Rabu, 26 November 2014

Hikmah tanpa ketekunan kepada Tuhan adalah sia-sia

1 Raja-raja 11:9-11  Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya,
dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN.
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu.

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Dalam sejarah kitab suci dikatakan tidak ada lagi orang sebelum dan sesudah Salomo yang lahir lebih bijaksana dan berhikmat selain Salomo. Namun hikmat dan bijaksana jija tanpa disertai dengan ketekunan dan keintiman hubungan dengan Tuhan adalah sampah yang tidak berarti lagi.

Dalam perikop di atas dapat kita lihat bahwa raja yang paling bijaksana dan berhikmat seperti Salomo pun akan terjatuh ke dalam dosa berhala jika tidak bertekun dalam Tuhan Allah. Salomo lebih mencintai istri-istrinya daripada Tuhan. Istri-istri Salomo merupakan berhala bagi Salomo karena mereka membawa hati Salomo berpindah ke allah lain selain Allah Bapa. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Salomo mulai mengendorkan hubungannya dengan Allah. Merasa memiliki hikmat dan kebijaksanaan dari Allah membuat Salomo buta arah dan kehilangan tujuan hidup, yaitu Allah sendiri.

Jika Salomo yang berhikmat dan bijaksana seperti itu saja dapat jatuh ke dalam dosa berhala, bagaimana dengan kita yang adalah manusia biasa?
Tentu saja kita lebih mudah jatuh ke dalam dosa berhala. Meminta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan tidaklah salah, justru sangat dianjurkan, akan tetapi begitu Tuhan memberikan hikmat kebijaksanaan yang kita butuhkan, maka tidak selayaknya kita mulai meninggalka. Tuhan dan berpaling kepada allah yang lain.

Bersekutu dengan Tuhan secara terus menerus sangatlah dibutuhkan dalam menjaga kehidupan kita agar kelak kita tidak berbuat dosa yang dipandang hina di mata Tuhan.
Marilah kita berusaha setekun mungkin untuk tetap bersandar pada Tuhan meskipun kita telah menerima kebijaksanaan dan hikmat daripada Tuhan Allah sendiri.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekalian. Amin.

Senin, 24 November 2014

Cara meminta hal yang benar kepada Tuhan

1 Raja-raja 3:9-13  Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"
Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.
Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum,
maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.
Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja.

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kita pasti sering meminta dan memanjatkan permohonan kita kepada Tuhan, akan tetapi pernahkah kita mengevaluasi diri sebelum meminta perihal apakah cara kita meminta ataupun hal yang kita minta itu berkenan dan dipandang baik menurut Tuhan?

Penggalan bacaan di atas mengisahkan Raja Salomo yang bercakap-cakap dengan Allah dalam mimpinya. Dapat kita lihat bahwa raja Salomo meminta hal yang tidak biasa yang akan diminta oleh kebanyakan orang jika ditawari pengabulan permohonan. Raja Salomo tidak memohon kekayaan dan kekokohan tahta, tidak memohon umur panjang ataupun nyawa musuhnya, melainkan meminta kebijaksanaan dan hikmat untuk memutuskan suatu perkara.
Hal itu berarti, raja Salomo tidak semata-mata memikirkan dirinya sendiri dan hal itulah yang dipandang benar di mata Tuhan.

Oleh karena Salomo meminta hal yang baik dipandang Allah, maka segalanya ditambahkan oleh Allah kepada Salomo, segala hal yang tidak ia minta kepada Allah langsung ditambahkan-Nya kepadanya.

Bagaimana bisa tahu kalau Salomo meminta hal yang baik? Jawabnya mudah. Karena Salomo meminta sesuatu yang berguna dalam menjalankan tugas dari Allah, bukan meminta sesuatu untuk kepuasan pribadi. Di situlah letak kunci dari suatu permohonan. Janganlah kita hanya meminta perlindungan dan dijauhi dari cobaan, tetapi mintalah suatu hal yang dapat membantu kita dalam menghadapi segala situasi kehidupan, tantangan, cobaan, bahkan dari hawa nafsu kita sendiri.

