dari kejadian tragis Paul Walker. Walker meninggal dunia di usia muda di tengah-tengah acara penggalangan dana sosial untuk korban badai. Suatu kegiatan sosial yang baik, namun mengingatkan kita bahwa hidup manusia adalah singkat. Manusia tidak akan tahu kapan jiwanya akan kembali menghadap sang pencipta. Untuk itu, ada baiknya jika kita selalu mengingat Tuhan dalam setiap rencana kehidupan kita. Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang memutuskan.

"Sebenarnya kamu harus berkata: jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yakobus 4:15). Dengan tidak menyertakan Tuhan dalam setiap rencana, berarti kita telah berbuat congkak dan memegahkan diri dalam setiap rencana kehidupan kita.

Sebagai penguatan, penulis ingin membagikan pengalaman nyata mengenai apa yang terjadi jika kita selalu menyertakan Tuhan dalam setiap rencana:
"Penulis tergabung dalam anggota persekutuan dimana anggotanya sangat takut kepada Allah. Tiap-tiap dari mereka selalu menyertakan Tuhan di dalam setiap rencana acara dan kehidupan mereka dengan sungguh-sungguh. Mereka selalu berdoa dan menyerahkan seutuhnya segala rencana yang mereka susun kepada Tuhan. Dan Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada tiap-tiap rencana acara dan kehidupan mereka. Tuhan menjaga dan merestui tiap langkah rencana mereka sehingga berjalan dengan sukses dan lancar. Tuhan tidak pernah meninggalkan tiap-tiap dari mereka yang selalu mengikut-sertakan Tuhan di dalam setiap rencana. Pernah juga di musim hujan akhir-akhir ini akan merencanakan acara BBQ di tmpt terbuka. Rencana telah disusun matang-matang seminggu sebelum acara hari H. Para anggota diajak mengikut-sertakan Tuhan di dalam kelancaran acara itu. Tiap-tiap anggota pun berdoa dan menyerahkan acara BBQ tersebut kepada Tuhan. Empat hari berturut-turut sebelum hari H, hujan turun lebat. Namun pada hari H saat waktu yang direncanakan, hujan sama sekali tidak turun. Bahkan di ramalan cuaca via internet maupun film dan berita pun mengatakan akan turun hujan. Acara BBQ itu pun berjalan lancar dari awal hingga akhir. Kemudian, ketika seluruh anggota sudah pulang barulah turun hujan."

Dari kisah nyata di atas, dapatlah kita lihat betapa besar kuasa dan kasih Tuhan kepada umat-Nya yang selalu bersandar kepada-Nya, yang selalu mengikut-sertakan Ia di dalam setiap rencana.
Marilah kita bersama-sama mulai belajar untuk mengikut-sertakan Tuhan di dalam setiap rencana kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati kita semua sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Layakkah para gembala saling berebut domba?

"Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?" (Yakobus 4:1).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik yang dibahas adalah mengenai gembala. Jika membaca berita akhir-akhir ini ada pendeta yang saling menuntut. Pantaskah gembala saling berebut domba? Ataukah pantas jika gereja diperlakukan layaknya perusahaan, yang dapat diperebutkan hak dan akte pendiriannya? Apakah makna gereja saat ini telah luntur? Ataukah pendeta sekarang merupakan suatu mata pencaharian dan bukan sebagai pelayanan yang tulus untuk menggembalakan domba Allah?

Melihat pemberitaan dimana pendeta saling menuntut akibat perubahan akta pendirian gereja yang tersebar dari surat kabar terkenal di Surabaya, sepatutnya kita sebagai umat Kristen MALU! Gereja seharusnya memiliki arti perkumpulan jemaat Allah, dimana kita saling berbagi, saling menguatkan, dan saling memberkati.
Namun akhir-akhir ini muncul banyak jenis gereja yang fokusnya sudah tidak lagi murni penggembalaan domba Allah, melainkan merupakan sarana mata pencaharian. Banyak gereja yang berdiri layaknya sebuah perusahaan yang kepemilikannya harus jelas dan pembagian "harta"nya harus adil.

" Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." (1 Petrus 5:2). Jika para pemimpin agama Kristen benar-benar mengerti makna dari apa yang ingin ditekankan oleh Rasul Petrus dalam penggalan kitab tersebut, maka sejatinya tidak akan pernah ada perebutan hak atas gereja dan tidak akan ada saling tuntut antar pendeta. Miris dan perih memang hati ini membaca berita tersebut. Bukankah seorang pendeta harus memberi contoh kepada umatnya? Bukankah pendeta harus dapat merendahkan dirinya dan melayani sesamanya seperti yang telah diteladankan oleh Yesus sendiri?
Jika pendeta sendiri saling tuntut mengenai persoalan akta gereja, bagaimanakah mereka dapat menggembalakan secara sukarela domba Allah yang dipercayakan kepada mereka oleh-Nya?

Tidak mudah menjadi pemimpin agama dan sangatlah manusiawi jika pendeta juga berbuat dosa. Bahkan tak jarang para rasul pun bertengkar dan berselisih paham mengenai tingkah laku dan pola mengajar. Namun, hendaknya mereka saling menegor dan mendoakan sesama dalam hal perbaikan tingkah laku, bukan saling menuntut melalui jalur hukum. Lagipula Tuhan Yesus sendiri menegor para murid-Nya yang berusaha mencegah orang yang bukan tergolong murid Yesus melakukan mujizat di dalam nama Allah (baca Markus 9:38-40). Sangat tidak pantas jika para pemimpin agama Kristen berebut kepemilikan gereja sebab Gereja (baca: jemaat) bukanlah untuk diperebutkan, melainkan untuk digembalakan sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus!

Marilah kita berdoa agar tidak ada lagi perebutan memalukan seperti ini. Marilah kita menjadi teladan yang baik di tengah dunia.

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Kamis, 05 Desember 2013

Mata ganti mata, gigi ganti gigi? Sudah tidak zaman lah.. kan ada Tuhan Yesus

"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." ( Matius 5:38-39).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Topik kali ini adalah mengenai pembalasan dendam. Akhir-akhir ini sering kita membaca ataupun melihat berita mengenai pembunuhan dan penganiayaan yang dilandasi rasa dendam. Seorang bawahan yang dendam kepada atasannya membunuh anak atasannya, kemudian sang ayah tidak terima dan membalas membunuh keluarga dari pelaku tersebut. Kerabat dari korban tabrak lari membunuh penabraknya setelah tidak mau bertanggung jawab penuh. Seorang anak tega membunuh ayahnya sendiri karena melihat ibunya dianiaya.

Dari kasus-kasus di atas, tersirat bahwa manusia masih menerapkan ajaran lama, yaitu mata ganti mata, dan gigi ganti gigi, dimana jika aku kehilangan sesuatu karena kamu maka kamu pun juga harus kehilangan sesuatu yang serupa. Ironis memang, namun itu merupakan fakta yang terjadi di dunia saat ini.
Apa yang dapat kita lakukan selaku umat Kristiani? Akankah kita masih mengikuti aturan lama tersebut?

Sekali-kali TIDAK! Memang di perjanjian lama tertulis mata ganti mata dan gigi ganti gigi, namun Tuhan Yesus telah datang dan memperbaharui perintah tersebut. Tuhan Yesus justru meminta kita untuk mendoakan orang yang berlaku jahat kepada kita. Memang hal itu susah dan memang mengikut Tuhan itu susah, namun jika kita dapat melakukannya maka kita akan berbahagia di Kerajaan Allah kelak.

Janganlah memiliki dendam terhadap sesama dan janganlah menuntut balas. Janganlah main hakim sendiri dengan membalas perbuatan orang lain yang menyakiti kita dengan balasan yang jahat. Kita wajib menghilangkan keinginan balas dendam.
Rasul Paulus mengajarkan dalam Roma 12:19 "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.". Pembalasan merupakan hak Allah sebab Tuhan Allah kita adalah hakim yang agung. Pengadilan di dunia mungkin kita rasa tidak adil dan ada pihak yang dirugikan, namun percayalah bahwa penghakiman yang dilakukan Allah adalah ADIL sebab Allah kita adalah MAHA ADIL.

Serahkanlah perihal pembalasan kepada Tuhan Allah kita dan janganlah kita menuntut balas. Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan, asalkan kita tetap bersandar kepada-Nya, maka kita akan menang pada akhirnya.

Berbuatlah baik dan teguhkanlah iman kita sebab di dunia yang semakin tidak adil ini, kita harus mencerminkan Kerajaan Allah.

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Selasa, 03 Desember 2013

Perpuluhan duit? Sudah biasa... perpuluhan waktu? Luar biasa!

"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran" (Hosea 6:6).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Topik kita kali ini akan membahas mengenai perpuluhan. Bahasan ini berdasarkan sharing dari komunitas yang penulis hadiri. Seperti yang telah dijelaskan dalam topik sebelumnya, kita harus mendekatkan diri pada komunitas kerohanian agar kita saling bertumbuh dalam iman dan kasih. Bagi yang belum menggabungkan diri ke dalam komunitas rohani, penulis akan share beberapa topik.

Oke, back to topic. Kita sebagai umat Kristiani tentu mengenal istilah perpuluhan. Perpuluhan adalah suatu kondisi dimana kita memberikan sepersepuluh dari apa yang kita dapatkan kepada Tuhan. Umat Kristiani kerap kali memberikan sepersepuluh dari pendapatan mereka sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan. Jumlah sepersepuluh tersebut masing-masing orang berbeda. Namun, apakah dengan memberikan perpuluhan tersebut tugas kita selesai?

"Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Matius 9:13). Tuhan tidak menuntut kita untuk memberikan perpuluhan sebagai persembahan. Ia ingin agar kita dapat saling mengasihi sesama kita. Bagaimanakah caranya agar kita mampu mengasihi sesama kita? Hanya dengan selalu bersekutu dengan Tuhan Yesus dan meneladani kehidupan-Nya lah kita dapat mengasihi sesama kita.
Perpuluhan harta sudah biasa kita lakukan, namun dalam Hosea 6:6, Tuhan meminta agar manusia lebih mengenal-Nya. Tuhan tidak menuntut harta kita, talenta kita, maupun keahlian kita karena semuanya itu berasal dari Dia. Tuhan meminta hati kita, diri kita, tubuh kita, dan waktu kita agar kita dapat bersekutu dengan-Nya.

Persekutuan dengan Tuhan merupakan sarana untuk lebih mengenal Tuhan dan ajaran-Nya. Bersekutu dengan Tuhan dapat dilakukan dengan saat teduh. Janganlah selalu menjadi pembicara, jadilah pendengar. Tenangkanlah diri sejenak untuk meresapi dan merenungi firman Tuhan, untuk melihat kembali kebaikan Tuhan selama seharian aktifitas kita, dan katakan kepada Tuhan bahwa kita mau berserah kepada Tuhan. Kita tidak akan mendapatkan jawaban berupa audible sound dari Tuhan, namun dengan selalu hening sejenak untuk Tuhan, kita akan tahu apa yang Tuhan inginkan untuk kita. Itulah perpuluhan waktu.

Sanggupkah kita memberikan perpuluhan waktu kita untuk Tuhan? Maukah kita memberikan perpuluhan waktu untuk Tuhan kita? Tantanglah diri kita untuk memberikan perpuluhan waktu bagi Tuhan kita!

Damai Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin!