Selasa, 15 April 2014

Rutinitas vs Kebutuhan

Matius 4:4  Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Shalom saudara terkasih di dalam Kristus.
Sebagai manusia yang tak luput dari aktifitas dan kebutuhan hidup, sudah selayaknya dan sewajarnya jika kita mampu membedakan antara rutinitas dengan kebutuhan. Rutinitas merupakan aktifitas rutin yang selalu kita lakukan tiap hari berulang dan monoton sehingga berdampak pada suatu kebiasaan yang tanpa disadari kita lakukan. Rutinitas mewajibkan kita untuk melakukan suatu hal yang sama meskipun pada dasarnya kita tidak membutuhkannya seperti bangun tidur lalu mandi kemudian berangkat beraktivitas.

Lain halnya dengan kebutuhan. Kebutuhan adalah kegiatan yang kita lakukan demi memenuhi hasrat keinginan dan bersifat mendesak untuk segera dipenuhi. Kebutuhan akan memaksa kita secara sadar melakukan sesuatu guna segera terpenuhi karena jika tidak terpenuhi maka akan timbul hal yang tidak diinginkan yang merugikan. Contoh kebutuhan adalah makan, minum, tidur, dll.

Sama halnya dengan bersekutu bersama Allah dalam mezbah dan saat teduh. Jadikan saat teduh dan pendalaman ikatan dengan Tuhan Allah kita sebagai suatu kebutuhan rohani kita, sebagai makanan rohani kita, bukan sebagai rutinitas semata. Jika menganggapnya sebagai rutinitas mungkin dapat berlangsung namun kita tidak akan merasakan suatu hal yang khusus dan spesial karena lama-kelamaan tubuh kita akan secara tak sadar pun dapat melakukannya sehingga hati kita akan tetap hampa meskipun melakukannya.

Jadikanlah saat teduh dan bersekutu dengan Tuhan sebagai suatu kebutuhan yang secara sadar dengan akal budi kita meyakini bahwa kita sangat membutuhkannya untuk segera terpenuhi. Dengan begini maka hati dan pikiran kita akan tetap mampu terfokus pada Tuhan Allah secara sadar sekaligus memberi makan pada rohani kita.

Marilah kita tinggalkan kebiasaan lama yang memperlakukan saat teduh sebagai suatu rutinitas dan memulai menanamkan pemahaman bahwa saat teduh merupakan suatu kebutuhan primer yang tidak dapat ditunda lagi.

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Kamis, 10 April 2014

Ayuk belajar bahasa Kasih, bahasa universal.

"Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." (1 Korintus 13:8).

Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.

Kali ini ada baiknya kita membicarakan mengenai bahasa. Kita semua tahu bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan baik satu terhadap yang lainnya dibutuhkan alat yang bernama bahasa. Namun sayangnya sejak zaman runtuhnya menara Babel, Allah mengacaukan bahasa manusia sehingga manusia tidak lagi dapat mengerti satu sama lainnya kecuali mempelajari bahasa satu sama lainnya.

Dalam kehidupan kita mengenal banyak sekali bahasa, mulai bahasa ibu pertiwi kita hingga bahasa negara lain. Dalam kehidupan pun dikenal bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Namun kita sering melupakan bahasa universal, bahasa yang jauh melebihi bahasa manapun bahkan bahasa internasional sekalipun, yaitu bahasa Kasih. 
Sehebat-hebatnya bahasa internasional, tidak akan mampu menjangkau si tunarungu, tak peduli bagaimana keras kita mengkomunikasikannya. Akan tetapi dengan bahasa Kasih, si buta dapat mengerti, si tuli dapat memahami, si bisu dapat mengatakannya, dan si lumpuh dapat merasakannya. Itulah bahasa tertinggi yang wajib kita pahami, kita kuasai, dan kita praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tuhan Yesus selama masa hidupnya selalu mengajarkan bahasa Kasih. Inti utama dari ajaran Tuhan Yesus adalah kasih. Hukum cinta kasih yang utama ada 2, yaitu: yang pertama adalah KASIHILAH Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan yang kedua adalah KASIHILAH sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:37-39). Adakah Yesus mengajarkan hukum lain selain hukum cinta kasih?

Dan layaknya bahasa pada umumnya, bahasa kasih dapat terlupakan manusia jika manusia tidak sering menggunakannya. Jika manusia tidak membiasakan diri secara rutin menggunakan bahasa kasih, maka kasih Allah Bapa tidak akan ada padanya. Namun syukur Puji Tuhan karena bahasa universal yang satu ini sangatlah mudah untuk dipelajari dan tidak memiliki keahlian khusus. Satu persyaratan yang dibutuhkan dalam menguasai bahasa ini, yaitu HATI yang TULUS dan penuh CINTA.

Marilah kita menguasai dan membiasakan diri kita untuk menggunakan bahasa kasih, bahasa yang dapat diterima, dirasakan, didengar, dikatakan, dan dilihat oleh siapa saja dalam kondisi apa saja. Janganlah melupakan bahasa universal tersebut. Sudahkah kita melakukan kasih hari ini?

Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Rabu, 09 April 2014

Bumi adalah ladang milik Tuhan, dan kita adalah para upahan.

"Kata-Nya kepada mereka: Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
(Lukas 10:2)
 
Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Sebagai manusia normal, bekerja merupakan hal yang wajar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai macam pekerjaan tersedia bagi kita. Namun kita sering lupa bahwa di dalam bekerja kita harus senantiasa membawa ajaran Tuhan. Manusia sering keterlaluan dalam menggunakan sumber daya alam yang disediakan Tuhan bagi kita. Kita harus menyadari bahwa Bumi merupakan ladang milik Tuhan yang dititipkan kepada kita untuk diolah bukan untuk dieksploitasi demi kepentingan dan keuntungan pribadi.

Manusia sering mengeksploitasi bumi ini demi mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Uang dan harta kekayaan merupakan tolok ukur keberhasilan bagi manusia. Namun satu hal yang harus kita tanamkan dalam benak kita, yaitu bahwa kita adalah para upahan Allah yang dipercaya untuk mengelola ladang milik-Nya, yaitu Bumi. Untung berlimpah merupakan bonus yang disediakan oleh Allah Bapa kita di Surga bagi kita yang telah bekerja untuk-Nya dengan baik.
Bagaimana bisa Bumi ini adalah ladang milik Tuhan? Karena hanya di Bumi lah terdapat kehidupan makhluk hidup. Allah Bapa sejak semula menciptakan Bumi untuk manusia agar manusia dapat hidup bahagia serasi dengan alam. Memang manusia telah jatuh dalam dosa sehingga membuat manusia terusir dari taman Eden. Akan tetapi Tuhan masih menginginkan agar manusia dapat menangkap kehendak-Nya bagi manusia agar mengelolah Bumi menjadi lebih baik lagi dan bukan mengeksploitasi guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Bekerjalah dengan jujur seturut ajaran Kristus tanpa takut menjadi miskin karena setiap manusia memiliki peran dan rejekinya masing-masing dari Allah Bapa kita. "Kamu tahu. bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya" (Kolose 3:24). Dengan bekerja jujur maka kita akan menemukan serta menghadirkan Kerajaan Allah. Tuhan yang menyediakan segala kebutuhan kita. Dengan mencari dan menemukan Kerajaan Allah, maka segalanya akan ditambahkan bagi kita.

Apakah yang dapat meyakinkan kita bahwa Bumi sebenarnya adalah ladang milik Tuhan dan kita adalah para upahan?
Banyak sekali Kerajaan Allah diumpamakan sebagai ladang dimana tuan empunya ladang tersebut ingin mencari pekerja bagi ladangnya. Sang tuan berjalan menyisir tiap jalan untuk mencari orang yang tidak bekerja guna memberikan pekerjaan kepada mereka sebagai seorang upahan. Sama seperti kita semua, banyak yang dipanggil oleh Tuhan namun sedikit yang merespon panggilan tersebut. Andaikata setiap manusia menanggapi setiap panggilan Kristus, maka Bumi ini akan menjadi Kerajaan Allah. Di dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus sendiri, terdapat kalimat "datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." (Matius 6:10) yang menandakan bahwa Allah Bapa ingin Bumi ini menjadi serupa dengan Sorga. Agar hal tersebut dapat terwujud, Tuhan membutuhkan kita manusia yang menempati Bumi ini untuk menjadi upahan-Nya.

Marilah kita menjadi upahan terbaik bagi Allah. Marilah kita bekerja jujur seturut ajaran-Nya. Harta dan kekayaan duniawi merupakan bonus yang akan kita peroleh dari Allah jika kita mampu menjalankan hidup ini seturut ajaran-Nya. Tuhanlah pengupah kita! Jika pengupah kita adalah pribadi yang maha agung, maha adil, dan maha pengasih, apakah yang kita takutkan?

Berkat Tuhan selalu beserta kita sekarang dan selamanya. Amin.