Marilah kita memulai untuk meminta sesuatu yang berguna demi mengemban tugas dan amanah dari Tuhan kita, dan bukan semata-mata menuntut damai sejahtera dan kesenangan belaka.
Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Minggu, 23 November 2014

Ucapan "tumben" ke orang lain berarti menghakimi loh!

Yehezkiel 34:17  Dan hai kamu domba-domba-Ku, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan.

Shalom saudara-saudari dalam Kristus.
Kita semua seringkali dengan mudahnya melontarkan kata "tumben" ke orang lain, entah untuk bergurau, serius, menyindir, atau lainnya. Memang hal itu terkesan sepele dan biasa, namun sadarkah kita bahwa kata "tumben" itu berarti kita menghakimi sesama kita?

Pada penggalan bacaan di atas menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya pihak yang berhak untuk menjadi hakim atas domba-domba-Nya. Ia tidak hanya menjadi hakim atas domba-Nya saja, melainkan menjadi hakim antara domba dan kambing.
Kambing di sini berarti si jahat yang bukan merupakan kemilikan-Nya sehingga tidak layak bagi kita manusia untuk menghakimi orang lain yang belum mengenal Tuhan.

Nah, bagaimana kata "tumben" bisa berarti menghakimi?
Coba bayangkan jika ada saudara atau teman kita yang sebelumnya malas ke gereja tiba-tiba mau ke gereja, lalu kita katakan:"Tumben mau ke gereja?", dengan secara tak langsung kita melakukan penghakiman atasnya. Secara tak langsung kita menghakimi bahwa sebelumnya ia bersalah karena tidak pernah mau diajak ke gereja. Dan apakah dampaknya?

Dampaknya adalah perkataan "tumben" tersebut akan menyurutkan kembali kobaran apinya untuk bertobat karena malu kepada kita. Bisa-bisa ia tidak mau kembali ke gereja lagi.
Hal yang sepele seperti itu justru dapat digunakan iblis untuk menjerumuskan sesama kita. Pernahkah terbayang bahwa kata "tumben" dapat berakibat besar?
Mungkin kita tanpa sadar dan sebenarnya tidak bermaksud untuk menghakimi. Mungkin maksud kita adalah kita senang jika ia kembali ke jalan yang benar. Namun ada kalanya jika diucapkan dengan nada yang salah, efeknya pun akan berbeda.

Sebaiknya kita hindari kata-kata seperti itu agar kita tidak saling menjatuhkan iman antara satu sama lain, melainkan saling mendorong satu sama yang lainnya.
Sebaiknya kita menggunakan kata-kata yang baik seperti: selamat datang kembali, puji Tuhan, atau damai sejahtera bagimu.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.

Jumat, 21 November 2014

Berdiskusi dengan Tuhan dalam segala hal

2 Samuel 5:19  bertanyalah Daud kepada TUHAN: "Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?" TUHAN menjawab Daud: "Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu."

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Penggalan kisah di atas menceritakan bahwa meskipun Daud telah mendapat kepastian bahwa Allah beserta-Nya, ia tidak serta merta dengan sombong dan angkuh melakukan segala hal tanpa persetujuan Tuhan, sekalipun hal itu adalah demi kebaikan kaumnya.
Meskipun Daud yakin bahwa tangan Tuhan akan menyerahkan musuhnya ke dalam tangannya, Daud tetap merundingkan segala sesuatu yang akan diperbuatnya dengan Tuhan.

Begitu pula halnya bagi kita, sudah selayaknyalah kita selalu berdiskusi dan berunding dengan Tuhan akan segala tindakan yang akan kita lakukan sepanjang hari. Jangan pernah mengandalkan pemikiran dan kekuatan sendiri untuk melaksanakan segala aktifitas, sekecil apapun aktifitas itu.
Dengan berdiskusikannya dengan Tuhan, maka hati kita akan memperoleh kedamaian dan ketenangan. Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya yang berseru kepada-Nya.

Kita seringkali malas berunding dengan Tuhan. Kita selalu mengandalkan pemikiran dan pemahaman kita sendiri pada saat pengambilan keputusan.
Tidak dapat dipungkiri terkadang kita harus dituntut untuk mengambil keputusan saat itu juga tanpa waktu yang cukup untuk digumulkan kepada Tuhan. Akan tetapi adalah lebih baik jika setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita berada dan apapun yang ingin kita lakukan, diskusikanlah dengan Tuhan.
Jika Tuhan ada di pihak kita, siapa dapat melawan?

Marilah kita bersama-sama mengambil sikap mau berdiskusi dengan Tuhan, tiap perkara, keputusan, dan keinginan yang akan kita lakukan. Niscaya kita akan terbiasa untuk berdiskusi dengan Tuhan sehingga kita akan selalu merasa tenang dan peka terhadap jawaban Tuhan.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekalian. Amin.

Kamis, 20 November 2014

Manusia melihat yg kelihatan, namun Allah memandang yang tidak kelihatan

1 Samuel 16:7  Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Kutipan bacaan kali ini mengajarkan kita untuk tidak menilai seseorang dari hal yang tampak saja. Istilahnya dalam bahasa Inggris adalah "dont judge the book from its cover".
Memang tidak dipungkiri bahwa manusia selalu memandang rupa, bukan hati. Memandang apa yang tampak oleh mata jasmani, dan bukan mata rohani.
Samuel, seorang nabi besar pilihan Allah, pun sempat melakukan hal itu dan Tuhan menegurnya. Allah memandang hati. Baik-buruknya manusia itu terlihat dari hatinya karena apa yang melandasi pikiran, perasaan, perbuatan, dan perkataan manusia akarnya dimulai dari dalam hati.

Kita pun sering mengidolakan seseorang yg baik secara jasmani, seperti artis yang cantik, aktor yang perawakannya bagus dan bermuka tampan. Tak dipungkiri, umat Kristen banyak yang tertarik bukan karena memandang Tuhan, melainkan tertarik terhadap jasmani pendetanya, paras pendetanya, dan perawakan pendetanya.
Hal itu sangat rentan karena jika suatu saat pemimpin itu terjerumus dalam dosa, maka semrawut dan kecewalah kita, bagaikan domba yang kehilangan gembalanya karena gembalanya dipukul mati oleh kawanan perampok.

Janganlah bertindak tidak adil dengan menjadi hakim atas sesama kita berdasarkan hal yang tampak oleh mata jasmani kita. Jernihkanlah dan bebaskanlah mata kita dari segala kejahatan.
Pandanglah sesama kita menurut kecantikan hatinya, sebab jika kita adalah anak-anak Allah, hendaknya kita berbuat seturut dengan ajaran Tuhan.
Jika Tuhan mengajarkan untuk memandang hati, haruslah kita mengikutinya.

Marilah kita sama-sama mulai belajar untuk lebih memandang hati daripada memandang rupa jasmani.
Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Rabu, 19 November 2014

Mengikuti Firman Tuhan lebih baik daripada persembahan

1 Samuel 15:18-22  TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan."

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Kutipan bacaan di atas menceritakan bagaimana Saul tidak taat kepada perintah Allah meskipun ia mengetahui bahwa perintah itu memang benar dari Allah. Saul lebih takut kepada rakyat yang tampak daripada kepada Allah yang tidak tampak.

Saul sama seperti kita manusia. Kita mengenal dan mengetahui firman Allah dan hukum cinta kasih Tuhan Yesus, namun kita lebih mendengarkan manusia di atas kita (atasan/tetua) daripada harus menjalankan firman Tuhan. Dan untuk menutupi dan mengurangi rasa bersalah kita, kita adakan persembahan kepada gereja.
Sesungguhnya Tuhan lebih menghendaki ketaatan kita daripada persembahan kita. Tuhan tidak membutuhkan harta kekayaan sebab segala isi di dunia adalah milik-Nya. Tuhan hanya ingin hati taat dari manusia. Ia tidak pernah menuntut persembahan, hanya belas kasih dan ketaatan. Hal tersebut ditekankan pada ayat 22 pada kutipan di atas. Saul beralasan akan menggunakan korban jarahan yang terbaik untuk korban persembahan kepada Tuhan, namun Samuel menekankan bahwa Tuhan tidak berkenan atas korban persembahan tersebut sebab perintah-Nya adalah untuk membasmi segala hewan ternak yang ada.

Bacaan di atas juga mengajarkan kita bahwa tindakan yang kita anggap baik belum tentu menyenangkan Tuhan. Saul memang baik mau mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan dari jarahan yang seharusnya dimusnahkan, akan tetapi tindakan baik tersebut tidak berkenan kepada Allah sebab Saul tidak mengindahkan perintah Allah.
Sama halnya dengan kita, perbuatan baik yang kita lakukan akan sia-sia jika hal tersebut dilakukan dengan melanggar perintah-Nya terlebih dahulu.

Contoh sederhananya adalah jika pengusaha berusaha mengurangi pajak yang seharusnya dibayar kepada pemerintah dan mengalokasikannya untuk persembahan, hal itu belum tentu berkenan di hati Tuhan sebab Tuhan mengajarkan untuk membayar pajak dengan benar, untuk memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.

Marilah kita belajar peka atas hal tersebut, peka terhadap mana yang baik menurut Tuhan dan mana yang kurang baik.
Sekiranya Tuhan Yesus selalu menyertai kita sekalian dalam mencari kebenaran dan kehendak Tuhan. Amin.

Selasa, 18 November 2014

Sabar itu subur...

1 Samuel 13:13-14  Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya.
Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." 

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Dalam penggalan bacaan di atas kita dapat melihat bahwa Samuel menegor Saul drngan keras karena Saul membiarkan rasa takut dan kurang sabarnya mengingkari perkataan dan peringatan Samuel.
Dalam bacaan tersebut dikisahkan Samuel yang berpesan untuk menunggu kedatangannya dalam waktu 7 hari untuk bersama-sama dengannya melakukan persembahan untuk Tuhan.
Namun karena ketidak-taatan Saul, keraguan iman Saul, dan ketakutan akan kekuatan bangsa Filistin, Saul melancangi dengan memulai mempersembahkan korban bakaran tanpa menunggu kedatangan Samuel. Dan atas ketidak-taatan itu, Tuhan meninggalkan Saul dan memilih seorang lain yang berkenan di hati-Nya.

Sama halnya dengan kita. Terkadang Tuhan meminta kita untuk bersabar dalam suatu hal, namun karena kurangnya iman dan rasa kuatir berlebihan, kita selalu megingkari waktu Tuhan. Kita kurang sabar dalam mempercayakan perkara kita kepada Tuhan sesuai dengan waktu-Nya.
Kita cenderung ingin segala sesuatu dengan instant sehingga kita sering bertindak gegabah yang belum tentu hal itu merupakan kehendak Allah.

Kurang sabar dalam hal menanti mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri. Jangan pernah melangkahi wewenang Tuhan dalam mengatur segala sesuatu drngan sangat indah.
Kita boleh memohon, berseru, berdoa, dan bernazar, akan tetapi waktu Tuhan lah yang harus kita terima. Tuhan tahu kapan waktu terbaik untuk kita, Tuhan tahu segala yang baik untuk kita. Jangan sampai kita dengan kurang sabar menjadi melangkahi wewenang Tuhan.
Ingat! Sabar itu subur.
Dengan hati yang sabar, maka iman kita akan semakin subur.

Marilah kita belajar untuk setia dan bersabar dalam hal kecil hingga besar sehingga kita dapat melakukan penyerahan penuh ke dalam tangan penyertaan-Nya yang maha dahsyat.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekalian. Amin.

Senin, 17 November 2014

Sang Pendoa

1 Samuel 12:23  "Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus."

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.
Sadarkah kita bahwa berdoa itu merupakan suatu kasih karunia?
Berdoa merupakan tanda bahwa kita mengenal Tuhan Allah pencipta kita, dan mengenal Allah merupakan suatu kasih karunia karena dengan mengenal-Nya berarti kita diselamatkan dan keselamatan itu datangnya dari Allah sebagai sebuah kasih karunia.

Jika sebelumnya kita berbicara mengenai talenta, maka salah satu talenta kasih karunia yang diberikan adalah berdoa. Seorang Kristen memiliki talenta sebagai sang pendoa. Tugas sang pendoa ini adalah mendoakan siapa saja yang memohon untuk mendoakan. Tentu saja hal itu bukan suatu hal yang mudah karena sang pendoa tidak boleh melupakan, bahkan berhenti mendoakan orang yang didoakannya.

Seperti halnya dalam kitab Samuel, bapa Samuel mengatakan bahwa dalam hal mendoakan orang lain tidaklah boleh berhenti. Jika berhenti, berarti itu merupakan suatu dosa bagi si pendoa.
Tuhan mendengarkan seluruh doa kita jika kita meminta dan mendoakannya dengan tepat dan penuh kepercayaan.
Samuel juga mengharapkan agar pihak yang didoakan itu turut serta berusaha yang terbaik untuk hidup suci tanpa melakukan perbuatan dosa. Takut akan Tuhan dan setia kepada-Nya.

Mendoakan orang lain terdengar seperti sepele, namun hal tersebut sangatlah berarti, terutama ketika orang yang kita doakan telah mau berubah menjadi lebih baik lagi.
Namun berdoa saja tidak cukup, kita juga harus membina dan mengarahkan orang yang tersesat itu dengan mengajarkan ajaran yang baik, jalan yang baik dan lurus sambil tetap terus mendoakan.

Kita sebagai umat Kristiani wajib saling mendoakan sebab dengan saling mendoakan berarti kita saling menguatkan hati sesama kita agar terhindar dari segala bentuk dosa.

Berdoalah bagi siapa saja tanpa mengenal lelah sebab Tuhan akan mendengarkan doamu sesuai dengan waktu-Nya, dan jangan berhenti mendoakan orang lain sehingga tidak ada dosa yang menimpamu kelak atas keputusan berhenti mendoakan.

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selama-lamanya.

Minggu, 16 November 2014

Kepercayaan dan tanggung jawab

Matius 25:14-16, 20-21  "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Bacaan kali ini pasti tidak asing lagi di telinga kita. Yap, perumpamaan tentang talenta yang dipercayakan seorang tuan kepada penggarapnya.
Tuan dalam bacaan di atas adalah Allah Bapa, dan penggarap-penggarapnya adalah kita umat-Nya di dunia. Allah Bapa kita mempercayakan talenta kepada kita agar diolah demi kemuliaan nama-Nya di Surga. Ada yang diberi banyak talenta dan ada yang diberi lebih sedikit.
Semuanya itu hendaknya kita kelolah demi kemuliaan nama Tuhan. Kita umat kristiani wajib bertanggung jawab atas talenta yang dipercayakan Allah Bapa kepada kita.
Sudah merupakan suatu anugrah yang besar bagi kita jika Allah mempercayakan talenta kepada kita dan sebagai bentuk tanggung jawab kita atas anugrah itu adalah kita harus mengelolah talenta tersebut hingga berbuah demi kemuliaan nama-Nya.

Pada hari penghakiman akhir nanti, Allah Bapa akan memanggil kita satu per satu untuk mempertanggung jawabkan hasil olahan talenta yang telah dipercayakan kepada kita sejak kita dijadikan di dunia. Jika kita dapat mempertanggung jawabkan talenta itu dan menghasilkan buah talenta lain demi kemuliaan nama-Nya, maka kita akan turut serta dalam perkara yang lebih besar lagi, yaitu menjadi bagian dalam perjamuan kekal di Surga.
Akan tetapi jika kita tidak mau mengolah talenta yang dipercayakan kepada kita, maka kita akan dicampakkan dalam kegelapan yang paling dalam dan hilanglah kesempatan kita untuk masuk ke dalam perjamuan kekal abadi.

Marilah kita semua mengelolah talenta yang telah dipercayakan kepada kita dengan penuh tanggung jawab dan berdoalah kepada Tuhan agar selalu menyertai kita di dalam mengelolah talenta tersebut demi kemuliaan nama-Nya sehingga kelak di hari penghakiman akhir kita mampu mempertanggung jawabkan kepercayaan besar itu dengan baik.
Jika kita masih belum mengenal talenta yang dipercayakan kepada kita ataupun belum mengerti cara mengelola talenta tersebut, berdoalah kepada Tuhan dan mohon petunjuk serta penyertaan Tuhan, maka niscaya doa kita akan didengarkan oleh Tuhan Yesus dan kita akan mendapat arahan.

Bergumullah dan bina hubungan yang rekat dengan Tuhan Allahmu dalam mengenal talenta kita agar setiap dari kita merupakan penggarap yang bertanggung jawab dan kembali berkumpul dalam perkara yang lebih besar di kehidupan kekal nanti.

Berkat Tuhan menyertai kita semua. Amin.

Sabtu, 15 November 2014

Belajar dari masa lalu

Hakim-hakim 10:6-7  "Orang Israel itu melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; mereka beribadah kepada para Baal dan para Asytoret, kepada para allah orang Aram, para allah orang Sidon, para allah orang Moab, para allah bani Amon dan para allah orang Filistin, tetapi TUHAN ditinggalkan mereka dan kepada Dia mereka tidak beribadah.
Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, dan Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin dan bani Amon."

Shalom saudara~saudari terkasih dalam Kristus.

Sejarah atau kejadian masa lalu patut dipelajari agar hal serupa tidak terulang. Namun manusia selalu menganggap hal masa lalu itu adalah kesalahan sepele dan tidak mau belajar dari kesalahan nenek moyang.
Begitu pula dengan bangsa Israel pada perjanjian lama. Pada kitab hakim-hakim dapat kita lihat bahwa berulang kali bangsa Israel menjauhi Tuhan Allah, yang menyelamatkan mereka dari bangsa Mesir, dan pergi menyembah baal allah lain. Tindakan tersebut tentu saja memurkakan Tuhan Allah sehingga Allah tidak lagi menyertai bangsa Israel, bahkan menyerahkannya kepada lawannya.
Begitu tersadar bahwa Allah meninggalkan mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan lawannya, bangsa Israel dengan mudahnya memohon ampun kepada Tuhan Allah dan mulai berbalik menyembah-Nya sehingga hal itu menyukakan hati Tuhan dan akhirnya Tuhan membangkitkan bagi bangsa Israel seorang penyelamat.

Namun, lagi-lagi bangsa Israel dengan mudahnya kembali menyembah allah lain dan melupakan Tuhan Allah nenek moyang mereka. Hal tersebut terjadi berkali-kali. Namun karena Allah penuh belas kasih, berkali-kali bangsa Israel memohon ampun, berkali-kali pula Tuhan Allah mengampuni dan menolong mereka keluar dari kesesakan akibat perbuatan mereka sendiri.

Sikap dan tindakan bangsa Israel itu sejatinya mirip seperti sikap kita manusia pada umumnya. Dengan mudah kita meninggalkan Tuhan kita di saat kita sedang sukses, bahagia, ataupun sedang berada di puncak kehidupan; namun kita langsung dengan cepatnya kembali kepada Tuhan di saat kita mengalami kesusahan hidup.
Terkadang dalam kesusahan itu kita memilih menyembah allah lain yang diyakini dapat memberikan kekayaan dan kebahagiaan. Hal tersebut tentu saja akan menyedihkan hati Tuhan kita.

