Kamis, 28 November 2013

Hormatilah Ibu Bapamu!

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Ulangan 5:16).

Shallom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua kita. Kita seharusnya prihatin karena akhir-akhir ini banyak anak yang tidak lagi menghormati orang tua mereka. Mereka menganggap telah dewasa dan mampu mengatur hidup mereka sendiri sehingga tidak mengindahkan nasihat orang tua mereka. Bahkan tak jarang anak yang memukul, menganiaya, bahkan sampai membunuh orang tua mereka. 

Banyak anak muda yang merasa mereka sudah pandai sehingga mengutuk, mengata-katai, dan membodoh-bodohi orang tua mereka. Sesungguhnya Tuhan Yesus telah mengajarkan kita agar kita tidak melakukannya. "Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati" (Matius 15:4). Kita mungkin menerima pengajaran dan pendidikan yang lebih tinggi daripada orang tua kita, namun kita harus ingat bahwa dengan keringat dan air mata orang tua kita lah maka kita dapat mendapatkan semuanya itu. Tanpa orang tua, kita tidak akan menjadi diri kita yang saat ini, maka marilah kita berkaca pada diri kita, sudahkah kita menghormati orang tua kita? Orang tua kita tidak akan pernah meminta balasan, imbalan, maupun penghormatan dari kita. Kita sendirilah yang harus menyadari bahwa kita harus menghormati orang tua kita. Hanya dengan selalu mendoakan, berkata lembut, saling bertegur sapa, dan bicara sopan kepada orang tua kita sudah cukup membuat orang tua kita bahagia.

Apakah benar-benar perlu dan penting menghormati orang tua? BENAR dan SANGAT!
Ingatlah bahwa orang tua kita merupakan orang yang kepada siapa Tuhan menitipkan dan mempercayakan kita. Orang tua kita adalah wakil Tuhan di dunia. Namun seperti layaknya kita, orang tua kita jugalah manusia yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, maka hendaknya kita saling menasihati dan mendoakan dengan sopan santun dan tidak berkata kasar apalagi membentak.
Dalam 10 Perintah Allah, Hormatilah Ibu Bapamu terletak pada perintah ke-4 yang juga merupakan perintah pertama yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (dimana perintah ke-1 hingga ke-3 mengatur antara manusia dengan Tuhan Allah). Jadi, dapatkah kita masih mengatakan bahwa menghormati orang tua tidaklah penting? Masakah Tuhan Allah kita salah memberikan perintah? Sekali-kali TIDAK!

Marilah kita yang selama ini masih memusuhi orang tua kita, mulai membuka hati kita dan merenungkan baik-baik betapa besar kasih orang tua kita kepada kita. Tidak selayak dan sepantasnya kita bertindak sombong dan angkuh kepada orang tua kita. Janganlah membuang dan membenci, atau bahkan tidak mengakui orang tua kita, terutama ketika kita sukses. Janganlah pernah malu mengakui orang tua kita sebagaimana orang tua kita tidak pernah malu mengakui kita sebagai anak mereka bagaimanapun kondisi kita.

Berkat Tuhan selalu beserta kita. Amin.

Senin, 25 November 2013

Mulutmu harimaumu! Yang bener?

"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Judul kali ini berupa slogan yang sering kita dengar. Maksud dari slogan tersebut adalah agar kita menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita. Namun seharusnya yang perlu kita jaga bukanlah mulut kita, melainkan hati dan pikiran kita sebab apa yang keluar dari mulut bersumber pada hati an pikiran kita.

Perkataan kita yang dapat menjadi batu sandungan bagi kita adalah ketika kita marah. Marah merupakan suatu dosa karena marah merupakan suatu kondisi dimana manusia sudah tidak dapat berpikir dengan jernih sehingga pelampiasannya adalah dendam. Marah dapat juga menjadi produk sekaligus produsen dari kata-kata buruk.

"Dan janganlah beri kesempatan kepada iblis" (Efesus 4:27) untuk menguasai kita dengan memanfaatkan kondisi kita saat marah. Marah adalah manusiawi, namun mintalah kepada Bapa di Sorga agar senantiasa memberi limpahan kasihnya sehingga kita dapat mengendalikan diri meskipun kita sedang dalam kondisi marah.

"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia" (Efesus 4: 29). Hendaklah seluruh perkataan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi berkat bagi sesama kita. Hal ini penulis tegaskan karena pada hari ini, penulis mengalaminya.
Penulis tidak mampu mengendalikan diri saat marah dan mengeluarkan kata-kata kotor dan menyakitkan hati sehingga mengakibatkan penulis kehilangan kebahagiaan sekaligus menghilangkan kebahagiaan orang lain. Penyesalan selalu datang terlambat, oleh karena itu cegahlah.

Jagalah hati dan pikiranmu dari segala dosa karena hal itu akan nampak dari segala perkataan yang keluar dari mulutmu. Mulutmu bukanlah harimaumu. Harimau tidak dapat kita kendalikan, namun mulut kita dapat kita kendalikan asal tetap memohon bimbingan kepada Tuhan.
Marilah kita saling mendoakan agar kita dapat mengendalikan mulut kita dan agar kita tidak berbuat dosa ketika kita sedang marah.

Tuhan Yesus memberkati kita semua sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Kamis, 21 November 2013

White Lies

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Bahasan kali ini adalah mengenai white lies. White Lies biasa lebih kita kenal dengan "berbohong demi kebaikan". Perlu kita ketahui tidak ada bohong yang demi kebaikan. Tuhan tidak suka jika umat-Nya berada dalam grey area atau daerah abu-abu dimana yang putih dapat diseliwerkan menjadi hitam dan sebaliknya.

"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat" (Matius 5:37). Ajaran tersebut keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan ingin menekankan bahwa tidak ada berbohong demi kebaikan atau white lies. Semua bohong adalah dosa dan upah dosa adalah maut.

Banyak orang yang mengatakan bahwa jika kita tidak mengikuti pola pikir dunia, maka kita tidak akan dapat bertahan hidup. Dunia memang semakin lama semakin kotor dan Tuhan menginginkan agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia. Dillema kan? Galau kan? Mau bertahan hidup di dunia dengan cara tidak menjadi sama dengan dunia, masuk akal kah?

Di dunia yang semakin kotor ini, justru kita harus menonjolkan terang kita kepada dunia. Jika kita menjadi serupa dengan dunia, bagaimana dunia dapat mengenal Tuhan melalui kita? Oleh karena itu, Tuhan menghendaki agar kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dalam menghadapi manusia dunia yang kotor, hendaklah kita menjadi cerdik, baik dalam bertingkah laku maupun dalam perkataan, namun tetap memiliki hati yang tulus mencintai sesama kita.
Cerdik dalam berkata-kata ini bukan berarti disamakan dengan white lies. Ketika kita dalam bahaya, tetaplah berteguh dalam Tuhan. "Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu." (Matius 10:19-20).

Jika kita terus bersandar kepada Allah dan tekun melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, maka dalam situasi terdesak, kita pasti akan dibantu dalam berkata-kata, dan itu bukanlah white lies atau kebohongan. Selama kita berkata-kata tidak dengan tujuan menjatuhkan atau memperkaya diri sendiri, maka perkataan kita tersebut merupakan tuntunan dari Roh Kudus untuk kita agar kita terlepas dari segala kesesakan.

Untuk membantu dalam memahami bahasan kali ini, kita dapat membuka kitab Kejadian 12:10-20, dimana Abram meminta Sarai, istrinya, untuk mengaku sebagai adiknya agar menghindarkan Abram dari pembunuhan oleh raja Mesir. Dalam kisah tersebut, Abram bukan berbohong ataupun white lies, melainkan Ia dipimpin oleh Roh untuk bertindak cerdik seperti Ular namun tulus seperti merpati. Abram tidak melakukan demi menjarah ataupun mendapat pangkat dari raja Mesir. Abram melakukan itu agar Ia terhindar dari maut sehingga dapat melanjutkan memenuhi perintah dan petunjuk Allah kepadanya.

Marilah di dunia yang semakin tercenar ini, kita tetap bahkan semakin bersandar kepada Tuhan kita agar kita tidak jatuh ke dalam dosa. Janganlah sengaja berkata bohong dengan alibi demi kebaikan, melainkan selalu mintalah bimbingan Roh Kudus dari Allag sehingga membantu kita dalam berkata-kata. Jika kita memohon dengan sungguh, maka Allah Bapa kita di surga akan mengutus Roh Kudus untuk membantu kita berkata-kata.

Tetaplah bersandar pada Tuhan dan segala kebenaran-Nya. Damai Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Senin, 18 November 2013

Jagalah kesucianmu!

"Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah" (Matius 5:27).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada kesucian tubuh, terutama kaum wanita. Banyak kita dengar bahwa perempuan di usia SMA, bahkan SMP sudah kelewatan dalam berpacaran. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk berpacaran, namun janganlah sampai melakukan zinah.

Miris memang jika melihat data statistik di pemerintah mengenai berapa perempuan yang masih berstatus pelajar SMA dan SMP sudah tidak lagi menjaga kesucian tubuhnya saat berpacaran.
Kita sebagai umat Kristiani harus menguatkan iman kita dan dapat mengendalikan hawa nafsu. Rasul Paulus mengingatkan kita: "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri" (1 Korintus 6:18). Namun jangan salah mengartikan tegoran rasul Paulus ini dengan berpikir bahwa lebih baik melakukan dosa lainnya daripada percabulan. Sekali-kali TIDAK! Semua dosa adalah sama sehingga tidak ada dosa yang lebih baik daripada lainnya.

Rasul Paulus ingin menyatakan agar kita tidak melakukan dosa percabulan dengan tubuh kita "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:20). Tubuh kita bukanlah lagi milik kita, melainkan milik Kristus karena tubuh kita telah ditebus oleh darah-Nya yang mahal. Hendaklah kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup.

Godaan memang susah untuk dihindarkan terutama datangnya dari seseorang yang kita sayangi (pacar, teman, dan sebagainya), namun dalam kondisi apapun, jangan pernah melakukan percabulan. Hargailah tubuhmu dan jangan pernah menjual tubuhmu kepada manusia yang bukan suami/istrimu. Dengan mempertahankan kesucian tubuh berarti kita menghormati pengorbanan Tuhan kita yang mati disalib demi membebaskan kita dari maut.

Seringlah bersekutu dengan Tuhan, jangan menghindari pertemuan rohani, dan jangan ragu untuk meminta kekuatan dari Tuhan dan sesama dalam Kristus agar kita dapat menangkal godaan untuk berbuat cabul.
Semoga masing-masing dari kita semakin dikuatkan dan disadarkan betapa pentingnya kesucian tubuh kita.

Damai Tuhan kita selalu beserta kamu dan saya. Amin.

Minggu, 17 November 2013

Tertarik ke gereja karena menjanjikan Bahasa Roh?

"Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa" (1 Korintus 14:14).

Shalom saudara terkasih dalam Kristus.

Pembahasan kali ini terdengar cukup ekstrim kan? Bahasa Roh!
Kita semua pasti tahu apa itu bahasa Roh. Bahkan banyak orang terlalu membanggakan diri jika mampu berbahasa roh. Perlu kita garis bawahi, kita tidak perlu terlalu berbangga karena mampu berbahasa roh. Memang Tuhan akan mengaruniakan bahasa roh kepada siapa Ia berkenan dan kita dapat berbangga jika menjadi salah satunya. Namun, janganlah salah dengan terlalu membanggakannya.

Penulis suatu ketika pernah menghadiri seminar kerohanian dimana acara puncaknya adalah pada pemohonan akan bahasa roh. Pada sesi tersebut setiap peserta diharapkan untuk meminta karunia bahasa roh. Masing-masing peserta didoakan secara pribadi oleh pembina agar menerima bahasa roh.
Ketika tiba giliran penulis dan setelah didoakan beberapa orang, penulis masih belum juga merasakan memulai berbahasa roh. Saat itu pembina berbisik:"jangan keraskan hatimu". Mulai itulah, penulis tergelitik untuk mencari tahu mengenai sebegitu penting dan bangga kah jika mampu berbahasa roh?

Di zaman sekarang, banyak gereja-gereja yang menonjolkan kemampuan berbahasa roh. Banyak gereja memandang bahwa dengan mampu berbahasa roh berarti gereja tersebut digerakkan oleh roh kudus. Memang dengan berbahasa roh berarti roh kita secara personal berdoa kepada Tuhan, namun roh tersebut hanya mendoakan diri sendiri. "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat" (1 Korintus 14:4). Rasul Paulus mengatakan hendaknya kita jangan hanya membangun dan mendoakan diri kita sendiri, melainkan membangun jemaat. Bagaimanakah kita mampu membangun jemaat jika kita, yang berbahasa roh setiap kali kita berdoa, tidak mengerti apakah yang kita katakan sendiri?

"Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimana orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan 'amin' atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya." (1 Korintus 14:16-17). Hendaknya ada seorang lain yang mempunyai karunia dalam mengartikan bahasa roh tersebut agar dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Jika tidak ada yg mengartikannya, bukankah kita sama saja dengan tidak berdoa? Adalah lebih baik jika kita bernubuat dengan kata-kata manusia karena hal tersebut jauh lebih membangun jemaat daripada kata-kata yang kita keluarkan dalam bahasa roh.

"Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan bersujud menyembah Allah dan mengaku: 'Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu'." (1 Korintus 14:23-25). Nasihat Rasul Paulus ini dengan jelas menegor kita agar kita jangan terlalu berbangga diri dan menonjolkan karunia berbahasa roh sebagai suatu nilai tambah karena berbahasa roh pada suatu persekutuan tanpa ada yang mampu mengartikannya adalah sia-sia sebab jiwa baru tidak dapat mengertinya dan tidak menambah berkat kepada mereka, sedangkan perintah Tuhan Yesus adalah agar kita umat-Nya menyebarkan kabar gembira.

Akan tetapi, bukan berarti penulis melarang dan mencela bahasa roh! Penulis hanya ingin mengingatkan agar kita tidak terlalu terfokus pada hal-hal seperti bahasa roh. Jangan terlalu berbangga mampu berbahasa roh jikalau tidak ada seorang pun yang dapat mengartikannya. Lebih baik menggunakan kata-kata manusia untuk manusia. Namun juga jangan melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh! Yang ingin ditekankan adalah manfaat dan bagaimana kita dapat menggunakan karunia berbahasa roh tersebut demi membangun Jemaat, serta arti dari bahasa roh itu sendiri.
"Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh." (1 Korintus 14:39). Kita harus tetap dapat menjalankan peran kita masing-masing sebagai Jemaat Kristus.

Nah, bagaimana? Masih mau membanggakan diri karena mampu berbahasa roh? Masih tertarik ke gereja karena menjanjikan bahasa roh? Fokuslah pada manfaat dan tujuannya, jangan hanya mengejar sesuatu yang tidak ada artinya. Mintalah kepada Tuhan karunia untuk menafsirkan arti dari bahasa roh tersebut.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita. Amin.

Selasa, 12 November 2013

Fellowship? Persekutuan Doa? Komisi Sel? ke gereja aja cukup kok.... YAKIN CUKUP???

"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25)

Hallo sobat terkasih dalam Kristus... Shalom!

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah fellowship, persekutuan doa, komsel, dan lain-lainnya. Kalau sampai ada yang belum tau, berarti ayo kita mulai mau tahu dan mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah itu. Cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama kita tidaklah cukup hanya dengan ke gereja dan mengikuti ibadah/kebaktian/misa tiap hari Minggu doang loh. Sebab layaknya tubuh jasmani, tubuh rohani kita juga butuh untuk diberi makan secara rutin tiap hari.

Aktifitas kita yang padat tiap harinya akan membuat seakan pergi ke gereja adalah suatu rutinitas. Bukan berarti menghadiri kebaktian/misa tiap Minggu itu salah loh ya. Namun, ada kalanya kita perlu timbal-balik atas ajaran dan pengalaman hidup yang kita terima. Timbal-balik tersebut tidak pernah kita temukan dalam kebaktian/misa tiap hari Minggu. Pada saat misa/kebaktian, kita layaknya diberi makanan dan siraman rohani oleh pendeta maupun pastor, akan tetapi kita tidak mendapat kesempatan untuk bertanya maupun mengutarakan pengalaman dan isi hati kita. Kita juga jarang saling mendoakan dan mengenal lebih dekat dengan sesama yang duduk di kanan-kiri kita. Kita fokus pada Tuhan dan Tuhan saja.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam hidup, tidak saja membutuhkan hubungan baik secara vertikal saja, tetapi dibutuhkan hubungan baik secara horisontal. Kita butuh saling menguatkan, saling berbagi pengalaman iman dengan Tuhan, dan saling menasihati agar iman kita menjadi kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan iblis. Fellowship, persekutuan doa, dan komisi sel merupakan sarana yang membantu kita untuk saling menguatkan iman kita. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Bagaimana kita bisa saling mendorong dalam kasih jika kita menjauhi pertemuan ibadah seperti fellowship, persekutuan doa, komisi sel?

