Rabu, 31 Juli 2013

Jangan suka mendendam...

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."- Kolose 3:13

Hai sobat terkasih dalam Kristus,
Salam damai untukmu dan keluarga.

Petikan ayat dari Kolose tersebut di atas tentu sangat familiar dan mengena di dalam kehidupan kita. Pertengkaran dan pertentangan tidak mungkin luput dari kehidupan kita yang akan mengarah kepada perasaan sakit hati dan berujung pada perasaan dendam.

Banyak kejadian pembunuhan, penganiayaan, pemfitnahan, dan tindakan tidak manusiawi lainnya yang terjadi di Indonesia hanya dikarenakan dendam yang dipelihara dan disimpan dalam jangka waktu tertentu akibat sakit hati pertengkaran. Bila dipikir dengan akal budi dan hati nurani, kejadian tidak manusiawi akibat dendam tersebut sangat tidak masuk akal. 
Hanya karena kesal ditagih hutang nominal 25.000, orang rela membunuh penagihnya. Hanya karena dendam kepada orang tertentu, seseorang tega membunuh dan mensemen anak dari orang yang dibencinya. Dan masih banyak tragedi lainnya yang sangat tidak masuk di akal hanya karena perasaan dendam.

Tuhan sudah memperingatkan dan menegur kita semua melalui para rasul agar tidak menanam dan memelihara bibit kebencian dan dendam. Dikatakan dalam Kolose 3:13, kita hendaknya tidak menaruh dendam kepada orang lain yang bersalah dan hendaknya kita mengampuni mereka sebab Bapa kita telah terlebih dahulu mengampuni dosa kita.

Kita manusia lemah tidak akan pernah luput dari berbuat dosa. Tuhan sangat membenci dosa dan menuntut kita agar dapat menjauhi dari segala perbuatan dosa. Namun pada kenyataannya, kehidupan kita selalu penuh dosa. Tidak ada dosa kecil maupun dosa besar, semuanya dibenci Allah. Akan tetapi Tuhan rela terlebih dahulu mengampuni dan memaafkan kita tanpa kita minta terlebih dahulu. Maka sudah layak dan sepantasnya kita juga melakukan hal yang sama terhadap sesama kita.
Kita jangan melalukan penghakiman terhadap sesama kita sebab penghakiman itu merupakan hak Tuhan. Kita hanya memiliki kemampuan untuk mengampuni.

Jika kita dapat dengan terbuka dan jujur menyampaikan kepada Tuhan segala kekesalan, sakit hati, dan kekecewaan kita maka Tuhan akan selalu menunjukkan jalan menuju pengampunan yang berujung pada kelegaan hati dan kebebasan jiwa dari ikatan dosa.

Sampaikan segala keluh kesah kita kepada Tuhan dan mohon jalan keluar dalam mengampuni orang yang membuat kita kesal tersebut serta rasakan kedahsyatan kuasa Tuhan kita dalam kehidupan kita. Janganlah menyimpan dendam, ampunilah seperti Bapa telah mengampuni kita terlebih dahulu.

Berkat Tuhan menyertai kita semua. Amin.

Senin, 29 Juli 2013

Hidup bagaikan masakan... Loh, kok bisa?

Salam damai selalu,
Halo teman-teman terkasih dalam Kristus!
Berjumpa lagi dalam blog diskusi kerohanian.

Kali ini yang akan kita bahas adalah mengenai kehidupan bagaikan masakan. Pasti banyak dari teman-teman sekalian yang bingung maksudnya apa yah.
Memasak memang identik dengan koki dan ibu rumah tangga. Namun jangan salah, teman-teman, kita dapat memetik pelajaran hidup dari memasak loh. Kok bisa begitu? Mari kita bahas lebih lanjut.

Topik ini terinspirasi dari broadcast teman sepersekutuan penulis pada hari minggu kemarin.
Dikatakan bahwa sebuah masakan menjadi sedap karena dimasukkan bumbu-bumbu yang "dipilih" sendiri oleh koki yang memasaknya. Itu berarti bumbu yang digunakan adalah bumbu pilihan yang terbaik.
Sama halnya dengan kehidupan kita akan menjadi indah karena masuknya orang-orang yang Tuhan "ijinkan" dalam kehidupan kita.
Masakan melambangkan kehidupan kita, bumbu pilihan yang dimasukkan adalah orang sekitar kita yang diijinkan Tuhan untuk hadir dalam kehidupan kita, dan koki itu sendiri tak lain dan tak bukan adalah Tuhan kita, Yesus Kristus.

Ketika memasak (wah, Tuhan kita ini chef yang hebat loh), Tuhan akan memasukkan bahan dan bumbu terbaik pilihan-Nya sendiri agar masakan menjadi sedap dan indah.
Ada yang masuk seperti kunyit, walaupun penampilannya jelek tapi sanggup memberi "warna indah" yang sulit dilupakan. Ada yang masuk seperti bawang merah, yang semakin lama bersamanya semakin banyak "air mata" yang tertumpah. Ada yang masuk seperti lada, walaupun nampak kecil halus tapi memberi "kehangatan". Ada juga yang masuk seperti cabe, yang "menipu" dengan warnanya yang menarik tapi membuat "keringat" bercucuran. 
Namun, semuanya itu dibutuhkan agar makanan menjadi sedap dan nikmat. 

Jagalah dan jangan sia-siakan mereka yang masuk dalam kehidupan kita yang memberi kebaikan dalam hidup kita. Syukurilah dan janganlah membenci mereka yang masuk dan "menyakiti" hidup kita karena mereka pun "berperan" dalam menyedapkan pribadi kita.
Semuanya itu Tuhan ijinkan "masuk" untuk merubah segala yang "tidak baik" di dalam pribadi kita untuk menjadi "baik" dan "sedap".

Marilah kita semua menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita kepada Tuhan sebagai koki yang sanggup membumbuhi kehidupan kita agar menjadi sedap bagi sesama kita.

Damai sejahtera beserta kita semua. Amin.

Sabtu, 27 Juli 2013

Belajar hidup dari cicak.. Merayap dong?

Halo sahabat terkasih dalam Kristus,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Setelah lama tidak berdiskusi, mari kita coba lihat di sekitar kita dan belajar dari lingkungan sekitar kita.

Kebetulan ada banyak cicak di dinding dan dapat broadcast message dari teman mengenai cicak, langsung deh share di sini.

Loh, mengapa harus dari cicak?
Begini teman, mari kita amati bagaimana seekor cicak menangkap seekor nyamuk. Kita semua tahu bahwa nyamuk adalah makanan cicak, tapi sempat terpikir tidak mengenai bagaimana cicak yang hanya mampu merayap dapat menangkap nyamuk yang bisa terbang bebas?
Kita saja yang bisa melompat, lari, mengendap terkadang susah menangkap nyamuk tanpa alat setrum.

Nah, mari kita pelajari dan gali makna dari cicak ini. Tahukah kamu bahwa ternyata nyamuklah yang mendekati cicak. Andaikata nyamuk tidak terbang mendekati cicak, maka cicak tidak mungkin dapat memakannya. 

Peristiwa ini terkesan biasa saja, namun kita dapat melihat dari sisi rohaninya betapa sempurnanya Tuhan memelihara ciptaan-Nya. Cara-Nya tak terselami oleh setiap akal kita.

Sama seperti kita, kita diharapkan bisa "merayap" yaitu menggunakan talenta yang kita miliki secara maksimal dan dengan cepat meresponi dan menanggap berkat "nyamuk" yang disediakan oleh Tuhan kita karena itu telah menjadi hal dan tigas Tuhan dalam menyediakan berkat bagi kita ciptaan-Nya yang paling dikasihi.

Dalam 1Petrus 5:7 dikatakan "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia pasti pelihara kamu". Namun kita juga harus berusaha dan bekerja dengan rajin dan cerdas agar mampu menangkap berkat yang disediakan Tuhan bagi kita.
Mungkin kita sering tidak tahu akan masa depan kita, bagaimana kita akan bertahan hidup, tapi percayalah bahwa Tuhan akan membuka jalan asalkan kita bertekun dan percaya.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7) memberikan kita kelegaan bahwa asalkan kita meminta dan berusaha maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan.
Percayalah bahwa cicak tidak pernah memikirkan akan mencari ke mana, kita pun harus yakin dan percaya akan tuntunan kasih Tuhan kita.

Marilah kita belajar untuk meminta dan berusaha agar kita memperoleh apa yang kita harapkan.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Selasa, 23 Juli 2013

Ketika harapan terasa tak kunjung datang, tetap bertekun!!!

Halo sobat terkasih dalam Kristus, bagaimana kabar kalian?
Semoga Suka cita hadir di tempat kita semua...

Ngomong-ngomong tentang suka cita, kita semua pasti akan merasa bahagia dan bersuka cita jika harapan yang kita tunggu telah terlihat jelas dan terkabulkan... (Pasti dong).
Nah, bagaimanakah jika harapan tersebut tak kunjung tiba? Apakah kita harus putus asa?

Kita semua tahu dan sering mendengar nasihat bahwa Tuhan pasti mengabulkan segalanya indah pada waktu-Nya. Waktu Tuhan tidak sama dengan waktu manusia. Namun kita perlu dalami juga apakah harapan dan keinginan kita itu baik adanya ataukah hanya keinginan duniawi sematanyang didorong oleh nafsu yang sementara?

Bagi kita yang ingin agar layak disebut sebagai anak-anak Allah harus mengetahui harapan apa sih yang kita inginkan yang sesuai dengan kehendak Allah. Harapan itu adalah harapan akan kehidupan kekal di Surga sehingga mengambil bagian dalam Kerajaan Allah. Namun agar harapan tersebut dapat menjadi nyata tidaklah mudah. Namun kita harus dapat tetap memperjuangkannya agar mendapatkan kemuliaan tersebut. Mengapa?

Rasul Paulus mengatakan kepada umat di Roma,"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18). Memang kita masih belum dapat bukti konkret yang kasat mata dengan apa itu kehidupan kekal. Banyak pihak yang tidak mempercayai kehidupan kekal setelah kematian. Namun harapan untuk mendapat kehidupan kekal tersebut harus tetap berkobar. Jangan karena tidak adanya bukti konkret akan harapan tersebut, kita jadi mulai tidak bertekun dalam menjalankan perintah Kasih.

Rasul Paulus pun mengatakan bahwa pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya. Dari sana kita dapat menarik kesimpulan, tidak sia-sialah kita berbagi kasih sambil mengharapkan bagian yang kekal kelak di Surga meskipun kita belum pernah melihat Surga. "Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." (Roma 8:25).

Setelah mengenali harapan kita, sudah selayaknya kita akan bertekun dalam menantikan harapan tersebut. Bertekun dalam kasih, bertekun dalam menghadapi kesulitan duniawi sambil tetap bersandar pada rencana Allah yang indah dan tepat waktu bagi kita yang mengasihi-Nya. Dalam Roma 8:28-30 dapat kita lihat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya supaya Ia, Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka jugalah yang dibenarkan-Nya, dan mereka yang dibenarkan-Nya itu juga yang dimuliakan-Nya. Maka dari itu, tetaplah bertekun dalam pengharapan Anak Allah.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.


Sabtu, 20 Juli 2013

Di kala pemimpin bersikap munafik, tetap turutilah!!

Shalom teman-teman terkasih dalam Kristus, damai suka cita beserta kita.

Membaca judul bahasan kali ini terkesan kontroversional dan tidak masuk di akal. Memang benar sangat tidak rasional jika harus menuruti perintah orang yang hanya bisanya bicara tanpa melaksanakan apa yang dikatakannya sendiri. Namun jangan langsung tidak setuju dan marah duluan. Mari simak dulu pembahasannya.

Kita tahu bahwa zaman ini banyak pemimpin yang hanya bisa membuat peraturan-peraturan, perintah-perintah serta larangan yang sejatinya baik apabila dilaksanakan bersama, namun kenyataannya mereka sendirilah yang melanggar peraturan dan perintah yang telah dirancangnya.
Mereka gila hormat sehingga membuat peraturan dan perintah sedemikian rupa agar disegani dan dihormati oleh bawahan maupun pengikutnya, padahal di belakangnya adalah busuk dan penuh noda.

Perlu kita sadari bahwa fenomena tersebut bukanlah sesuatu yang baru di dunia ini. Sejak zaman Yesus pun banyak pemimpin dan pemuka agama yang berlaku demikian. Mereka membuat peraturan namun tidak melaksanakannya, bahkan akan menghukum orang lain yang terkesan melanggar peraturan tersebut. Orang-orang tersebut merupakan para ahli taurat dan orang-orang Farisi. "Mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:7), demikianlah penilaian Tuhan terhadap para ahli taurat dan orang Farisi yang pada saat itu merupakan orang yang berpengaruh. Dalam Kitab Matius 23:23-36 menceritakan kecaman Tuhan Yesus atas orang Farisi dan ahli taurat.
Jika Tuhan sendiri sudah mengecam tipe orang seperti itu yang munafik, apakah kita masih perlu menuruti perintah dan perkataan mereka? Jawabannya adalah IYA.

Memang terkesan tidak masuk akal dan aneh, namun Tuhan Yesus telah memberikan alasan yang kuat mengapa kita masih harus menuruti perintah para pemimpin yang munafik. Dalam Matius 23:2-3 dapat kita temukan jawabannya, yaitu "Ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.".

Dalam penggalan ayat di atas, kita dapat menganalogikan ahli taurat dan orang Farisi sebagai pemimpin maupun pemuka agama yang munafik di zaman kita. Dikatakan menduduki kursi muka berarti menempati tempat tertinggi dalam suatu komunitas. Memang jika Tuhan tidak berkehendak, tidak mungkin orang tersebut dapat menjadi pemimpin kita. Seorang pemimpin pasti akan membuat peraturan dan perintah serta ajakan yang baik dan mulia sehingga memikat pengikutnya. Namun tidak semua pemimpin melaksanakan peraturan dan ajakan yang mereka buat sendiri.
Namun, Tuhan Yesus tetap ingin kita menuruti segala ajaran dan peraturan yang dibuat oleh pemimpin kita karena peraturan dan ajakan tersebut adalah baik adanya.

Yang perlu ditekankan adalah bahwa Tuhan ingin kita menuruti dan melakukan segala ajakan dan peraturan yang disosialisasikan dan dikeluarkan oleh pemimpin munafik tersebut tapi tanpa menuruti perbuatan mereka.
Memang banyak para pemimpin yang mencanangkan dan membuat peraturan agar tidak korupsi padahal dibalik semua itu mereka sendiri melakukan korupsi. Banyak yang mencanangkan anti-suap padahal mereka sendiri menerima suap secara besar-besaran. Banyak yang menyerukan untuk berbuat baik dan menjauhi larangan agama namun mereka sendiri dengan jelas melanggarnya.
Namun Tuhan Yesus ingin agar kita tidak meneladan tingkah lakunya, melainkan menuruti ajaran dan peraturan yang diberikan kepada kita.

Terkesan tidak adil dan janggal? Memang benar!
Tapi itu tidak boleh kita jadikan alasan untuk melawan dan membela diri kita bila kita melanggar atau tidak menghiraukan aturan dan ajaran mereka.
Ingatlah, Allah Bapa kita di Surga adalah Hakim Agung yang maha Agung dan Maha Bijaksana. Ia sangat membenci hal yang tidak adil. Oleh karena itu, janganlah sampai kita tertangkap saat melanggar ajaran Tuhan Yesus agar kita tidak dimasukkan ke dalam hukuman yang sama dengan pemimpin yang munafik tersebut. Hendaklah kita selalu suci di hadapan-Nya.

So, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan mengikuti perilaku salah dari pemimpin yang munafik? Ataukah kita mengikuti nasihat Tuhan Yesus?

Semoga dengan sharing ini dapat merubah pandangan kita terhadap fenomena tersebut sehingga kita dapat menanggapi dengan perbuatan yang benar dan dapat menampilkan Kerajaan Allah di tengah kehidupan dunia yang penuh kemunafikan.
Marilah kita bersama-sama berusaha mengubah cara pandang kita dan saling mendoakan.

Berkat Tuhan menyertai kita semua sekarang dan selamanya. Amin.

Rabu, 17 Juli 2013

Hal mengikut Yesus, harus jual semua harta??

"Juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku". 

Demikianlah jawaban Yesus kepada seseorang yang bertanya kepada-Nya cara memperoleh hidup yang kekal.
Memang terlihat  ekstrim dan sangat tidak masuk akal bagi kita jika dinalar dengan logika. Mana mungkin dalam kehidupan di dunia yang sekarang ini, kita diminta menjual segala yang kita miliki demi mengikut Yesus.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, perlu kita sadari bahwa dalam membaca dan menangkap arti dari setiap perkataan dan ajaran Yesus dibutuhkan tidak hanya nalar dan logika, melainkan hati dan pemahaman serta tuntunan Roh Kudus. Oleh sebab itu, sangatlah dianjurkan untuk selalu bersekutu dengan Tuhan sebelum membaca kitab suci dan membentuk suatu persekutuan dengan sesama orang percaya guna saling menukar pikiran.

Maksud dari jawaban Yesus di atas bukanlah semata-mata kita diminta untuk menjual segala kekayaan kita hingga kita tidak mempunyai apa-apa lagi di dunia. Yang diminta Tuhan adalah agar kita "menjual harta" kita, yaitu mengurangi fokus kita terhadap sesuatu harta duniawi yang sangat menyita waktu kita sehari-hari, dan pergi mengikut Yesus dengan meluangkan waktu demi mendengarkan dan memahami maksud ajaran Yesus serta melaksanakannya.
Menjual semua harta berarti membuat kita untuk meninggalkan aktivitas yang berlebihan akan sesuatu hal duniawi yang selama ini kita dewakan seperti pekerjaan, main game online, membaca komik atau novel, menonton film, dan lainnya. 

Eiittsss, tapi lagi-lagi jangan salah menafsirkan. Maksudnya bukan benar-benar meninggalkan loh ya, tetapi mengurangi waktu dan fokus utama kita. Kita ubah arah fokus utama kita dari segala hal duniawi tersebut menuju ke Tuhan Yesus sebagai fokus utama hidup kita. Dengan menjadikan Tuhan Yesus sebagai fokus hidup kita maka hidup kita akan senantiasa berjalan sesuai dengan ajaran dan perintah-Nya yang akhirnya akan menuju ke kehidupan yang kekal di Sorga bersama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Kita tidak perlu menjual semua harta benda kita dan mengikut Yesus dengan menjadi biarawan / biarawati kecuali itu memang panggilan hidup kita yang dari Tuhan. Meskipun Tuhan Yesus berkata:"Alangkah susahnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Lukas 18:24-25), kita tidak perlu berkecil hati. Itu merupakan teguran untuk mengingatkan kita agar kita tidak menjadi budak harta dan budak uang karena seseorang hamba tidak akan mampu melayani 2 tuan (yaitu mamon dan Allah). Tuhan mengajak kita agar menjadi hamba Tuhan dan bukan menjadi budak mamon (hal duniawi).

Lalu apakah orang kaya tidak akan masuk Sorga? Salah! Tuhan tidak pernah melihat harta, penampilan, wajah, dan ciri fisik manusia. Tuhan melihat hati. Sehingga atas hal tersebut, Tuhan memberi janji:"Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27). Hal tersebut merupakan suatu kelegaan kepada orang kaya asalkan ia mau untuk mengubah fokusnya dari mengejar harta kekayaan semata menjadi fokus pada perintah dan ajaran Tuhan Yesus.

Mari kita belajar untuk mengubah fokus kita dari hal-hal duniawi menuju kepada Tuhan Yesus sebagai fokus utama hidup kita. Mengumpulkan harta boleh, tapi jangan sampai menjadi budak uang dan jangan sampai hal itu menjadi fokus utama hidup kita.
Tuhan memberkati kita semua.

Mengumpulkan harta? Contohlah dari semut...

"Si semut yang kecil buat apakah kamu pada musim panas kumpul rejeki?"
Siapa yang tak kenal dengat penggalan lirik lagu si semut ini? Semua pasti tahu dong lagu ini bercerita tentang semut. Lalu, mengapa kita membahas semut?

Hai sobat terkasih dalam Kristus, bukan si semut yang akan kita bahas kali ini, melainkan mengenai cara hidup semut dan hal mengumpulkan harta.
Semua pasti sudah tahu bagaimana cara hidup semut kecil ini. Yap, mereka selalu berkoloni dan bahu-membahu dalam hal mengumpulkan harta (makanan) dan dilakukan di musim panas untuk mengatasi musim dingin. Tidak pernah sekalipun ada semut kecil yang keluar sendirian dan berusaha untuk mengambil dan mengumpulkan rejeki untuk dirinya sendiri. Bagaimana dengan manusia?

Kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna tak jarang kalah dengan metode dari semut kecil ini. Kita cenderung individualis dalam mengumpulkan rejeki. Perebutan harta dalam suatu keluarga inti pun tak jarang terjadi. Malukah kita?
Banyak orang yang tidak pernah merasa malu dalam memperebutkan harta dengan sesamanya, bahkan dengan anggota keluarganya sendiri. Mengumpulkan harta demi masa depan memang tidak ada salahnya, bahkan dirasa perlu sehingga masa depan kita lebih terjamin. Namun ada batasannya dalam mengumpulkan harta tersebut. Janganlah kita tamak dan sangat individualis.
Belajarlah dari semut!!!

Semut kecil berkoloni dan bersama-sama mengumpulkan makanan demi dipergunakan secara bersama-sama pula. Mereka belum tentu terlahir dari induk yang sama. Mereka belum tentu dari satu keluarga yang sama, namun rasa gotong-royong dan kekompakan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi. Mereka mencari, mengumpulkan, dan menggunakan rejeki secara bersama-sama. Tidak pernah kita melihat semut-semut kecil ini saling memperebutkan rejeki, tidak pernah hitung-hitungan. Suka duka dijalani bersama. Kita kalah dari semut kecil ini.

Hal mengumpulkan harta juga pernah dibahas oleh Tuhan Yesus. Dalam Matius 6:19-21 diceritakan bahwa Tuhan mengajarkan agar jangan mengumpulkan harta di bumi sebab di bumi ngengat dan pencuri dapat merusak dan merebut harta itu, namun kumpulkanlah harta di Surga dimana tidak ada ngengat maupun pencuri. Dengan kata lain, kumpulkanlah harta di Surga yang merupakan upah dari kasih kepada sesama dengan membagikan hartamu demi kepentingan sesama kita yang kekurangan.
Sama halnya dengan semut, mereka akan selalu menggunakan rejeki yang mereka kumpulkan secara bersama-sama tanpa memperhitungkan intensitas kinerja masing-masing semut. Mungkin ada semut yang hanya menikmati rejeki yang dikumpulkan oleh semut lainnya, namun tidak ada iri hati dari semut lainnya karena mereka adalah makhluk yang paling menjunjung tinggi kerja sama.

Dengan belajar dari semut, hendaklah kita belajar agar tidak mengumpulkan harta demi diri kita sendiri secara egois, namun dengan membaginya kepada sesama kita yang kekurangan. Sebab seperti kata Tuhan Yesus:"Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21), sehingga jika kita mau membagi harta kita dengan sesama kita berarti hati kita tidak lagi berada dalam harta tersebut, melainkan berada dalam kasih terhadap sesama kita. Dan upah dari Kasih adalah keselamatan dan kehidupan kekal di Surga.

Marilah kita menjadi kaya di dalam Surga. Kumpulkanlah harta di Surga yang tidak akan dapat dihancurkan ngengat dan tidak dapat dibobol pencuri.
Berkat Tuhan selalu bersama kita semua. Amin.

Minggu, 14 Juli 2013

Membayar pajak secara jujur... Haruskah?

Halo sobat sekalian terkasih dalam Kristus...
Salam sejahtera beserta kita semua.

Topik kali ini yang akan dibahas adalah mengenai membayar pajak. Hayooo, siapa yang sudah masuk kategori subyek pajak? Apakah kita telah melaporkan pajak sesuai dengan yang sebenarnya? Ataukah kita masih menutupi dan merahasiakan sebagian?

Seperti yang kita ketahui, pajak adalah pungutan yang bersifat wajib dan mengikat yang dilakukan dan ditetapkan oleh negara kepada warga negara yang termasuk subyek pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Masing-masing negara.
Pajak digunakan oleh pemerintah untuk memperbaiki fasilitas umum demi kepentingan dan kemajuan bersama. Secara teori, pajak adalah sesuatu yang baik dan sangat berguna bagi kehidupan bernegara. Namun, pada prakteknya sudah menjadi rahasia umum jika terdapat beberapa oknum yang berusaha melakukan penyelewengan terhadap penggunaan dan hakekat pajak tersebut sehingga pemerataan kesejahteraan rakyat susah tercapai. Hal tersebut membuat krisis kepercayaan wajib pajak terhadap fungsi dan kaidah pajak itu sendiri sehingga banyak dari wajib pajak yang berusaha menghindari pajak dengan berbagai cara.

Melihat kondisi tersebut, bagaimanakah sikap kita sebagai anak Allah? Apakah kita ikut-ikut kelakuan duniawi yang salah? Bagaimanakah pesan Tuhan tentang membayar pajak?

Sejatinya, pajak itu bukanlah sesuatu hal yang baru. Pajak sudah ada sejak masa Tuhan Yesus. Tuhan Yesus saja membayar pajak loh. Dalam Matius 17:24-27 diceritakan bahwa Yesus memberi teladan kepada semua orang agar membayar bea.
Para orang Farisi pun sempat berusaha mencobai Tuhan dengan pertanyaan mengenai apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar. Dan dengan penuh hikmat dan kuasa Allah, Tuhan Yesus mampu menjawab segala cobaan dengan menyatakan:"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Matius 22:21).
Jadi sejatinya Tuhan sudah mengajarkan kepada kita untuk membayar pajak dengan apa adanya tanpa menutupi pajak tersebut karena pajak merupakan kewajiban kita terhadap negara. Bila kita tidak dapat memenuhi kewajiban kita kepada manusia yang nampak, bagaimana mungkin kita dapat memenuhi kewajiban kita kepada Allah Bapa di Surga yang tak tampak?

Janganlah menghakimi orang lain dengan berpikiran bahwa pajak pasti diselewengkan atau dikorupsi. Tetap penuhi kewajiban kita dan biarkan Allah yang bekerja atas itu. Jika kita tidak membayar pajak ke negara, apakah bedanya kita dengan para koruptor? Kita sama-sama tidak melaksanakan ajaran Tuhan kita.

Mari kita tetap membawa dan mencerminkan Tuhan Yesus di tengah kehidupan kita dengan berpatok pada ajaran-Nya tanpa mengikuti kebiasaan dunia.
Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Kamis, 11 Juli 2013

Bekerja untuk hidup atau Hidup untuk bekerja?

Shalom sobat terkasih dalam Kristus!!!
Bagaimana kabar kalian semua? Apakah saya mendengar kabar suka cita dalam hidup anda sekalian?

Senang sekali saya masih dapat bernafas hingga hari ini dan mampu membagi kabar gembira kepada sobat sekalian. Syukur kepada Allah.

Topik kita kali ini adalah kalimat pertentangan yang selalu menjadi bahan pikiran orang-orang. Yap, hidup untuk bekerja atau bekerja untuk hidup. Sepintas kalimat ini terdengar mirip, namun memiliki makna yang sangat berbeda bila kita telaah lebih lanjut. Tapi yang akan kita bahas di sini bukanlah jenis kalimatnya karena saya bukan guru bahasa Indonesia hehehehe...

Okay, back to topic. Di zaman serba maju seperti sekarang ini kehidupan semakin sulit untuk dijalani. Perekonomian semakin merosot, harga-harga melambung, dan berbagai macam kesulitan ekonomi lainnya. Hal tersebut memaksa kita untuk bekerja pintar dan bekerja ekstra keras agar kita dapat mempertahankan kehidupan kita.
Manusia sering terlarut dalam pekerjaannya hingga melupakan suatu pribadi yang selalu mampu dan bersedia menopang kita, yaitu Tuhan. Semakin sulitnya kehidupan perekonomian semakin membuat manusia terlarut dalam pekerjaannya dan semakin sedikit waktu yang diluangkan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, penyedia semesta alam. Posisi Tuhan Yesus seakan-akan digeser oleh tuhan baru manusia yaitu uang. Memang benar dalam dunia ini, uang adalah materi paling dominan dan paling diakui dan dibutuhkan oleh manusia. Uang merupakan satu-satunya benda yang mampu mengontrol penciptanya sendiri yaitu manusia. Begitu hebatnya uang hingga nyawa manusia pun tidak berarti di mata uang.

Namun kita perlu sadari bahwa ada satu pribadi yang sangat agung dimana tidak akan pernah dapat dikendalikan oleh ciptaan-Nya, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Uang memang kita butuhkan di kehidupan di dunia tapi hanyalah bersifat sementara. Hidup manusia di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Seperti yang kita ketahui, sekumpulan manusia yang beriman kepada Tuhan di dunia ini diistilahkan sebagai "gereja mengembara". Kita semua adalah pengembara yang hanya tinggal sementara di dunia ini sehingga sangat tidak bijak apabila kita mengejar kesenangan dan kepuasan yang sementara di dunia ini. Bekerjalah untuk hidup, jangan hidup untuk bekerja mengejar harta duniawi yang sementara.

Bekerja, seperti yang tertera pada judul kali ini, dimaksudkan sebagai bekerja mengejar materi duniawi yaitu uang. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita dalam injil Yohanes:"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan materai-Nya." (Yoh 6:27). Akankah kita mengejar makanan yang akan dapat binasa? Ataukah kita mengejar makanan kekal?

Lalu, seperti apakah pekerjaan yang dikehendaki Allah? Tuhan Yesus menjawabnya dalam Kitab Yohanes 6:29, yaitu "inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah". Ini artinya kita diharapkan percaya kepada segala perkataan, pengajaran, dan janji Tuhan Yesus. Janganlah kita menambah waktu kita untuk bekerja yang tidak dikehendaki Allah. Hendaknya kita justru lebih meluangkan waktu untuk mengerti dan memahami segala pengajaran, janji, dan perintah Allah dalam menanggapi kehidupan dunia yang semakin tidak menentu ini.

Marilah kita sama-sama belajar untuk mengerti dan memahami pekerjaan yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan sehingga kita tidak lagi hidup untuk bekerja sebagai budak harta duniawi melainkan bekerja untuk hidup yang kekal kelak di perhentian kita yang terakhir bersama dengan Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Minggu, 07 Juli 2013

Jadi LAUT MATI? Nggak lah yau...

Halo sobat terkasih dalam Kristus, gimana kabarnya?
Saya harap semuanya baik-baik saja sebab berkat Tuhan selalu beserta kita semuanya. Amin.

Kali ini yang akan saya bahas mengenai karunia memberi. Loh, apa hubungannya antara karunia memberi dengan Laut Mati? Masih bingung? Mari kita simak bersama-sama.
Sobat terkasih dalam Kristus pasti sudah sering mendengar mengenai Laut Mati bukan? Laut yang terletak di dekat Laut Merah, laut yang dibelah oleh Nabi Musa saat menyelamatkan umat Israel dari kejaran bangsa Mesir, ini dapat memberikan pelajaran mengenai pentingnya kita untuk saling memberi.

Bagaimana bisa Laut Mati memberikan pengajaran?
Seperti yang kita ketahui, Laut Mati atau The Dead Sea merupakan satu-satunya lautan di dunia yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Bagaimana bisa sampai tidak ada kehidupan di dalamnya? Karena Laut Mati hanya menerima aliran dari laut sekitarnya tanpa memberikan ataupun meneruskan air lautan yang diterimanya. Akibatnya, kandungan garam pada laut tersebut sangat tinggi sehingga mengakibatkan tidak ada makhluk hidup yang mampu tinggal di dalamnya. Laut Mati tidak dapat menjadi berkat bagi komunitas air di sekitarnya. Dalamnya adalah hampa dan tidak ada kehidupan.

Sama halnya dengan diri kita. Banyak dari kita yang sangat perhitungan dan takut jika diminta untuk saling memberi dan berbagi kepada sesama kita. Kita sering takut kehabisan dan kehilangan apabila kita memberikan apa yang menjadi milik kita kepada orang lain. Kita sering sebisa mungkin memendam harta dan kekayaan lainnya untuk diri kita agar kita tidak berkekurangan dan memberi hanya dari kelebihan kita. Pada akhirnya, hidup kita akan seperti Laut Mati yang tidak dapat menjadi berkat bagi sesama kita dan kehidupan kita lambat laun akan terasa hampa.

Janganlah pernah merasa takut kehabisan jika kita akan memberi ke sesama kita sebab Bapa kita di Surga adalah kaya. Ia adalah penguasa dan pemilik segala apa yang ada di dunia ini. Ia akan memberikan kita makanan dan kebutuhan kita. Tuhan Yesus sendiri memberikan janji kepada kita di dalam kitab Matius 6:3-4 yang berbunyi "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.".
Dengan adanya janji Tuhan yang dipublikasikan di seluruh dunia melalui injil dalam kitab suci yang kita percayai, apakah yang perlu kita ragukan lagi? Masihkah kita takut kehabisan ketika kita akan memberi? Jika janji Tuhan ini tidak benar maka sudah pasti ayat tersebut akan dirobek dari bagian injil.

Masih ingatkah tentang janda miskin yang dipuji oleh Tuhan Yesus saat memberikan persembahan dua peser yang saat itu nilainya sangat sedikit dibandingkan dengan pemberian orang lain? Bagaimanakah Tuhan kita memuji janda miskin itu? "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:43-44).
Tuhan tidak melihat besarnya nilai dari yang kita berikan, melainkan ketulusan dan keikhlasan kita dalam memberi. Dalam penggalan injil di atas, Tuhan tidak menyebutkan nilai. Tuhan memuji keikhlasan hati janda tersebut yang memberi dari kekurangannya.

Marilah kita juga mampu meniru teladan sederhana tersebut. Tuhan tidak menuntut kita untuk memberikan semua nafkah kita kepada orang lain yang membutuhkan. Tuhan hanya menuntut hati yang ikhlas dalam memberi dan ketulusan kita. Janganlah kita menjadi seperti Laut Mati yang hanya mau menerima tanpa menyalurkan berkat yang kita terima.
Mari kita menjadi teladan Kristus bagi dunia yang penuh dosa ini. Tuhan memberkati.

Jumat, 05 Juli 2013

Janganlah khawatir.. Tuhan yang menyediakan

Setiap manusia pasti pernah merasakan khawatir dalam hidupnya. Merasa khawatir merupakan hal yang manusiawi. Justru dengan adanya perasaan khawatir, manusia bisa semakin merasakan kasih Allah. Namun janganlah perasaan khawatir itu terlalu berlebihan sehingga menjadi beban pikiran yang berlarut-larut.

Tuhan pernah mengatakan kepada kita untuk tidak terlalu khawatir dengan hidup karena Allah Bapa yang di Surga mengerti akan segala sesuatu yang kita butuhkan.

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?" (Mat 6:25)

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33)

Dari kedua ayat di atas kita dapat memetik hikmat agar tidak terlalu kuatir akan kehidupan kita. Tuhan maha tahu dan maha kuasa. Ia tahu akan apa yang kita butuhkan, kita hanya perlu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran firman-Nya dengan cara mengenal dan melaksanakan firman-Nya.

Sebagai contoh, akan dipaparkan kisah nyata yang membuktikan bahwa Tuhan selalu menyediakan.

"Saya seorang wanita yang tidak memiliki kemampuan apa2. Tidak bisa menyetir, tidak punya pekerjaan, hanya mulai mengerti dan mencari makna kehidupan. Saya reuni dengan teman SMA yang telah lama tidak bertemu yang mengenalkan saya dengan Tuhan.
Suatu saat saya ingin sekali mengikuti suatu acara seminar SHDR yang diadakan di pusat Katolik namun saya tidak ada kendaraan. Saya hidup sendirian, anggota keluarga yang lain lebih maju dan mandiri dengan pekerjaan yang jelas. Ketika saya bingung bagaimana caranya utk dapat pergi ke seminar tersebut, tiba-tiba teman kuliah saya menghubungi saya dan mengajak saya keluar makan sekitar tempat tinggal saya. Dan ajaibnya adalah teman saya tersebut bekerja di kantor akuntan publik yang dekat dengan tempat semiinar tersebut. Sontak saya minta tolong apakah saya bisa ikut dia balik ke kantornya yang dekat tmpt seminar tersebut dan dia langsung memberikan tumpangan.
Saya yakin itu merupakan tangan Tuhan yang menyediakan transport untuk saya. Tuhan akan menyediakan apa yang kita butuhkan. Puji Tuhan sekarang dan selama-lamanya. Amin."

Bagaimanakah dengan hari anda? Adakah anda merasakan berkat dan menyertaan Tuhan meskipun dalam perkara kecil? Tuhan aja setia dalam perkara yang kecil dan sepele seperti di atas, apalagi dalam hal besar?

Share aja di sini... Semoga menjadi berkat bagi kita semua.

Salam damai bagi kita semua.