Rabu, 03 Juni 2015

Jahat dan baik hadir untuk saling diuji

Yunus 4:10-11  Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Shalom teman-teman terkasih dalam Kristus.
Kali ini topik yang akan dibahas adalah Yunus. Mengapa memilih Yunus?
Sesuai dengan judul kali ini, yaitu jahat dan baik ada untuk saling diuji. Penasaran kan?

Kita sering mendengar bahwa orang yang baik selalu diuji Allah sedangkan orang yang jahat akan dihukum Allah. Namun pada kitab Yunus hal itu dipatahkan.
Orang yang baik bukan diuji imannya melalui kehadiran yang jahat, sedangkan yang jahat bukan semata-mata mendapat hukuman dari Allah.

Terkadang kita sering tidak sadar bahwa kehadiran individu di sekitar kita yang berperilaku jahat adalah untuk mengajar kita. Kita seringnya komplain ke Tuhan mengapa menghadirkan orang yang menyebalkan maupun yang jahat di tengah kehidupan kita yang mulai menuju ke jalan yang baik. Tuhan bukan menguji iman dan niat baik kita. Dengan menghadirkan individu sekitar kita yang menyebalkan dan jahat, Tuhan ingin mengajarkan sesuatu kepada kita, bukan menguji iman kesungguhan kita.

Pada kisah Nabi Yunus kita dapat melihat bahwa dengan hadirnya bangsa Niniwe yang jahat dimana Yunus diminta untuk memperingatkan bangsa Niniwe tersebut akan mala petaka yang akan ditimpakan Allah, justru Allah ingin mengajarkan suatu kebaikan dan pemahaman baru kepada Yunus. Allah bukan semata-mata ingin menobatkan bangsa Niniwe, melainkan ingin mengajarkan kepada Yunus arti sebuah kasih.

Yunus sempat marah saat Allah tidak jadi memberika hukuman kepada bangsa Niniwe. Hati Yunus kesal dan marah kepada Allah karena Allah terkesan plin-plan dan tidak serius dalam memberikan mala petaka kepada Bangsa Niniwe untuk memberi penghajaran.
Yunus, yang saat itu belum memiliki kasih dalam ketaatan imannya, diajarkan Tuhan mengenai kasih yang luar biasa.
Mungkin jika kita menjadi Yunus, kita pun juga akan merasa marah dan kesal kepada Allah. Betapa tidak? Sudah jauh-jauh Yunus mengerti bahwa Allah pasti akan berubah pikiran, namun masih memaksa Yunus untuk memberitakan perkara hukuman mala petaka. Setelah itu, dibatalkan. Sudah terlanjur bernubuat kepada bangsa Niniwe, eh batal. Pasti malu besar tuh Yunus kan?

Eits, jangan salah... Itu pemikiran manusia tanpa kasih. Jika saat itu Yunus memiliki ketaatan iman dengan kasih, maka Yunus akan ikut bahagia ketika Allah tidak jadi menurunkan mala petaka tersebut.
Nah, Allah ingin mengajarkan poin penting tersebut kepada Yunus. Kasih!

Allah mengajari Yunus melalui suatu pengalaman iman. Setelah kecewa dan kesal, Allah menyukakan hati Yunus melalui sebuah pohon jarak yang keesokan harinya dimatikan oleh Allah.
Melalui pengalaman iman tersebut, Allah membuat Yunus menginsyafi bahwa Allah mengasihi bangsa lain. Dan kasih adalah segala yang dibutuhkan.

Kita pasti pernah atau bahkan sedang mengalami hal yang sama dengan Yunus. Kita merasa orang sekitar kita menyebalkan. Selalu jahat kepada kita. Selalu berusaha mengambil keuntungan dan mengganggu ketenangan kita. Namun sadarkah kita bahwa kehadiran mereka adalah untuk mengajarkan kasih kepada kita?
Bisakah kita mengasihi mereka dengan tulus tanpa terpaksa?
Pernahkah membalas kejahatan mereka dengan kasih?
Jika belum, mulailah dengan memberi mereka kasih yang tulus, maka pandangan kita kepada mereka akan berubah. Yang semula menyebalkan akan menjadi menyenangkan jika kita memandangnya dengan kacamata kasih.

Ujilah tingkat kasih tulus kita dengan sekitar kita yang tampak jahat dan menyebalkan.
Raihlah pintu kemenangan abadi.
Berkat Tuhan beserta kita selalu. Amin.