Untung ada Tuhan Yesus yang selalu mengingatkan kita dan memanggil kita untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar melalui perantara orang lain di sekitar kita sehingga kita tidak perlu binasa.

Marilah kita pelajari dari kisah masa lalu agar kita tidak mengulang sejarah kelam yang sudah pasti tahu hasilnya.
Janganlah mencobai kesabaran Tuhan Allah kita agar kita selalu disertai oleh Tuhan kita.
Jika Tuhan selalu berada di sisi kita, siapa dapat melawan?

Yakinlah akan janji Tuhan yang selalu menyertai kita kapan dan di manapun kita berada. Janji Tuhan tidak akan pernah padam dan berakhir dulu, sekarang, dan selama-lamanya.
Janganlah menyembah dan beralih ke allah lain. Janganlah menyerahkan dirimu ke allah lain dan ke berhala yang tidak dapat menjamin hidup kekal.

Semoga kita dapat bersama tumbuh dalam kasih Kristus hingga Yesus datang ke~2 kali nanti. Amin.

Kamis, 13 November 2014

Apakah Allah sekarang adalah sama dengan Allah yang dulu?

"Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah......" (Maleakhi 3:6a)

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Banyak dari kita yang tentunya telah mengetahui bahwa kita memiliki Allah yang kekal dan maha kuasa. Namun pernahkah kita menyadari apakah Allah yang kita sembah itu berubah dari masa ke masa?

Bila kita lihat pada perjanjian lama, Allah terkesan sangat keras! Peraturan harus dengan ketat dituruti dan diikuti oleh umat-Nya. Barangsiapa yang tidak mengikuti perintah-Nya akan dimusnahkan (baca: dibunuh). Akan tetapi, murka Allah pada perjanjian lama dapat diredam dengan persembahan yang layak.

Kontras dengan perjanjian baru, Allah digambarkan Tuhan Yesus sebagai Allah yang maha kasih. Ajaran Tuhan Yesus merupakan ajaran cinta kasih. Tuhan Yesus pun mengatakan bahwa Ia tinggal dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Dia. Apa yang diinginkan Bapa adalah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Pada perjanjian baru, Allah tidak serta-merta memusnahkan barangsiapa yang melanggar dan menyelewengkan hukum Taurat.

Nah, apakah Allah kita berubah?
Sekali-kali TIDAK! Allah tidak pernah berubah! Allah kita dulu, sekarang, dan selama-lamanya adalah Allah yang sama dan tidak akan pernah berubah.
Lalu, apakah yang membuat perbedaan antara sikap Allah menghadapi orang Israel pada zaman perjanjian lama dengan perjanjian baru?

Jawabnya adalah TUHAN YESUS!
Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah, yang dikurbankan sebagai pengganti dan penebus dosa kita.
Allah kita tetaplah Allah yang sama, yang akan murka dan membinasakan umat-Nya yang tidak menuruti hukum Allah. Akan tetapi, Tuhan Yesus menjadi jembatan dan perantara manusia dengan Allah, menjadi Anak Domba Allah yang dikurbankan untuk menebus dosa manusia, untuk meredam amarah Allah.

Setiap kali berbuat dosa, Tuhan Yesus menjadi kurban penebusan bagi kita untuk meredam amarah Allah kepada kita sehingga kita memperoleh kesempatan untuk bertobat tanpa harus mengalami kebinasaan.

JESUS is TRUE REDEEMER!

Maka dari itu, masihkah kita tidak sadar diri dan terus-menerus berbuat dosa?
ataukah kita menyesal dan mau memperbaiki diri dan kembali kepada Tuhan yang senantiasa membuka lebar kedua tangan-Nya untuk menerima kita?

Berkat Kristus selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.