Minggu, 07 Juli 2013

Jadi LAUT MATI? Nggak lah yau...

Halo sobat terkasih dalam Kristus, gimana kabarnya?
Saya harap semuanya baik-baik saja sebab berkat Tuhan selalu beserta kita semuanya. Amin.

Kali ini yang akan saya bahas mengenai karunia memberi. Loh, apa hubungannya antara karunia memberi dengan Laut Mati? Masih bingung? Mari kita simak bersama-sama.
Sobat terkasih dalam Kristus pasti sudah sering mendengar mengenai Laut Mati bukan? Laut yang terletak di dekat Laut Merah, laut yang dibelah oleh Nabi Musa saat menyelamatkan umat Israel dari kejaran bangsa Mesir, ini dapat memberikan pelajaran mengenai pentingnya kita untuk saling memberi.

Bagaimana bisa Laut Mati memberikan pengajaran?
Seperti yang kita ketahui, Laut Mati atau The Dead Sea merupakan satu-satunya lautan di dunia yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Bagaimana bisa sampai tidak ada kehidupan di dalamnya? Karena Laut Mati hanya menerima aliran dari laut sekitarnya tanpa memberikan ataupun meneruskan air lautan yang diterimanya. Akibatnya, kandungan garam pada laut tersebut sangat tinggi sehingga mengakibatkan tidak ada makhluk hidup yang mampu tinggal di dalamnya. Laut Mati tidak dapat menjadi berkat bagi komunitas air di sekitarnya. Dalamnya adalah hampa dan tidak ada kehidupan.

Sama halnya dengan diri kita. Banyak dari kita yang sangat perhitungan dan takut jika diminta untuk saling memberi dan berbagi kepada sesama kita. Kita sering takut kehabisan dan kehilangan apabila kita memberikan apa yang menjadi milik kita kepada orang lain. Kita sering sebisa mungkin memendam harta dan kekayaan lainnya untuk diri kita agar kita tidak berkekurangan dan memberi hanya dari kelebihan kita. Pada akhirnya, hidup kita akan seperti Laut Mati yang tidak dapat menjadi berkat bagi sesama kita dan kehidupan kita lambat laun akan terasa hampa.

Janganlah pernah merasa takut kehabisan jika kita akan memberi ke sesama kita sebab Bapa kita di Surga adalah kaya. Ia adalah penguasa dan pemilik segala apa yang ada di dunia ini. Ia akan memberikan kita makanan dan kebutuhan kita. Tuhan Yesus sendiri memberikan janji kepada kita di dalam kitab Matius 6:3-4 yang berbunyi "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.".
Dengan adanya janji Tuhan yang dipublikasikan di seluruh dunia melalui injil dalam kitab suci yang kita percayai, apakah yang perlu kita ragukan lagi? Masihkah kita takut kehabisan ketika kita akan memberi? Jika janji Tuhan ini tidak benar maka sudah pasti ayat tersebut akan dirobek dari bagian injil.

Masih ingatkah tentang janda miskin yang dipuji oleh Tuhan Yesus saat memberikan persembahan dua peser yang saat itu nilainya sangat sedikit dibandingkan dengan pemberian orang lain? Bagaimanakah Tuhan kita memuji janda miskin itu? "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:43-44).
Tuhan tidak melihat besarnya nilai dari yang kita berikan, melainkan ketulusan dan keikhlasan kita dalam memberi. Dalam penggalan injil di atas, Tuhan tidak menyebutkan nilai. Tuhan memuji keikhlasan hati janda tersebut yang memberi dari kekurangannya.

Marilah kita juga mampu meniru teladan sederhana tersebut. Tuhan tidak menuntut kita untuk memberikan semua nafkah kita kepada orang lain yang membutuhkan. Tuhan hanya menuntut hati yang ikhlas dalam memberi dan ketulusan kita. Janganlah kita menjadi seperti Laut Mati yang hanya mau menerima tanpa menyalurkan berkat yang kita terima.
Mari kita menjadi teladan Kristus bagi dunia yang penuh dosa ini. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar