"....Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman Tuhan. Muka-Ku tidak akan muram terhadap kami, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman Tuhan, tidak akan murka untuk selama-lamanya. Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap Tuhan, Allahmu,.... dan tidak mendengarkan suara-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yeremia 3:12-13)
Shalom saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Lama tidak berjumpa.
Kali ini penulis ingin mensharingkan mengenai berbalik dari kemurtadan dan kembali kepada Tuhan Allah kita (yang sebenarnya juga adalah alasan mengapa penulis tidak muncul dalam blog ini 2 bulan).
Murtad, siapa yang tidak tahu arti kata ini? Dan siapakah yang tidak pernah murtad? Di Alkitab dikisahkan bahwa bangsa Israel yang merupakan umat pilihan Allah sendiri sering murtad kepada Allah. Kita tahu bahwa Tuhan menuntun Israel keluar dari penjajahan bangsa Mesir oleh karena Ia mendengarkan jeritan kaum pilihan-Nya. Tuhan menuntun Israel keluar dari perbudakan kepada negri yang kaya. Namun apakah yang dilakukan bangsa Israel setelah Tuhan Allah membebaskan mereka dari segala perbudakan? ".....Tetapi umat-Ku menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna..... mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (Yeremia 2: 11 dan 13).
Ya, bangsa Israel murtad kepada Allah. Bangsa Israel menukarkan Kemuliaannya (baca: Allah) dengan hal yang tidak berguna serta meninggalkan Allah yang telah membebaskan mereka dari kesesakan.
Lalu apakah Tuhan Allah diam saja melihat bangsanya berjalan menuju ke dalam kebinasaan?
TENTU TIDAK!
"Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan Tuhan, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku" (Yeremia 2:19).
Tuhan Allah tidak membiarkan bangsa Israel berjalan menuju kebinasaan, melainkan memanggilnya kembali dengan cara mengingatkan melalui hukuman dengan harapan agar bangsa Israel mengetahui akan kesalahannya dan akibat dari perilaku mereka yang menyimpang.
Setelah bangsa Israel menerima akibat dari perbuatan dosa mereka, datanglah banyak masalah dan musibah menghantam mereka dan menyakitkan mereka. Sudah menjadi watak manusia bahwa jika mendapati masalah barulah mereka ingat kepada Allah mereka.
"....Sungguh, mereka membelakangi Aku dan tidak menghadapkan mukanya kepada-Ku, tetapi pada waktu mereka ditimpa malapetaka mereka berkata: Bangkitlah menyelamatkan kami! Di manakah para allahmu yang kaubuat untuk dirimu? Biarlah mereka bangkit, jika mereka dapat menyelamatkan engkau pada waktu malapetakamu!..." (Yeremia 2: 27-28).
Firman Tuhan ingin menyadarkan bangsa Israel betapa mereka tidak mengindahkan Tuhan Allah mereka dan betapa sia-sianya berhala dan allah lain selain Tuhan Allah.
Namun apakah pintu maaf tertutup?
"Kembalilah, hai anak-anak yang murtad! Aku akan menyembuhkan engkau dari murtadmu.... Sesungguhnya, hanya pada Tuhan, Allah kita, ada keselamatan Israel!" (Yeremia 3: 22-23).
Tuhan Allah selalu membuka pintu pengampunan. Justru Tuhanlah yang terlebih dahulu mengajak bangsa Israel untuk kembali kepada-Nya dan menyembuhkan seluruh dosa bangsa Israel. Hanya satu yang diminta-Nya, yaitu agar bangsa Israel mengakui kesalahannya sebab bagi manusia yang memiliki ego tinggi, mengakui kesalahan pribadi dan mohon ampun adalah hal yang paling susah dilakukan.
Beginilah kronologi kembali dari kemurtadan yang dipaparkan dalam kitab Yeremia.
Apakah kita semua sudah memahaminya?
Ketika membacanya, pasti kita mengatakan dalam hati kita bahwa bangsa Israel memang tidak tahu diri. Sudah dibebaskan dari kesesakan, malah berbuat dosa dan meninggalkan Tuhan Allah mereka untuk sesuatu berhala (kesenangan) yang sia-sia. Setelah mendapatkan hukuman atas kesalahan mereka sendiri, mereka dengan mudahnya berteriak kepada Tuhan Allah agar ditolong.
Pantaskah hal itu? Jika kita, dalam kapasitas kita sebagai manusia, memposisikan sebagai Tuhan Allah, bagaimanakah perasaan kita diperlakukan seperti itu?
Celakanya adalah..... bangsa Israel dalam cerita di atas adalah DIRI KITA SENDIRI dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sering melupakan Tuhan. Kita sering menukarkan saat teduh kita dengan hal lain yang tidak berguna, seperti nonton, main game, baca novel/komik, browsing internet, dan sebagainya. Dan ketika kesesakan datang kepada kita akibat dari kegiatan sia-sia di atas, kita teriak kepada Tuhan minta tolong agar dibebaskan dari kesesakan. Setelah dibebaskan dari kesesakan akibat kesalahan kita sendiri, apa yang kita lakukan? Kita mengulangi lagi putaran dosa tersebut.
Kita kembali melupakan Tuhan dan menukarkan Kemuliaan kita kepada hal yang sia-sia.
Maukah kita menjadi seperti itu sepanjang hidup kita?
Marilah kita mulai merubah sikap hidup kita.
Marilah kita saling menguatkan dan mengingatkan.
Ini merupakan pengalaman pribadi penulis, dan penulis tidak ingin agar saudara-saudara yang membaca ini mengalami hal yang serupa dengan penulis.
Cukup sekali saja putaran dosa terjadi dalam hidup kita sekalian.
Sekiranya berkat dan kasih karunia Tuhan selalu beserta kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar