"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan
hukum Taurat ini."
(Ulangan 29:29)
Shalom sahabat terkasih dalam Kristus,
gimana kabarnya setelah lama tidak jumpa? semoga damai Tuhan kita Yesus Kristus senantiasa beserta kita.
Melihat dari judul bahasan kita kali ini terkesan membingungkan yah? Tapi tidak ada salahnya kan jika kita saling berbagi mengenai pemahaman konsep "TriTunggal Maha Kudus" ini.
Dalam pembahasan kali ini, akan disajikan ringkasan sharing dari Pdt. Paulus. So, check it out yah.
Menurut Pak Paulus, kebenaran memang
mutlak, namun jika berhubungan dengan Tuhan Allah, kita tidak akan dapat mengenal
100% mengenai siapa itu Tuhan selain dari apa yang Tuhan izinkan kita untuk
ketahui. Kita dapat mengukur luas permukaan suatu bidang, dapat mengukur dengan
pasti volume suatu bangun ruang, akan tetapi manusia tidak akan pernah dapat
mengukur dan mengenal Tuhan dengan pasti 100% sebab Tuhan bukanlah “benda” yang dapat
didefinisikan dan diukur. Jika Tuhan dapat diukur dan didefinisikan dengan pasti, apa bedanya Tuhan dengan
bangun ruang? Nah lo...
Konsep “TriTunggal Maha Kudus” tidak
pernah menjadi perdebatan di awal-awal tahun Masehi. Hal itu dikarenakan jemaat
dan rohaniwan di awal tahun Masehi tidak pernah memikirkan mengapa Allah
disebut “TriTunggal Maha Kudus”. Kebanyakan dari mereka hanya mempercayai dan
mengimani akan adanya pribadi Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Konsep ini mulai
diperdebatkan akhir-akhir ini dimana manusia mulai menalar seluruh ajaran agama
yang diterima. Apakah maksud dari “TriTunggal Maha Kudus”? Benarkah Allah itu
memiliki 3 pribadi? Mungkinkah jika kelak muncul pribadi yang ke-4 dan
seterusnya?
TriTunggal Maha Kudus mencakup Bapa,
Putra, dan Roh Kudus. Bapa memiliki sifat penyayang, pemerhati, penebus, dan
perencana bagi seluruh anaknya. Putra memiliki sifat penurut kepada bapanya,
pengenal dari bapanya, dan menghormati bapanya. Roh Kudus berupa nafas, tak
berwujud, dan terdapat di mana-mana. Allah dinyatakan sebagai Bapa karena Allah
merupakan penyayang terhadap segala ciptaan-Nya, perencana bagi segala
kehidupan ciptaan-Nya, mengusahakan keselamatan bagi umat-Nya melalui karya
penebusan. Upaya keselamatan telah direncanakan oleh Allah Bapa melalui banyak
sarana, seperti Abraham, raja-raja (Daud, Salomo, dst.), dan lainnya. Namun,
upaya keselamatan itu selalu tidak berhasil untuk membawa putra-Nya yang
sulung, yaitu Israel (Keluaran 4:22), kepada keselamatan. Oleh karena itu,
Allah Bapa menjadi manusia melalui Yesus Kristus (disebut Putra). Sebagai Anak
(Putra), Yesus memiliki sifat menurut kepada kehendak Bapa di Surga. Karya penyelamatan
melalui Putra inilah satu-satunya yang berhasil karena Yesus taat sampai mati
dalam mengemban karya keselamatan di dunia. Selanjutnya, Roh Kudus sebagai
penyebar karya penyelamatan tersebut agar diterima oleh seluruh umat manusia.
Untuk menjawab benarkah Allah itu 3
pribadi (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), kita dapat mengacu pada istilah Antropomorfisme,
dimana antropo = manusia; morfisme = bentuk. Istilah “Bapa, Putra, Roh Kudus,
gembala, pintu keselamatan, dll” yang sering digunakan itu hanya untuk “menggambarkan”
Allah sesuai dengan pandangan pribadi manusia. Pada dasarnya, Allah itu hanya
satu namun peran-Nya lah yang bermacam-macam. “Sosok” Allah sebagai Bapa,
Putra, dan Roh Kudus lebih sering dikenalkan karena pada ajaran gereja,
peristiwa penyelamatan dan penebusan dosa manusia adalah hal yang paling
ditekankan, dan pada peristiwa penyelamatan serta penebusan dosa, “sosok” Allah
sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah yang paling banyak dibahas.
Lalu bagaimana dengan adanya sebutan “Kita”
dalam peristiwa penciptaan (Kejadian 1:26) yang dikatakan oleh Allah jika Allah
memang hanya ada satu? Penafsiran kata “Kita” di sini memang sering rancu dan
keliru, baik yang diajarkan di gereja maupun penafsiran pribadi masing-masing
manusia. Kata “Kita” di sini bukan berarti Allah yang satu (misal Allah Bapa) bicara
kepada Allah yang satunya (misal Allah Roh Kudus), melainkan menunjukkan bahwa
Allah berbicara kepada seluruh “komponen” (diistilahkan sebagai “sidang Surga”,
yaitu “komponen” alam) dalam penciptaan Dunia. Komponen lain seperti debu,
pasir, dan sejenisnya juga berperan dalam menciptakan manusia. Banyak pengajaran
dan tafsiran yang menyangkut-pautkan kata “Kita” tersebut dengan pribadi Allah
yang ada tiga (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), dan ajaran tersebut tidak tepat
karena Allah sejatinya hanya ada satu, tetapi “peran” pekerjaan-Nya yang
membuat bisa ada banyak sebutan (salah satunya adalah sebutan “TriTunggal Maha
Kudus”). Bahkan, seharusnya kalau mau dibuat daftarnya, dapat kita ketahui
kalau sebutan kepada Allah bukan hanya Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tetapi bisa
macam-macam (seperti: gembala, perisai, benteng pertahanan, pintu keselamatan,
mempelai pria, dan sebagainya).
Mungkinkah kelak akan muncul sebutan pribadi ke-4?
Jawabannya adalah MUNGKIN SAJA! Rencana Tuhan tidak ada yang dapat menebak.
Pada kitab Ulangan 29:29 dikatakan,”Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN,
Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak
kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat
ini.”. Pada ayat tersebut sudah jelas bahwa kita hanya dapat memahami dan mengenal Allah sebatas
apa yang Ia nyatakan kepada kita manusia, sisanya (hal-hal yang
tersembunyi) adalah bagi Tuhan. Kita cukup mengimani apa yang telah dinyatakan
TUHAN, Allah kita, kepada kita. Dan sudah sepatutnya kita menguji segala
pengajaran yang kita terima dengan menggunakan Alkitab. Manusia bisa salah,
pendeta bisa salah, ajaran bisa salah, namun ALKITAB adalah MUTLAK BENAR
dan tidak akan bisa salah.
Maka marilah kita selalu menjadikan ALKITAB sebagai pedoman hidup kita sehingga kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh ajaran dan tafsiran yang tidak tepat.
Tuhan Memberkati.