Di dalam pertemuaan-pertemuan ibadah seperti fellowship dan komisi sel kita diajarkan untuk dapat saling terbuka, saling menasihati, saling menguatkan, dan saling mendoakan. Kita dapat dengan terbuka mengakui kesalahan kita dan kelemahan kita sehingga mampu dibantu dalam doa. Fellowship dan komsel bukanlah tempat untuk saling mencemooh sehingga kita tidak perlu takut jikalau rahasia atau 'borok' kita tersebar luas. Kitab Yakobus dalam Yakobus 5:16 mengajarkan kita: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.". Yakinlah dan percayalah bahwa dengan berkumpul dan saling mendoakan dan berbagi, kita dapat sembuh dari segala 'luka' dan 'borok' kita Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20) dan Yesus adalah tabib ajaib yang mampu menyembuhkan segala penyakit kita.

Maka dari itu, bagi kita yang belum berani, belum mau, menolak, bahkan membenci pertemuan-pertemuan ibadah semacam fellowship, persekutuan doa, dan komisi sel, marilah kita mulai membiasakan diri kita untuk menghadirinya dengan penuh harapan maka niscaya kita akan memperoleh kesembuhan dan jawaban yang kita butuhkan.

Damai Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Senin, 11 November 2013

Berserah sepenuhnya kepada Tuhan... Berani gak loe?

"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan" (Amsal 3:5-7).

Salam sejahtera, saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Penasaran mengapa kok kali ini membahas tentang bersandarlah kepada Tuhan? Di zaman yang serba canggih ini kejahatan dan penipuan semakin canggih seiring dengan kemajuan teknologi. Nah apa hubungannya dengan bersandar pada Tuhan?

Kita semua para muda-mudi pasti juga mengikuti perkembangan teknologi. Seiring dengan hal itu, hendaknya kita juga selalu mengandalkan Tuhan di segala tingkah laku dan pikiran kita. Jangan pernah mengandalkan pengertian dan kepandaian kita sendiri. Kita tidak tahu apakah kita akan menjadi pelaku ataukah menjadi korban. Dengan selalu menyandarkan segala kehidupan kita dan mau percaya kepada Tuhan, kita akan terjauh dari pikiran negatif. Tuhan akan senantiasa meluruskan jalan kita sehingga kita terhindar menjadi pelaku. Kita pun akan selalu dipandu jalan kita sehingga kita pun akan terhindar menjadi korban.

Namun terlepas dari hal teknologi, dalam kehidupan sehari-hari saja hendaknya kita bsandar kepada Tuhan dan bukan kepada pengertian kita saja. Jika kita selalu bersandar kepada pengertian kita dan melupakan Tuhan, maka kita akan cenderung menjadi sombong dan mencoba untuk melogika segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan kita. Tuhan membenci orang yang sombong karena tidak sesuai dengan hukum cinta kasih yang selama ini diajarkan. "Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong" (1 Korintus 13:4). Oleh karena itu, ingatlah janganlah hanya mengandalkan pengertian kita sehingga kita tidak menjadi sombong dan dibenci oleh Tuhan.

Di sisi lain, menyandarkan diri kita kepada Tuhan juga akan memberikan kita rasa aman. Manusia di dalam kehidupan dunia yang semakin susah ini selalu diliputi kekuatiran akan segala hal, mulai dari makanan hingga keinginan memenuhi hawa nafsu. Seringkali kita kuatir akan apa yang harus kita lakukan agar punya masa depan indah. Kita sering bekerja keras, memutar otak, bahkan stress hanya demi memperoleh masa depan yang indah. Di sinilah kita manusia sering merupakan peran Tuhan, pencipta kita. Tuhan sudah mengenal kita bahkan sebelum kita dilahirkan. Tuhan sudah mengetahui seluruh jalan kehidupan kita. Kita memang diberi kelebihan, yaitu pilihan. Namun, apapun pilihan hidup kita di dunia, Tuhan akan tetap membantu mengawasi dan menjaga. Oleh karena itu, perlulah kita untuk selalu bersandar dan percaya kepada Tuhan sehingga kita tidak perlu selalu kuatir akan hari esok. Tidak perlu takut akan musuh-musuh kita yang berusaha menjatuhkan kita.

Dalam Matius 6:27 dikatakan Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Oleh karena itu, kita punya alasan kuat untuk tidak terlalu kuatir dan mempercayakan sepenuhnya kehidupan kita kepada Tuhan.

Semoga kita makin diteguhkan iman kita dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala aktivitas kita.
Damai Tuhan beserta kita semua. Amin.

Hanya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, yang bangkit dari antara orang mati, saja pasti bisa selamat? Yang bener???

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan" (Roma 10:9)

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
gimana kabarnya?

Topik yang akan dibagikan kali ini adalah mengenai keselamatan. Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin selamat? Nah, bagaimana caranya agar kita dapat diselamatkan dari maut?
Kita sebagai umat Kristiani tentu saja sering mendengar bahwa dengan mempercayai Injil maka kita akan selamat. Tuhan Yesus merupakan manifestasi dari Injil alias Injil (Sabda) yang menjadi daging. Segala ajaran dan perbuatan Tuhan Yesus merupakan Injil itu sendiri yang akhirnya akan membawa kita kepada keselamatan. Nah, apakah hanya dengan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Allah membangkitkan Tuhan dari antara orang mati, maka kita pasti selamat?

Kedengarannya memang aneh dan tidak masuk akal. Semudah itukah jika ingin selamat? Hanya mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Ia telah dibangkitkan dari antara orang mati? Jawabannya adalah BENAR! Namun hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan.
Mungkin setiap umat Kristiani mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati, namun tidak semua selamat. Mengapa?

Jawabannya adalah karena mereka tidak benar-benar percaya! Jika setiap orang percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati, maka mereka tidak akan takut untuk melaksanakan seluruh perintah Tuhan maupun ajaran Tuhan (Injil).
Seperti yang kita ketahui, inti ajaran Tuhan adalah Cinta Kasih. Tuhan Yesus merangkum 10 Perintah Allah yang diwariskan kepada Musa menjadi 2 hukum Cinta Kasih yang terutama, yaitu: (1) "...Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37) dan (2) "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:39).

Banyak dari kita yang mengabaikan kedua hukum utama di atas. Kita selalu mementingkan urusan kita daripada Tuhan Allah kita. Kita tidak berani menuruti segala contoh dan ajaran Tuhan Yesus. Kita sering takut akan hal-hal duniawi (seperti jatuh miskin, dikucilkan, dimanfaatkan) jika kita sepenuhnya melaksanakan ajaran Tuhan Yesus.
Namun jika kita berani untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan mengikuti teladan-Nya, maka kita tidak akan mendapatkan celaka. Celaka dalam hal ini tidak selalu celaka maut. Mungkin kita sering takut mendapatkan malu krn akan dicela, jatuh miskin, diremehkan, dan lainnya jika kita sepenuhnya menjalankan Injil, itulah celaka bagi kita. Dalam Roma 10: 11, kita diteguhkan agar tidak takut Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.".

Jadi jika kita benar-benar percaya (dalam arti sesungguhnya) dengan iman kita bahwa Yesus telah wafat dan bangkit dari antara orang mati, maka kita akan senantiasa melakukan Injil dalam kehidupan kita dan kita akan diselamatkan-Nya sebab Tuhan Allah kita adalah Allah yang hidup dan berkuasa, bukan allah orang mati. Tuhan tidak pernah tidur dan tidak pernah sedetik pun mengalihkan pandangan-Nya kepada umat pilihan-Nya.

Mereka yang mengaku dengan mulutnya masing-masing bahwa Yesus adalah Tuhan, maka akan selamat.
Hal ini terdengar mustahil dan menggelikan, namun jangan dianggap remeh! "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?...." (Roma 10:14).
Akankah seorang anak kecil berseru kepada orang tua mereka untuk membelikan sesuatu yang diinginkannya jika dia sendiri tidak percaya kepada orang tuanya? Dan akankah orang tua langsung memberikan apa yang anaknya serukan jika anaknya itu tidak melakukan kehendak, ajaran, teladan, dan perintah dari mereka?
Sama halnya dengan Bapa kita di Surga. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).

Maka dari itu, percayalah kepada Yesus, percayalah akan segala ajaran dan teladan Yesus semasa hidup-Nya di dunia dan berserulah kepada Dia, yang telah bangkit dari antara orang mati, maka kita juga akan diselamatkan. Percayalah akan segala rencana-Nya. Percayalah akan segala kemurahan hati dan janji-Nya. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang berkenan kepada-Nya. Niscaya kita akan memperoleh keselamatan.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Jumat, 08 November 2013

Mengampuni sesama kita sebanyak 70 x 7 kali alias 490 kali doang kah?

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu". (Matius 6:14-15)

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus, gimana kabarnya?
Bahasan kali ini judulnya memang terkesan aneh. Mengampuni orang kok pake dihitung dengan rumus perkalian? 
Eits, tapi jangan salah ya... Itu jawaban yang keluar dari mulut Tuhan kita loh. Bukan berarti kita diajak mencatat dan mengingat segala kesalahan sesama kita dan ketika mencapai 490 kali, kita sudah tidak perlu mengampuni kesalahan sesama kita itu.
Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada kita agar selalu mengampuni kesalahan sesama kita jikalau kita ingin kesalahan kita yang tak terhitung banyaknya diampuni oleh Bapa kita yang ada di sorga. Dalam doa yang Tuhan ajarkan sendiri, yaitu doa "Bapa Kami" pun terkandung kalimat: "dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami...." (Lukas 11:4).

Lalu, bagaimana jika sesama kita itu berkali-kali berbuat salah kepada kita baik sengaja maupun tak sengaja? Apakah kita harus memaafkan sesama kita itu terus menerus?
Memang sering dalam kehidupan ini, semakin kita terlalu baik dan mudah memaafkan, semakin orang yang berbuat salah itu akan meremehkan dan mengulangi lagi bahkan memanfaatkan belas kasihan dan pengampunan kita itu untuk mengulangi kesalahannya lagi terhadap kita. Bagaimana cara kita menghadapinya?
Dalam Lukas 17:3-4 kita diperingatkan:"Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia".  Kita diperingatkan agar tidak menaruh dendam terhadap sesama kita yang selalu dan sering berbuat dosa dan kesalahan terhadap kita. Bahkan kita diminta untuk selalu menegor sesama kita yang berbuat salah itu berapa pun seringnya ia bersalah terhadap kita.

Janganlah kita marah dan jengkel maupun membenci sesama kita yang sering berbuat kesalahan itu, melainkan bencilah sifat dan dosa tersebut daripadanya. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32). Jika kita membenci sesama kita karena kesalahannya kepada kita, itu berarti kita mengadilinya, dan mengadili adalah hak Tuhan yang tidak layak kita rebut.

Marilah kita selalu saling menegor sesama kita yang melakukan kesalahan dan salinglah kita mengampuni satu sama lain tanpa memperhitungkan dosa dan kesalahan sesama kita. Dengan begitu, kehidupan kita akan penuh dengan damai sejahtera dan suka cita.

Damai Tuhan kita selalu beserta kita, sekarang dan sampai selamanya. Amin.

Rabu, 06 November 2013

Tuhan itu suka menghajar orang? Berarti jahat dong Tuhan kita?

"Tuhan telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut" 
(Mazmur 118:18)

Salam sejahtera, sobat terkasih dalam Yesus.
Gimana kabarnya?

Kali ini mari membahas mengenai cara Tuhan mendidik. Seperti yang kita ketahui, Tuhan Allah kita adalah Bapa bagi kita semua. Bapa memiliki peran sebagai pendidik bagi anak-anakNya (yaitu kita manusia di dunia). Bagi kita, sosok ayah yang baik hati, sabar, murah senyum, suka membelai, dan suka mengampuni saat kita berkali-kali berbuat salah adalah sosok ayah yang diidamkan oleh kebanyakan anak. Memang itu manusiawi jika kita menginginkan Bapa yang seperti itu, namun penggalan kitab Mazmur menyebutkan bahwa Tuhan Allah sangat keras dalam mendidik anakNya.
Apakah berarti Allah Bapa itu jahat?

Sekali-kali TIDAK! Allah Bapa adalah Allah yang Maha baik dan Maha pengasih. Allah menghajar orang yang dikasihiNya dengan keras agar orang tersebut tidak jatuh ke dalam kebinasaan. Kita dapat melihatnya dari berapa kali Tuhan menghajar Israel, anakNya yang sulung, Bangsa pilihanNya sendiri. Layaknya seorang ayah yang mendidik keras anaknya, begitulah Allah Bapa menghajar anakNya dengan dahsyatnya agar kita manusia tidak lagi mengulangi perbuatan dosa sehingga kita tidak berakhir pada api neraka. "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya Tuhan, dan yang Kauajarindari Taurat-Mu" (Mazmur 94:12), "Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya" (Mazmur 94:14). 

Kita manusia yang mengenal Tuhan dan dikasihi-Nya pasti pernah dihajar oleh Tuhan. Namun, jangan pernah kita berpikir bahwa Tuhan tidak mencintai kita ataupun Tuhan melupakan kita. Janganlah kita sedih dan putus asa atau bahkan hingga sampai balas membenci Tuhan ketika kita menerima hajaran-Nya. Dalam Ibrani 12:5b-6, Rasul Paulus mengatakan:"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang ysng dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak". Oleh karena itu, jangan sedih hati kita jika kita sering dihajar maupun diberi peringatan oleh Tuhan.

Seringkali kita membedakan perlakuan Tuhan dengan ayah biologis kita, bagaimana ayah biologis kita sangat memanjakan kita dengan berbagai kebaikan, kenyamanan, kemewahan, dan sebagainya. Namun waspadalah! Jangan sampai kita terlena sehingga kita menjadi orang yang tidak mampu melakukan apa-apa sehingga mudah jatuh ke dalam dosa kesombongan. "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya" (Ibrani 12:10).

Dalam kitab yang terakhir, yaitu kitab Wahyu pun mengatakan "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19).

Nah bagaimana? Masih menganggap kalau dihajar Tuhan berarti kita dibenci?

Sebagai penutup, akan dipaparkan satu kejadian seseorang yang dihajar Tuhan agar ia tidak binasa.
"Ada seorang anak bungsu yang baru mendapatkan SIM C langsung mengendarai sepeda motor kesayangannya tanpa menghiraukan perkataan ibunya yang meminta ia agar tidak pergi terlalu pagi. Anak tersebut memiliki kebiasaan untuk memacu sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pembantu di keluarga anak tersebut berulang kali menasihati dan meminta agar si anak tidak mengebut dan mengurangi kecepatan saat menikung ataupun saat dekat dengan tikungan karena sangat berbahaya. Akan tetapi perkataan seorang pembantu dipandang sebelah mata dan si anak tetap saja mengebut.
Suatu pagi yang telah ditentukan, anak itu kembali memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinngi di dekat tikungan. Di saat bersamaan, muncullah mobil di dekat tikungan tersebut. Karena tidak pernah menurunkan kecepatannya saat berkendara, kecelakaan pun tak terelakkan. Anak itu menabrak mobil tersebut hingga sepeda motornya hancur di bagian depan dan ia terjatuh. Dengan segera warga sekitar meminta orang yang mobilnya ditabrak tadi untuk mengangkutnya ke rumah sakit agar jiwanya tertolong dan akhirnya jiwa anak itu tertolong meskipun harus mendapat jahitan kecil.
Saat diantarkan ke rumah, barulah orang tuanya tahu bahwa anaknya suka mengebut sehingga kecelakaan.
Dari kisah nyata di atas kita dapat melihat bahwa si anak yang gemar memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi tersebut dihajar oleh Tuhan agar ia menghentikan kelakuan suka ngebutnya itu dengan kecelakaan, namun Tuhan masih menyayangi dia sehingga tidak menyerahkan anak itu kepada maut."

Akankah kita menunggu hajaran yang datangnya dari Tuhan baru kita akan memperbaiki kelakuan dan kehidupan kita yang belum benar di mata-Nya?
Damai Tuhan beserta kita semuanya. Amin.